PAK GURU NAKAL

 


GENRE : DRAMA EROTIC
JUMLAH HALAMAN : 97 HALAMAN
HARGA : Rp.15.000


PART 1

Aksa terkejut ketika membaca dua kalimat singkat pada sepotong kertas yang terselip di antara lembar hasil tes ujian murid-muridnya.

“Saya ingin punya cowok kayak Bapak. Saya jatuh cinta sama Pak Aksa.”

Pria berkacamata itu menarik nafas panjang beberapa kali. Aksa sudah tau pelakunya, karena ini bukan pertama kalinya dia menjadi korban keisengan salah satu muridnya di SMA. Laura, itulah satu nama yang langsung terbersit dalam benak Aksa. Sekali lagi dia memandangi sobekan kertas kecil itu sebelum kemudian merobeknya hingga menjadi beberapa potongan kecil lagi. Aksa tak mau keisengan Laura diketahui oleh guru-guru lain, apalagi istrinya.

Aksa baru saja diterima bekerja di SMA LARISA sebagai guru pengganti sejak 5 bulan lalu. SMA LARISA dikenal sebagai sekolah khusus puteri swasta yang cukup mentereng. Banyak diantara para muridnya berasal dari keluarga terpandang, tak hanya soal komposisi murid saja yang membuat SMA LARISA menjadi terpandang, tapi juga karena deretan prestasi yang telah diraih sekolah tersebut baik dari akadaemis maupun non akademis.

Maka diterima menjadi salah satu pendidik di SMA LARISA, meskipun hanya sebagai guru pengganti cukup disyukuri oleh Aksa. Apalagi sudah bertahun-tahun dirinya hanya bekerja sebagai tenaga honorer di sebuah SMA negeri yang pendapatan per bulannya sangatlah kecil. Beruntung salah satu temannya semasa kuliah merekomendasikannya untuk bisa diterima di SMA LARISA, ini bisa dianggap sebagai lompatan karier yang cukup mengesankan bagi Aksa.

Meskipun seluruh murid di SMA LARISA adalah siswa perempuan, tapi jangan pikir tak ada murid-murid yang bandel dan berkelakuan aneh. Sama seperti SMA pada umumnya kenakalan remaja sesekali bisa ditemui di sekolah ini. Laura adalah salah satu siswa yang sering keluar masuk kantor bimbingan konseling akibat ulah nakalnya. Tapi bukan itu yang membuat perhatian Aksa sedikit tercurah pada gadis SMA berwajah cantik itu. Tapi ada sebuah kejadian yang membuat Aksa memiliki pemikiran lain terhadap salah satu muridnya tersebut.

***

BEBERAPA MINGGU SEBELUMNYA

              Aksa baru saja membagikan lembar kertas trial ujian masuk universitas pada seluruh murid kelas 12 IPS. Sudah menjadi rutinitas di SMA LARISA menjelang bergulirnya masa penerimaan mahasiswa baru di universitas-universitas negeri, memberikan pembekalan berupa try out bagi seluruh siswa kelas 12. Dari dulu SMA LARISA selalu menghasilkan lulusan-lulusan terbaik yang diterima masuk di universitas favorit baik dari dalam maupun luar negeri, maka tak heran jika sekolah ini benar-benar menyiapkan anak didiknya menjelang masa kelulusan agar mempertahankan prestasi baik tersebut.

              Aksa duduk di belakang mejanya, pandangannya menyapu ke seluruh penjuru kelas. Hampir semua siswa kelas 12 IPS berkonsentrasi pada lembar soal yang telah dibagikan, beberapa diantaranya masih garuk-garuk kepala, sementara beberapa yang lain terlihat mulai asyik menggerakkan bolpoint untuk menjawab soal satu persatu.

              Namun pandangan Aksa teralihkan pada salah satu muridnya, Laura. Gadis cantik dengan wajah bertipe oriental tersebut duduk di barisan paling depan, jaraknya mungkin hanya berkisar 3 meter dari meja guru. Ditengah kesibukannya mengerjakan soal, lutut Laura beberapa kali merenggang, membuat Aksa dapat menyaksikan secara jelas celah di antara kedua lutut muridnya tersebut.

Pertama kali, Aksa berpikir bahwa hal itu hanyalah sebuah ketidaksengajaan. Laura mungkin terlalu asyik dan serius mengerjakan soal sehingga tidak menyadari posisi duduknya yang cukup vulgar. Sesekali kedua lutut itu dirapatkan, tapi tak lama kemudian terbuka kembali.

Aksa berusaha untuk mengabaikannya, tapi lama kelamaan jiwa kelaki-lakiannya berontak. Guru pria itu jadi terlena menatap keindahan paha dan kecantikan wajah gadis remaja yang duduk di depannya. Aksa bahkan melihat senyum kecil di sudut bibir Laura ketika memergoki arah tatapan matanya. Aksa langsung mengalihkan pandangan ke sekeliling ruang kelas. Tapi tak lama kemudian, seperti dihipnotis, pandangannya beralih kembali ke tempat semula. Ternyata kedua lutut Laura terbuka semakin lebar hingga ia dapat melihat kemulusan paha bagian dalam milik muridnya itu.

 Aksa tak mampu mengalihkan matanya ketika muridnya itu kembali mengangkat wajah. Sesaat, tatapan mata mereka bertemu. Lalu keduanya tersenyum. Tak lama kemudian, Laura kembali merenggangkan pahanya, Aksa terpana menatap segaris celana dalam berwarna putih. Barulah disadarinya bahwa paha itu memang sengaja direnggangkan agar ia dapat memandang keindahan yang tersembunyi di balik rok seragam berwarna abu-abu itu.

Pelan tapi pasti Aksa mulai hanyut dalam fantasinya sendiri. Aksa ingin menghampiri dan melihat keindahan itu lebih dekat lagi. Ia ingin mengusap kemulusan paha Laura dan mengecup pori-pori kulit muridnya itu berulang kali. Aska ingin mencicipi kehalusan kulit paha itu dengan ujung lidahnya. Lalu ia akan mengecup dan sesekali menjilat, mulai dari lutut hingga ke pangkal paha. Aska juga ingin menyusupkan telapak tangannya ke bawah rok Laura agar dapat meremas bongkah pinggul yang pasti masih kenyal.

Aksa ingin menyibak rok itu agar ia dapat menghirup aroma semerbak yang tersembunyi di situ. Aroma seorang gadis belia pasti sangat segar, katanya dalam hati. Aroma yang membius! Aroma yang membuat ia tak berdaya! Lalu ia akan menghirup aroma itu dalam-dalam. Setelah aroma itu memenuhi rongga dadanya, ia akan mencium dan menjilati kelembutan bibir vagina Laura.

 

 

 

 

 

 

Lidahnya akan menari-nari dengan liar agar kedua belah paha mulus Laura menggunting lehernya sehingga lidahnya terperangkap dalam liang vagina yang basah. Setelah melipat lidahnya seperti bentuk sekop, akan dihisapnya semua lendir yang tersembunyi di bibir dalam dan dinding vagina itu. Aksa akan meremas-remas bongkahan pinggul kenyal milik Laura sambil membiarkan lidahnya merasakan denyutan-denyutan vagina seorang gadis remaja yang sedang mencapai puncak orgasme.

“Gila! Aku tidak boleh membayangkan ini!” Pekik Aksa.

Guru tampan dengan tinggi badan nyaris menyentuh angka 180 sentimeter itu langsung membuang muka, berusaha sekeras mungkin untuk menghentikan khayalan cabulnya pada tubuh Laura. Sejenak Aksa menatap wajah Laura, gadis cantik itu juga menatapnya, bibir tipisnya tersungging penuh arti.

***

              Satu minggu berlalu, Aksa masih rutin melakukan rutinitas sebagai guru pengganti di SMA LARISA. Pria berusia 28 tahun itu pun mulai bisa akrab dengan beberapa guru lain, bahkan beberapa orang murid pun juga demikian. Laura mungkin jadi salah satu siswanya yang menjadi sangat akrab dengan Aksa, apalagi setelah insiden saat Aksa tak sengaja melihat celah selangkangan gadis cantik itu.

              Ya, keduanya sangat akrab bahkan tak jarang keduanya saling berkirim pesan lewat ponsel. Tentu awalnya mereka berdua hanya membahas tentang kegiatan di sekolah layaknya seorang giri dan muridnya. Tapi Laura rupanya cukup pandai membuat gejolak tabu dalam diri Aksa membumbung tanpa arah.

              Keduanya mulai sering melakukan percakapan yang tak pantas, melanggar norma antara guru dan murid. Bahkan lebih pantas dilakukan oleh sepsang kekasih yang berjarak umur tak terlalu jauh. Laura memberikan sensasi tersendiri pada Aksa, sesuatu yang tak bisa diberikan istrinya ketika berada di rumah.

              Di suatu siang setelah menyelesaikan jadwal mengajarnya, Aksa kembali ke ruang guru untuk beristirahat sejenak sebelum nanti kembali mengisi kelas berikutnya. Perhatiannya teralih ketika ponselnya berbunyi, memberi tanda sebuah pesan singkat masuk. Dahinya mengrenyit saat melihat barisan pesan yang menggoda, sebuah pesan singkat dari Laura.

              LAURA: Coba tebak hari ini aku pake CD warna apa.

              Aksa menyapu pandangannya ke sekeliling ruangan guru, beberapa rekan kerjanya asyik ngobrol dalam kelompok-kelompok kecil, sebagian yang lain masih sibuk dengan laptop dan materi pengajaran. Setelah meyakini jika tak ada yang memperhatikannya, Aksa mulai mengetik pesan balasan pada Laura.

              AKSA : Putih?

              LAURA : SALAH!

              AKSA : Pink?

              LAURA : masih salah!

              AKSA: hitam mungkin?

              LAURA: Aduhh!! Aku mana pernah pake CD warna hitam sih? Hayo, itu CD siapa yang bapak lihat???

              AKSA: Hehehehe, asal nebak doang. Lagian mana aku tau warna CD mu hari ini, kan belum kamu liatin kayak biasanya.

              LAURA: Oke…Oke…Kalo gitu bapak paling suka aku pake CD warna apa?

              AKSA : Aku lebih suka kalo kamu nggak make CD

              LAURA: Okey, tantangan diterima!

Aksa tersenyum simpul bak remaja yang baru saja jatuh cinta sesaat setelah menyudahi percakapan mesumnya dengan Laura. Pria itu sama sekali tak bisa menyangkal jika Laura berhasil merebut sebagian hatinya yang seharusnya mutlak milik sang istri. Beribu alasan sudah disiapkan Aksa untuk menyangkal semua fakta bahwa hubungannya dengan Laura sudah melewati batas. Bukan hanya karena status mereka berdua sebagai guru dan murid, tapi juga perbedaan jauh usia keduanya. Aksa tak peduli lagi akan hal itu.

              Keesokan harinya, jantung Aksa berdebar-debar ketika berada di ruang kelas 12 IPS, kelas dimana Laura berada. Setelah menjelaskan beberapa contoh soal untuk ujian masuk universitas, Aksa melangkah berkeliling di antara kursi murid-muridnya. Semua murid terlihat berkonsentrasi pada lembar soal mereka masing-masing, tak terkecuali Laura. Adrenalin Aksa terpacu untuk mendekati kursi siswi favoritnya itu. Tapi ketika sedang melangkah di sebelah kiri kursi Laura, gadis itu sengaja menjatuhkan bolpointnya ke lantai.

Refleks Aksa berhenti lalu menunduk untuk memungut bolpoint itu. Ketika menengadah, tiba-tiba wajahnya merona merah. Walau hanya sesaat, dilihatnya Laura sengaja mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar, lalu dengan cepat dirapatkan kembali. Memang hanya dalam hitungan detik, tetapi Aksa sempat melihat pangkal paha itu dari jarak yang sangat dekat. Di pangkal paha itu ada setumpuk kecil bulu-bulu ikal berwarna hitam. Bukan hitam pekat, tetapi hitam kecokelat-cokelatan karena bercampur dengan bulu-bulu halus, lurus, dan masih pendek. Bulu-bulu yang baru tumbuh!

Setelah berdiri kembali dan berhasil menguasai dirinya, Aksa menatap ke sekeliling ruang kelas. Tak terlihat ada tanda-tanda bahwa murid-murid lainnya mengetahui peristiwa itu. Perlahan dia kembali menuju ke meja guru, dadanya masih berdebar, Laura ternyata menepati janjinya untuk tak mengenakan CD hari ini. Gila! Ini benar-benar gila! Kenakalan seorang remaja puteri berhasil membuat birahi Aksa terpancing ke titik yang paling tinggi.

“Kerjakan soal-soal kalian, bapak mau ke kamar mandi sebentar. Jangan ribut di kelas ya.”

“Baik Pak!” Sahut seluruh siswa.

Aksa tak bisa menahan birahinya, penisnya mengeras, buru-buru dia melangkah pergi meninggalkan ruang kelas menuju kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya. Seharusnya tak butuh waktu lama, beberapa kocokan dan membuat sperma menyemprot begitu saja. Begitu pikirnya seraya mempercepat langkah kaki menuju kamar mandi. Melewati lorong panjang, dia berbelok ke kiri sebelum ruang guru, kamar mandi pria sudah ada di hadapannya. Belum sempat Aksa menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba dia dikejutkan oleh kehadiran Laura yang tak disadari mengikutinya dari belakang entah sejak kapan.

“Laura? Ngapain kamu di sini?!” Aksa panik, namun Laura justru tersenyum.

“Bapak beneran kebelet pipis atau pengen ngocok?” Tanya Laura tanpa malu-malu.

“Sssttt! Apa-apaan sih kamu? Ayo balik ke kelas sekarang.” Perintah Aksa, Laura bukan hanya tak mau menuruti perintah Aksa tapi malah mendorong tubuh gurunya itu sebelum kemudian menutup pintu kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

Dua orang berlainan jenis dan berbeda usia cukup jauh ini pun telah berada di dalam suatu ruangan yang tak terlalu luas. Dada Aksa berdebar menatap tubuh Laura, tubuh yang membuatnya mendadak horny sedari tadi. Hening untuk sesaat namun kemudian jiwa kelaki-lakian Aksa mengambil kendali.

Guru itu menyentuh pundak Laura, mendorongnya ke belakang hingga punggung sang murid menyentuh dinding kamar mandi. Wajah Aksa dan Laura kini hanya berjarak sekian jengkal saja, Laura terlihat pasrah, bibir tipisnya terbentuk celah yang makin menggoda. Aksa tak bisa lagi menahannya, kepalanya makin mendekat, Laura bersiap untuk ciuman pertamanya.

“Eeemmmmcchhh…Eeemmmcchh..”

Hanya itu yang terdnegar dari bibir Laura kala Aksa mulai mencumbunya. Keduanya saling berciuman, membelit lidah, bertukar liur bak sepasang kekasih yang haus akan cinta. Aksa membuang jauh-jauh segala norma yang seharusnya dia jaga. Sentuhan fisik ini seolah menghancurkan intregitasnya sebagai seorang guru yang seharusnya mendidik muridnya untuk menjadi individu baik, bukan malah mencumbunya.

“Aaachhhh….”

Laura mendesah lirih saat jemari Aksa mulai turun, meremasi payudaranya yang masih terbungkus kain seragam sekolah. Ciuman Aksa juga beralih menuju leher jenjangnya yang putih, tubuh guru pria tampan itu makin merapat. Laura bisa merasakan tonjolan di selangkangan Aksa mendesak, menggesek-gesek perutnya. Rasa geli seketika menyerang tubuh rampingnya, kakinya sampai menjinjit untuk menggapai tubuh Aksa yang jauh lebih tinggi darinya.

Aksa makin beringas, isi kepalanya dipenuhi oleh nafsu yang tak tertahan. Tangannya makin turun ke bawah, menyibak rok Laura, lalu kemudia mengular menuju selangkangan gadis SMA itu. Laura terpekik saat merasakan permukaan vaginanya yang tanpa penghalan disentuh lembut jemari Aksa.

“Aaachhhh..Pak…”

Aksa bergeming dan terus melanjutkan aksinya. Bibirnya kembali mencumbu bibir Laura, sementara jemarinya di bawah mulai melakukan aksi yang lebih nakal. Menggesek-gesek permukaan vagina dengan gerakan naik turun, perlahan tapi pasti dia mulai bisa merasakan jika area intim salah satu muridnya itu mulai basah.

Namun, tiba-tiba Aksa berhenti. Dia menjauhkan kepalanya, sebelum kemudian tubuhnya mundur ke belakang. Salah satu bagian otak warasnya sudah bekerja rupanya. Laura menatap heran, dia belum tuntas tapi kenapa justru Aksa menghentikannya?

“Kenapa Pak?” Tanya Laura dengan wajah polos.

“Lebih baik, kamu kembali ke kelas sekarang.”

“Ta-Tapi Pak…”

Aksa membuka pintu kamar mandi, kepalanya melongok keluar untuk memastikan tidak ada orang lain. Setelah merasa keadaan benar-benar aman, guru tampan itu kembali memberi perintah pada Laura, kali ini suaranya lebih tegas dari sebelumnya.

“Ayo Laura, kamu kembali ke kelas sekarang!” Laura hanya tertunduk, entah takut atau merasa kecewa, tapi gadis itu akhirnya menuruti perintah Aksa untuk kembali ke kelas.

“Ya Tuhan! Apa yang sudah aku lakukan?” Pekik Aksa dalam hati seraya memandangi punggung Laura menjauh dari kamar mandi.

 



Posting Komentar

0 Komentar