PAK GURU NAKAL
PART 1
Aksa terkejut ketika membaca dua
kalimat singkat pada sepotong kertas yang terselip di antara lembar hasil tes
ujian murid-muridnya.
“Saya ingin punya cowok kayak Bapak.
Saya jatuh cinta sama Pak Aksa.”
Pria berkacamata itu menarik nafas
panjang beberapa kali. Aksa sudah tau pelakunya, karena ini bukan pertama
kalinya dia menjadi korban keisengan salah satu muridnya di SMA. Laura, itulah
satu nama yang langsung terbersit dalam benak Aksa. Sekali lagi dia memandangi
sobekan kertas kecil itu sebelum kemudian merobeknya hingga menjadi beberapa
potongan kecil lagi. Aksa tak mau keisengan Laura diketahui oleh guru-guru
lain, apalagi istrinya.
Aksa baru saja diterima bekerja di
SMA LARISA sebagai guru pengganti sejak 5 bulan lalu. SMA LARISA dikenal
sebagai sekolah khusus puteri swasta yang cukup mentereng. Banyak diantara para
muridnya berasal dari keluarga terpandang, tak hanya soal komposisi murid saja
yang membuat SMA LARISA menjadi terpandang, tapi juga karena deretan prestasi
yang telah diraih sekolah tersebut baik dari akadaemis maupun non akademis.
Maka diterima menjadi salah satu
pendidik di SMA LARISA, meskipun hanya sebagai guru pengganti cukup disyukuri
oleh Aksa. Apalagi sudah bertahun-tahun dirinya hanya bekerja sebagai tenaga
honorer di sebuah SMA negeri yang pendapatan per bulannya sangatlah kecil.
Beruntung salah satu temannya semasa kuliah merekomendasikannya untuk bisa
diterima di SMA LARISA, ini bisa dianggap sebagai lompatan karier yang cukup
mengesankan bagi Aksa.
Meskipun seluruh murid di SMA LARISA
adalah siswa perempuan, tapi jangan pikir tak ada murid-murid yang bandel dan
berkelakuan aneh. Sama seperti SMA pada umumnya kenakalan remaja sesekali bisa
ditemui di sekolah ini. Laura adalah salah satu siswa yang sering keluar masuk
kantor bimbingan konseling akibat ulah nakalnya. Tapi bukan itu yang membuat
perhatian Aksa sedikit tercurah pada gadis SMA berwajah cantik itu. Tapi ada
sebuah kejadian yang membuat Aksa memiliki pemikiran lain terhadap salah satu
muridnya tersebut.
***
BEBERAPA MINGGU SEBELUMNYA
Aksa baru
saja membagikan lembar kertas trial ujian masuk universitas pada seluruh murid
kelas 12 IPS. Sudah menjadi rutinitas di SMA LARISA menjelang bergulirnya masa
penerimaan mahasiswa baru di universitas-universitas negeri, memberikan
pembekalan berupa try out bagi seluruh siswa kelas 12. Dari dulu SMA LARISA
selalu menghasilkan lulusan-lulusan terbaik yang diterima masuk di universitas
favorit baik dari dalam maupun luar negeri, maka tak heran jika sekolah ini
benar-benar menyiapkan anak didiknya menjelang masa kelulusan agar
mempertahankan prestasi baik tersebut.
Aksa duduk
di belakang mejanya, pandangannya menyapu ke seluruh penjuru kelas. Hampir
semua siswa kelas 12 IPS berkonsentrasi pada lembar soal yang telah dibagikan,
beberapa diantaranya masih garuk-garuk kepala, sementara beberapa yang lain
terlihat mulai asyik menggerakkan bolpoint untuk menjawab soal satu persatu.
Namun
pandangan Aksa teralihkan pada salah satu muridnya, Laura. Gadis cantik dengan
wajah bertipe oriental tersebut duduk di barisan paling depan, jaraknya mungkin
hanya berkisar 3 meter dari meja guru. Ditengah kesibukannya mengerjakan soal,
lutut Laura beberapa kali merenggang, membuat Aksa dapat menyaksikan secara
jelas celah di antara kedua lutut muridnya tersebut.
Pertama kali, Aksa berpikir bahwa hal
itu hanyalah sebuah ketidaksengajaan. Laura mungkin terlalu asyik dan serius
mengerjakan soal sehingga tidak menyadari posisi duduknya yang cukup vulgar.
Sesekali kedua lutut itu dirapatkan, tapi tak lama kemudian terbuka kembali.
Aksa berusaha untuk mengabaikannya,
tapi lama kelamaan jiwa kelaki-lakiannya berontak. Guru pria itu jadi terlena menatap
keindahan paha dan kecantikan wajah gadis remaja yang duduk di depannya. Aksa
bahkan melihat senyum kecil di sudut bibir Laura ketika memergoki arah tatapan
matanya. Aksa langsung mengalihkan pandangan ke sekeliling ruang kelas. Tapi
tak lama kemudian, seperti dihipnotis, pandangannya beralih kembali ke tempat
semula. Ternyata kedua lutut Laura terbuka semakin lebar hingga ia dapat melihat
kemulusan paha bagian dalam milik muridnya itu.
Aksa tak mampu mengalihkan matanya ketika muridnya itu kembali mengangkat wajah. Sesaat, tatapan mata mereka bertemu. Lalu keduanya tersenyum. Tak lama kemudian, Laura kembali merenggangkan pahanya, Aksa terpana menatap segaris celana dalam berwarna putih. Barulah disadarinya bahwa paha itu memang sengaja direnggangkan agar ia dapat memandang keindahan yang tersembunyi di balik rok seragam berwarna abu-abu itu.
Pelan tapi pasti Aksa mulai hanyut
dalam fantasinya sendiri. Aksa ingin menghampiri dan melihat keindahan itu
lebih dekat lagi. Ia ingin mengusap kemulusan paha Laura dan mengecup pori-pori
kulit muridnya itu berulang kali. Aska ingin mencicipi kehalusan kulit paha itu
dengan ujung lidahnya. Lalu ia akan mengecup dan sesekali menjilat, mulai dari
lutut hingga ke pangkal paha. Aska juga ingin menyusupkan telapak tangannya ke
bawah rok Laura agar dapat meremas bongkah pinggul yang pasti masih kenyal.
Lidahnya akan menari-nari dengan liar
agar kedua belah paha mulus Laura menggunting lehernya sehingga lidahnya
terperangkap dalam liang vagina yang basah. Setelah melipat lidahnya seperti
bentuk sekop, akan dihisapnya semua lendir yang tersembunyi di bibir dalam dan
dinding vagina itu. Aksa akan meremas-remas bongkahan pinggul kenyal milik
Laura sambil membiarkan lidahnya merasakan denyutan-denyutan vagina seorang
gadis remaja yang sedang mencapai puncak orgasme.
“Gila! Aku tidak boleh membayangkan
ini!” Pekik Aksa.
Guru tampan dengan tinggi badan
nyaris menyentuh angka 180 sentimeter itu langsung membuang muka, berusaha
sekeras mungkin untuk menghentikan khayalan cabulnya pada tubuh Laura. Sejenak
Aksa menatap wajah Laura, gadis cantik itu juga menatapnya, bibir tipisnya
tersungging penuh arti.
***
Satu
minggu berlalu, Aksa masih rutin melakukan rutinitas sebagai guru pengganti di
SMA LARISA. Pria berusia 28 tahun itu pun mulai bisa akrab dengan beberapa guru
lain, bahkan beberapa orang murid pun juga demikian. Laura mungkin jadi salah
satu siswanya yang menjadi sangat akrab dengan Aksa, apalagi setelah insiden
saat Aksa tak sengaja melihat celah selangkangan gadis cantik itu.
Ya,
keduanya sangat akrab bahkan tak jarang keduanya saling berkirim pesan lewat
ponsel. Tentu awalnya mereka berdua hanya membahas tentang kegiatan di sekolah
layaknya seorang giri dan muridnya. Tapi Laura rupanya cukup pandai membuat
gejolak tabu dalam diri Aksa membumbung tanpa arah.
Keduanya
mulai sering melakukan percakapan yang tak pantas, melanggar norma antara guru
dan murid. Bahkan lebih pantas dilakukan oleh sepsang kekasih yang berjarak
umur tak terlalu jauh. Laura memberikan sensasi tersendiri pada Aksa, sesuatu
yang tak bisa diberikan istrinya ketika berada di rumah.
Di suatu
siang setelah menyelesaikan jadwal mengajarnya, Aksa kembali ke ruang guru
untuk beristirahat sejenak sebelum nanti kembali mengisi kelas berikutnya.
Perhatiannya teralih ketika ponselnya berbunyi, memberi tanda sebuah pesan
singkat masuk. Dahinya mengrenyit saat melihat barisan pesan yang menggoda,
sebuah pesan singkat dari Laura.
LAURA:
Coba tebak hari ini aku pake CD warna apa.
Aksa
menyapu pandangannya ke sekeliling ruangan guru, beberapa rekan kerjanya asyik
ngobrol dalam kelompok-kelompok kecil, sebagian yang lain masih sibuk dengan
laptop dan materi pengajaran. Setelah meyakini jika tak ada yang
memperhatikannya, Aksa mulai mengetik pesan balasan pada Laura.
AKSA :
Putih?
LAURA :
SALAH!
AKSA :
Pink?
LAURA :
masih salah!
AKSA:
hitam mungkin?
LAURA:
Aduhh!! Aku mana pernah pake CD warna hitam sih? Hayo, itu CD siapa yang
bapak lihat???
AKSA:
Hehehehe, asal nebak doang. Lagian mana aku tau warna CD mu hari ini, kan
belum kamu liatin kayak biasanya.
LAURA:
Oke…Oke…Kalo gitu bapak paling suka aku pake CD warna apa?
AKSA : Aku lebih suka kalo kamu nggak make
CD
LAURA:
Okey, tantangan diterima!
Aksa tersenyum simpul bak remaja yang
baru saja jatuh cinta sesaat setelah menyudahi percakapan mesumnya dengan
Laura. Pria itu sama sekali tak bisa menyangkal jika Laura berhasil merebut
sebagian hatinya yang seharusnya mutlak milik sang istri. Beribu alasan sudah
disiapkan Aksa untuk menyangkal semua fakta bahwa hubungannya dengan Laura
sudah melewati batas. Bukan hanya karena status mereka berdua sebagai guru dan
murid, tapi juga perbedaan jauh usia keduanya. Aksa tak peduli lagi akan hal
itu.
Keesokan
harinya, jantung Aksa berdebar-debar ketika berada di ruang kelas 12 IPS, kelas
dimana Laura berada. Setelah menjelaskan beberapa contoh soal untuk ujian masuk
universitas, Aksa melangkah berkeliling di antara kursi murid-muridnya. Semua
murid terlihat berkonsentrasi pada lembar soal mereka masing-masing, tak
terkecuali Laura. Adrenalin Aksa terpacu untuk mendekati kursi siswi favoritnya
itu. Tapi ketika sedang melangkah di sebelah kiri kursi Laura, gadis itu
sengaja menjatuhkan bolpointnya ke lantai.
Refleks Aksa berhenti lalu menunduk
untuk memungut bolpoint itu. Ketika menengadah, tiba-tiba wajahnya merona
merah. Walau hanya sesaat, dilihatnya Laura sengaja mengangkangkan kedua
pahanya lebar-lebar, lalu dengan cepat dirapatkan kembali. Memang hanya dalam
hitungan detik, tetapi Aksa sempat melihat pangkal paha itu dari jarak yang
sangat dekat. Di pangkal paha itu ada setumpuk kecil bulu-bulu ikal berwarna
hitam. Bukan hitam pekat, tetapi hitam kecokelat-cokelatan karena bercampur
dengan bulu-bulu halus, lurus, dan masih pendek. Bulu-bulu yang baru tumbuh!
Setelah berdiri kembali dan berhasil
menguasai dirinya, Aksa menatap ke sekeliling ruang kelas. Tak terlihat ada
tanda-tanda bahwa murid-murid lainnya mengetahui peristiwa itu. Perlahan dia
kembali menuju ke meja guru, dadanya masih berdebar, Laura ternyata menepati
janjinya untuk tak mengenakan CD hari ini. Gila! Ini benar-benar gila!
Kenakalan seorang remaja puteri berhasil membuat birahi Aksa terpancing ke
titik yang paling tinggi.
“Kerjakan soal-soal kalian, bapak mau
ke kamar mandi sebentar. Jangan ribut di kelas ya.”
“Baik Pak!” Sahut seluruh siswa.
Aksa tak bisa menahan birahinya,
penisnya mengeras, buru-buru dia melangkah pergi meninggalkan ruang kelas
menuju kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya. Seharusnya tak butuh waktu
lama, beberapa kocokan dan membuat sperma menyemprot begitu saja. Begitu
pikirnya seraya mempercepat langkah kaki menuju kamar mandi. Melewati lorong
panjang, dia berbelok ke kiri sebelum ruang guru, kamar mandi pria sudah ada di
hadapannya. Belum sempat Aksa menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba dia
dikejutkan oleh kehadiran Laura yang tak disadari mengikutinya dari belakang
entah sejak kapan.
“Laura? Ngapain kamu di sini?!” Aksa
panik, namun Laura justru tersenyum.
“Bapak beneran kebelet pipis atau
pengen ngocok?” Tanya Laura tanpa malu-malu.
“Sssttt! Apa-apaan sih kamu? Ayo
balik ke kelas sekarang.” Perintah Aksa, Laura bukan hanya tak mau menuruti
perintah Aksa tapi malah mendorong tubuh gurunya itu sebelum kemudian menutup
pintu kamar mandi dan menguncinya dari dalam.
Dua orang berlainan jenis dan berbeda
usia cukup jauh ini pun telah berada di dalam suatu ruangan yang tak terlalu
luas. Dada Aksa berdebar menatap tubuh Laura, tubuh yang membuatnya mendadak
horny sedari tadi. Hening untuk sesaat namun kemudian jiwa kelaki-lakian Aksa
mengambil kendali.
Guru itu menyentuh pundak Laura,
mendorongnya ke belakang hingga punggung sang murid menyentuh dinding kamar
mandi. Wajah Aksa dan Laura kini hanya berjarak sekian jengkal saja, Laura
terlihat pasrah, bibir tipisnya terbentuk celah yang makin menggoda. Aksa tak
bisa lagi menahannya, kepalanya makin mendekat, Laura bersiap untuk ciuman
pertamanya.
“Eeemmmmcchhh…Eeemmmcchh..”
Hanya itu yang terdnegar dari bibir
Laura kala Aksa mulai mencumbunya. Keduanya saling berciuman, membelit lidah,
bertukar liur bak sepasang kekasih yang haus akan cinta. Aksa membuang
jauh-jauh segala norma yang seharusnya dia jaga. Sentuhan fisik ini seolah
menghancurkan intregitasnya sebagai seorang guru yang seharusnya mendidik
muridnya untuk menjadi individu baik, bukan malah mencumbunya.
“Aaachhhh….”
Laura mendesah lirih saat jemari Aksa
mulai turun, meremasi payudaranya yang masih terbungkus kain seragam sekolah.
Ciuman Aksa juga beralih menuju leher jenjangnya yang putih, tubuh guru pria
tampan itu makin merapat. Laura bisa merasakan tonjolan di selangkangan Aksa
mendesak, menggesek-gesek perutnya. Rasa geli seketika menyerang tubuh
rampingnya, kakinya sampai menjinjit untuk menggapai tubuh Aksa yang jauh lebih
tinggi darinya.
Aksa makin beringas, isi kepalanya
dipenuhi oleh nafsu yang tak tertahan. Tangannya makin turun ke bawah, menyibak
rok Laura, lalu kemudia mengular menuju selangkangan gadis SMA itu. Laura
terpekik saat merasakan permukaan vaginanya yang tanpa penghalan disentuh
lembut jemari Aksa.
“Aaachhhh..Pak…”
Aksa bergeming dan terus melanjutkan
aksinya. Bibirnya kembali mencumbu bibir Laura, sementara jemarinya di bawah
mulai melakukan aksi yang lebih nakal. Menggesek-gesek permukaan vagina dengan
gerakan naik turun, perlahan tapi pasti dia mulai bisa merasakan jika area
intim salah satu muridnya itu mulai basah.
Namun, tiba-tiba Aksa berhenti. Dia
menjauhkan kepalanya, sebelum kemudian tubuhnya mundur ke belakang. Salah satu
bagian otak warasnya sudah bekerja rupanya. Laura menatap heran, dia belum
tuntas tapi kenapa justru Aksa menghentikannya?
“Kenapa Pak?” Tanya Laura dengan
wajah polos.
“Lebih baik, kamu kembali ke kelas
sekarang.”
“Ta-Tapi Pak…”
Aksa membuka pintu kamar mandi,
kepalanya melongok keluar untuk memastikan tidak ada orang lain. Setelah merasa
keadaan benar-benar aman, guru tampan itu kembali memberi perintah pada Laura,
kali ini suaranya lebih tegas dari sebelumnya.
“Ayo Laura, kamu kembali ke kelas
sekarang!” Laura hanya tertunduk, entah takut atau merasa kecewa, tapi gadis
itu akhirnya menuruti perintah Aksa untuk kembali ke kelas.
“Ya Tuhan! Apa yang sudah aku
lakukan?” Pekik Aksa
dalam hati seraya memandangi punggung Laura menjauh dari kamar mandi.
Posting Komentar
0 Komentar