TOUCH ME
GENRE : DRAMA EROTIC
JUMLAH HALAMAN : 100 HALAMAN
HARGA : Rp 20.000
PART 1
Kiara duduk di tepi ranjang. Hal ini
terjadi lagi. Suara dengkuran Abian menandakan bahwa pria itu tertidur dengan
sangat lelap dan membiarkan Kiara merenung sendiri apa yang tengah terjadi
dalam kehidupan rumah tangga mereka berdua. Setelah berjalan lima tahun,
perkawinan mereka terasa mulai hambar. Dulu kehidupan seksual mereka bisa
dikatakan sangat sempurna. Hubungan seks berlangsung hampir setiap malam. Tapi
sekarang hanya sekali dalam seminggu dan itupun berlangsung dengan amat cepat
tanpa sekalipun memberikan Kiara kepuasan.
Kiara menyangka jika semua ini terjadi
karena Abian sudah tak lagi tertarik dengan tubuhnya. Tapi apakah itu
sepenuhnya benar? Sedangkan banyak teman wanitanya yang iri dengan bentuk tubuh
sexy Kiara meskipun usianya sudah menginjak usia 28 tahun. Bahkan tak jarang
banyak pria di luar sana yang memuji penampilan istri Abian itu. Kiara bangkit
dari ranjang tanpa membangunkan suaminya. Dia berjalan melintasi kamar tidurnya
masih dalam keadaan telanjang setelah tadi sempat bersetubuh dengan Abian.
Kiara berhenti di depan cermin
memandangi tubuhnya untuk memastikan apakah bentuk tubuhnya masih tetap seperti
dalam angannya. Apa yang dilihatnya adalah sesosok wanita berusia 28 tahun
dengan bentuk tubuh sexy menggiurkan. Rambut hitamnya yang panjang dan lebat sebatas
punggung, pahanya montok nan indah begitu menunjang tingginya yang nyaris
menyentuh angka 165 sentimeter. Buah dadanya masih tetap kencang sama sekali
tak mengendur dan bongkahan pantatnya tetap bundar padat. Kiara mulai
menyangsikan jika masalah sexnya dengan Abian bersumber darinya yang masih
tampak sempurna sebagai seorang wanita.
Kiara dan Abian mulai dekat saat
memasuki masa akhir kuliah, hubungan mereka jauh lebih serius dan akhirnya
memutuskan untuk menikah beberapa bulan setelah mereka berdua lulus dan
mendapat pekerjaan. Sex bukan hal tabu buat pasangan ini, bahkan keperawanan
Kiara secara sukarela dia berikan pada Abian.
Sebelum dengan Kiara, Abian yang
memiliki tinggi tubuh 180 sentimeter dengan mata elang menggoda dikenal sebagai
playboy kampus. Sudah tak terhitung berapa puluh gadis-gadis polos yang dia
renggut mahkotanya. Hingga akhirnya cintanya tertambat pada Kiara. Bagi Kiara,
Abian adalah guru sex pertamanya. Pria berbadan kekar itu yang merubahnya dari
sosok gadis polos menjadi gadis yang open minded. Ketabuan seksualitas terkikis
begitu saja semenjak Kiara mengenal pria yang akhirnya kini menjadi suaminya
itu.
Abian saat ini mempunyai pekerjaan
yang cukup mapan sebagai seorang CEO dari sebuah perusahaan multimedia ternama.
Dari pekerjaan itu dia bisa mencukupi semua kebutuhan hidupnya bersama Kiara.
Bahkan Abian juga melarang Kiara untuk kembali bekerja dan lebih fokus untuk
menjadi ibu rumah tangga saja. Selang beberapa waktu Abian membeli rumah mewah
di pusat kota, setelah sebelumnya mereka berdua tinggal di rumah peninggalan
orang tua Abian.
Rumah dengan arsitektur bergaya Eropa
itu berukuran cukup besar, di bagian depan tampak menjulang pagar tinggi bercat
putih, masuk ke halaman terhampar taman luas yang ditumbuhi banyak pohon palem
berukuran sedang dan hamparan rumput hijau hingga menimbulkan kesan asri bagi
siapa saja yang datang berkunjung. Di bagian belakang rumah terdapat kolam
renang yang bisa digunakan untuk bersantai pasangan muda tersebut.
Abian dan Kiara tak tinggal sendiri
di rumah mewah itu, ada juga Gama Mahendra, adik bungsu dari Abian. Pemuda
berusia 19 tahun itu masih menyelesaikan program D3 di salah satu universitas
swasta ternama di ibukota. Kehadiran Gama bukan merupakan masalah bagi Kiara
dan Abian. Masalah mereka sudah ada jauh sebelum pemuda berusia 19 tahun itu
tinggal dengan mereka. Kiara menyukai sikap dan sifat adik iparnya itu, maka
dia sama sekali tak keberatan jika Gama tinggal dalam satu rumah bersamanya.
Gama dan Kiara bahkan sering menghabiskan waktu bersama untuk sekedar ngobrol. Secara
fisik Kiara melihat Gama sebagai duplikat suaminya di masa muda.
Selain Gama, di rumah itu juga
tinggal pasangan suami istri Hendro dan Bu Juariyah. Mereka berdua dipekerjakan
oleh Abian untuk mengurus segala keperluan rumah. Bu Juariyah lebih sering
menghabiskan waktu untuk bertugas di dapur sementara Hendro bertugas mengurus
kebersihan dan keamanan rumah.
Hendro, usianya hampir 50 tahun tapi
karena terbiasa melakukan pekerjaan kasar, bentuk tubuhnya terjaga, berotot dan
kekar. Nyaris tak ada gurat tua di wajah pria berkulit sawo matang tersebut.
Pria itu begitu senang saat untuk pertama kalinya ditawari oleh Abian untuk
bekerja sebagai penjaga rumah. Terlebih saat melihat Kiara yang memiliki bentuk
badan sexy serta wajah cantik jelita. Sangat berbeda jauh dengan istrinya
sendiri.
Dalam benak pria tua itu, selalu
membayangkan Kiara telanjang bulat saat majikan perempuannya itu ada di
dekatnya. Strata sosial yang membedakan derajat mereka, sama sekali tak
menghentikan fantasi Hendro untuk menikmati keindahan tubuh wanita cantik itu
di atas ranjang suatu saat nanti.
H
***
Kiara memandang ke arah tempat tidur,
Abian masih terlelap tidur. Dikenakannya kembali baju tidur sutra tipisnya.
Dalam balutan baju tidur itu, lekuk tebuh sexy Kiara tak mampu disembunyikan
secara sempurna. Dia berjalan menuruni anak tangga lalu keluar menuju beranda
belakang yang mengarah ke kolam renang.
Suasana malam ini terasa tenang dan
damai, angin berhembus pelan, sementara langit dihiasi ribuan bintang. Kiara
sering berada di sekitar kolam renang saat malam hari untuk sekedar duduk-duduk
santai melepaskan lelah dan terkadang juga berenang. Abian pernah
mengingatkannya kalau mungkin saja Hendro melihatnya, tapi Kiara tak peduli.
Kiara merasa bangga dengan bentuk
tubuhnya dan tak merasa ada yang membuatnya malu dengan keadaan itu. Dia tak
selalu beranang dalam keadaan telanjang tapi bikini yang dipakainya juga tak
mampu berbuat banyak untuk menutupi keindahan tubuhnya. Bahkan Kiara pun maklum
saat adik iparnya, Gama, tak jarang memandangi lekuk tubuh indahnya tanpa
malu-malu.
Kiara masih menikmati keheningan
malam sembari menatap langit ketika terdengar mobil Gama memasuki carport yang
berada di samping kolam renang. Pemuda itu membanting pintu mobilnya cukup
keras, membuat Kiara sempat kaget dengan suara benturan itu.
“Wah ada yang lagi emosi nih?” Sindir
kiara dengan suara yang lumayan keras. Gama melangkah menuju pintu antara
carport dan bagian belakang rumah, mendapati kakak iparnya sedang duduk santai
di depan kolam renang dengan mengenakan pakaian tidur tipis.
“Eh Kak Kiara, maaf Kak. Lagi kesel
banget soalnya.” Sahut Gama seraya berjalan mendekati bibir kolam.
“Kenapa lagi? Gagal?” Kiara tahu
kalau adik iparnya itu baru saja berkencan dengan salah satu gadis tercantik di
kampusnya.
“Yah, begitulah.” Jawab Gama dengan
tak bersemangat.
Malam ini Gama memang sedang menguji
peruntungannya dengan mengajak kencan Dela, salah satu kembang kampus yang
menurut kabar burung bisa “dipake” sebagai teman tidur semalam. Tentu saja Gama
tak menceritakan detail ini pada Kiara, kakak iparnya itu hanya tau jika malam
ini Gama akan pergi dengan gadis kesukaannya. Kiara bangkit dari bangku yang
didudukinya dan memberi isyarat pada Adi untuk mendekat.
“Kelihatannya kita sedang sial malam
ini. Duduklah sini dan ceritakan bagaimana kencanmu.”
Gama baru saja akan duduk saat dia
menyadari betapa tipisnya baju tidur yang dikenakan kakak iparnya. Dia pernah
melihat Kiara memakai bikini tapi payudara kakak iparnya jauh tampak lebih
jelas dengan baju tidur tipis yang dikenakannya saat ini dibandingkan saat
memakai bikini.
“Wah ada yang gede tuh!” Kiara melipat kedua
lengannya di depan dadanya. Gama tertawa girang senang berhasil menggoda kakak
iparnya yang cantik.
“Kamu jangan kurang ajar ya Gam!”
“Ah becanda Kak, jangan dimarahin
terus kenapa sih?” Rajuk Gama sembari memasang ekspresi polos tak berdosa.
“Ya udah cerita sini, kakak
dengerin.”
“Kak Kiara dulu yang cerita, kenapa kok
bilang malam ini kita sama-sama sial, baru setelah itu aku yang cerita tentang
kencanku.”
“Nggak banyak yang bisa kuceritakan
Gam. Intinya, aku udah mempersiapkan semuanya, penampilan, suasana kamar, eh
malah dicuekin sama Abangmu.” Runtuk Kiara kesal.
“Hmmm…Ditinggal tidur sama Bang
Bian?” Tebak Gama seolah sudah hapal dengan problematika rumah tangga kakaknya
itu.
“Yah, begitulah.”
“Kalo aku jadi Kak Bian, nggak
mungkin aku bisa tidur kalo sekamar dengan wanita secantik dan seseksi Kak Kiara.” Mata Gama
jalang menyusuri tubuh Kiara dari atas sampai bawah.
“Ish! Pinter banget kalo ngegombalin
cewek!” Balas Kiara. Gama berpindah tempat duduk, kali ini pemuda itu merapat
tepat di sebelah kakak iparnya. Saking dekatnya, dia bahkan sampai bisa
merasakan kehangatan tubuh Kiara.
“Ceritaku tidak lebih baik dari Kak
Kiara. Kencan dengan cewek yang jadi rebutan tapi hasilnya nol besar.
Benar-benar malam yang paling sial minggu ini.” Kiara menyandarkan kepalanya di
bahu Gama.
“Sepertinya kita berdua jadi
pecundang malam ini.” Lengan Gama bergerak melingkari bahu kakak iparnya dan
merengkuhnya lebih rapat pada tubuhnya.
“Hmmm, mungkin kita bisa merubah
kesialan malam ini jadi malam yang lebih baik Kak.”
Tangan Gama bergerak ke bawah dan
singgah pada buah dada Kiara. Kakak iparnya itu tak menyingkirkan tangannya atau
sekedar menghindar, dia hanya menatap jari-jari Gama yang mulai bergerak di
dada dan kemudian memandangi wajahnya.
“Gam, kamu tau kan kita nggak boleh kayak
gini?”
“Aku cukup dewasa untuk merubah malam
yang sebelumnya sial menjadi lebih baik Kak.” Satu tangan Gama mulai bergerak
melepaskan tali yang mengikat baju tidur Kiara. Segera saja dia menyibak gaun
tidur itu hingga tubuh indah istri abangnya terpampang jelas tanpa penghalang
lagi.
Kedua telapak tangannya bergerak ke
buah dada Kiara dan meremasnya dengan lembut hingga membuat putingnya mencuat
menusuk lembut telapak tangan. Kedua tangan Gama terus memainkan daging kenyal
tersebut sambil matanya menelusuri perut Kiara yang rata hingga menuju ke bawah
selangkangan yang dihiasi rambut tipis tercukur rapi.
“Bang Bian pasti akan membunuhmu kalo
sampai tau ini semua?”
Kiara tak tahu apa yang membuat
dirinya membiarkan Gama berbuat sejauh ini. Dia sama sekali tidak berusaha
untuk mencegahnya.
Gama sudah hampir 6 bulan tinggal
bersama Kiara dan Abian, selama itu pula dalam benak Kiara sama sekali tak
pernah terlintas pikiran yang berbau seksual terhadap adik iparnya itu, hingga
sampai malam ini. Detik ini mereka begitu dekat, bahkan dalam keadaan telanjang
bulat disaat Abian masih terlelap di atas ranjang. Bulu kuduk Kiara meremang,
bagian bawah tubuhnya pun terasa begitu lembab akibat gairah.
Bibir Gama mulai bergerak turun
menuju bibir Kiara. Kakak iparnya itu mendekatkan bibirnya tanpa diminta. Bibir
mereka saling bersentuhan dengan mulut terbuka. Lidah saling bersahutan satu
sama lain, bertukar liur.
Gama rupanya cukup mahir dalam
berciuman. Lidah pemuda itu begitu lihat menjilat, mengusap, bahkan membelit,
membuat Kiara makin terbuai dan mulai membandingkannya dengan kemampuan Abian
di masa mudanya dulu. Kiara mungkin tak pernah mempunyai pikiran seksual
terhadap adik iparnya ini tapi hal berbeda dirasakan oleh Gama, karena sejak
pertama kali bertemu dengan Kiara, pemuda itu sudah memendam hasrat terlarang
pada istri Abangnya itu. Maka kesempatan emas ini begitu dimanfaatkan oleh
Gama bisa mendengar lenguhan lirih
Kiara saat dia menciumnya. Kiara mulai menggerakkan pinggulnya sementara lengannya
yang ramping merengkuh tubuh Gama agar kedua bibir mereka melumat semakin
rapat. Gama menyadari jika kakak iparnya sudah terbuai birahi dan tak akan
menolaknya malam ini. Sesuatu yang sensual dan dulu hanya bisa ada dalam
angannya saja, sebentar lagi akan segera terwujud. Malam ini Kiara merasa telah
dicampakkan oleh suaminya dikala gairahnya tengah menyala, Gama berhasil
memanfaatkan momen keterlukaan itu, bak durian runtuh.
Satu tangan Gama bergerak turun ke
bawah, mengular menelusuri kulit perut Kiara yang lembut untuk kemudian menyentuh
tepian vagina kakak iparnya itu. Kedua paha Kiara masih merapat erat menahan
gerakan jemari Gama yang makin liar. Jemari Gama terus menggerayangi perut
bagian bawah disertai lidahnya yang menari dalam mulut Kiara.
Vagina Kiara menjadi teramat sangat
basah. Batinnya bergejolak, di satu sisi dia merasa bersalah pada Abian, tapi
di sisi lain Gama berhasil memuaskan hasrat yang selama ini tak bisa dipuaskan
oleh suaminya. Nafasnya semakin memburu cepat saat dia merasa tubuhnya
direbahkan di atas kursi panjang.
Setelah tubuh Kiara terebah secara
sempurna, Gama kembali mendekat, menciumi bibir kakak iparnya itu dengan lembut
dan mesra. Kiara menyambut pagutan-pagutan lembut itu tanpa paksaan, membiarkan
lidah adik iparnya bermanuver mencicipi manisnya indera pengecap. Ciuman bibir
Gama menjalar bebas ke sekujur tubuh Kiara. Gaun tidur Kiara telah terbuka
lebar, mata jalang Gama bisa dengan puas menyaksikan kesempurnaan tubuhh kakak
iparnya itu. Payudara yang membusung kenyal dengan dua buah puting berwarna
merah muda yang telah mengeras sempurna. Kiara rebah dengan kedua belah paha
terpentang lebar saat jemari Gama kembali bergerak keluar masuk di dalam
vaginanya. Kiara berada di perbatasan dari puncak kenikmatan namun tiba-tiba Gama
menghentikan aksinya.
Mata Kiara yang semula terpejam rapat
langsung terbuka lebar menatap heran sosok adik iparnya. Gama sedang membuka
pakaian terakhir yang menutupi tubuhnya. Batang penis pemuda 19 tahun itu
mengacung tegak dan keras, terayun-ayun saat dia berjalan mendekati Kiara.Kiara
mulai membandingkan ukuran kemaluan Gama dengan sang kakak.
“Stop Gama! Kita nggak bisa nglakuin
ini!” Cegah Kiara, mencoba menahan tubuh Gama yang berusaha kembali merapat.
Gama bergeming, senyumnya melebar penuh arti.
“Tenang Kak, aku akan membuat kakak
enak malam ini. Please jangan cegah aku…”
“Jangan Gama, aku istri kakakmu! Kita
nggak boleh nglakuin ini!” Otak waras Kiara menyangkal birahi yang sedari tadi
sempat menguasai tubuhnya.
“Aku tidak mungkin berhenti Kak,
lagipula aku juga tau Bang Bian sudah terlalu lama tak menyentuhmu.” Kiara masih
merapatkan kedua pahanya untuk mencegah aksi mesum Gama pada tubuhnya.
“Ayolah Kak, aku tau kamu juga menginginkan
ini.” Gama masih tak mau menyerah. Sudah kepalang tanggung, begitu pikirnya.
Gama kembali menunduk dan mencium puting
Kiara lagi. Lalu dia berpindah ke mulutnya. Kiara membuka mulut untuknya tanpa
dipaksa. Gama menghentikan ciumannya untuk berbisik pada Kiara, matanya menatap
lembut,
“Kamu begitu sempurna Kiara, bodoh
kalau Bang Bian mendiamkanmu selama ini…” Ucap Gama lirih sebelum kembali
melumat bibir Kiara yang mulai pasrah.
Untuk pertama kalinya Gama memanggil
nama Kiara tanpa panggilan Kak terlebih
dahulu, sesuatu yang tak biasa tapi itu jadi pemicu bagi Kiara hingga kalah
dalam pertempuran ini. Kiara memang menginginkan batang penis Gama memasuki
tubuhnya. Sudah terlalu lama Kiara tidak disetubuhi dengan penuh hasrat seperti
ini. Abian seperti sudah tak berselera lagi pada tubuhnya, begitu berbeda
dengan Gama yang terang-terangan meujanya setengah mati.
Kiara membuka pahanya. Sebelah
pahanya masih berada di atas bangku dan sebelahnya lagi ditariknya ke atas
tubuh Gama. Adik iparnya itu bergerak ke depan, batang penisnya dengan
sendirinya menemukan jalan masuk. Dengan perlahan didorongnya maju hinga kepala
penisnya menyeruak membelah bibir vagina Kiara.
Kiara akhirnya melingkarkan kedua
pahanya pada pinggang Gama dan tumitnya
menancap erat pada pantat adik iparnya itu untuk menariknya masuk semakin
dalam. Perlahan Gama mulai mengisi vagina Kiara melebihi apa yang pernah
dirasakannya bersama Abian. Setiap gerakan pinggul Gama yang menghujam naik
turun membuat kewarasan Kiara kabur entah kemana, berganti dengan birahi yang
menyeruak hebat.
Tak menunggu lebih lama Gama mulai
menyentakkan penis kerasnya seutuhnya hingga ke dasar vagina. Gama
menghentakkannya dengan sangat keras tapi itulah yang didambakan Kiara. Setiap
kali Gama menarik keluar batang penisnya, kedua kaki Kiara menahannya seakan
ingin segara melesakkannya ke dalam vaginanya kembali.
“Ouuchhh! Fuck! Yess! Yess!!”
Sama sekali tak terlintas dibenak
Kiara kalau kini dia telah mengkhianati suaminya. Kiara hanya meredakan dahaga
batinnya dari apa yang beberapa bulan belakangan ini tak pernah diberikan oleh Abian.
Gama memberikan persetubuhan yang cepat, keras dan sedikit kasar pada Kiara sesuatu
yang selalu diinginkan oleh kakak iparnya itu. Tubuh keduanya mengayun cepat,
lesakan penis kekar Gama dan gerak pinggul seksi Kiara makin menambah
sensualitas persetubhan terlarang itu. Klimaks itu semakin dekat, mereka berdua
bisa merasakannya. Kiara menjerit parau, sebelum ditutupi oleh bibir Gama yang
kembali melumatnya dengan ganas.
“HAAAHHHH…HAHHHH….HAAHHH…”
“Jangan menyesali ini Kak, kita
melakukannya dengan sempurna. Ini benar-benar indah, tidak perlu ada
penyesalan.” Gama mendekati wajah Kiara, sebelum kembali melumat bibir kakak
iparnya itu.
“Aku masih belum percaya kita bisa
nglakuin ini Gam…” Sahut Kiara setelah melepas pagutan bibir Gama.
“Kenapa? Apa aku nggak enak mainnya?”
Tanya Gama sembari menunjukkan wajah jenaka, senyum lebar dengan barisan gigi
rapi.
“Bukan…Bukan itu…Kamu hebat mainnya
Gam, bahkan bisa bikin kakak orgasme dalam waktu cepat. Tapi…” Kiara menatap
lekat wajah Gama. Wanita cantik itu menggigit bibirnya sendiri.
“Tapi apa Kak?” Tanya Gama penasaran.
“Ah sudahlah, nggak perlu dibahas
lagi. Lebih baik sekarang aku kembali ke kamar sebelum abangmu melihat kita ada
di sini berduaan.”
Kiara bangkit dari kursi panjang,
membenahi pakaian tidurnya dan melangkah pergi menuju dalam rumah. Gama memilih
untuk tetap bersantai di tepi kolam renang, menikmati kemenangan besar malam
ini. Fantasinya pada tubuh Kiara akhirnya bisa terlaksana tanpa banyak
halangan. Setidaknya ini bisa mengobati segala macam kekecewaan.
Posting Komentar
0 Komentar