SWINGERS (THE PRIVATE PARTY)
PART 1
ALUNA POV
"Udah
gila Lu ya?!" Umpatku, suamiku Damar nampak tercekat kaget apalagi saat
melihat ekspresi kemarahan pada wajahku.
"Ini
apa?! Dapet darimana Lu? Pasti dari Roby temen kerjamu yang maniak sex itu
kan?!" Cerocosku seraya menunjukkan pamflet kertas berwarna merah maroon
dengan tulisan besar di bagian atas "THE PARTY" tepat di hadapan
Damar.
"Luna
sayang, tenang dulu jangan langsung marah-marah. Aku bisa jelasin ini
semua." Kata Damar sambil meremas jemariku, mencoba menenangkanku.
"Gimana
Gue nggak marah, suami sendiri nyuruh Gue buat ML sama orang lain?! Belum lagi
ini ada threesome, orgy, gangbang, cuckold juga?! Sinting Lu Dam!"
Hardikku, Aku tepis tangan Damar. Emosiku masih belum benar-benar reda apalagi
saat membaca isi pamflet yang beberapa saat lalu diberikan oleh Damar.
Aku memang
pernah bercinta dengan dua orang mantan pacarku dan sekali terlibat one night
stand dengan teman kerja sebelum menikah dulu. Tapi soal cuckold, threesome,
gangbang bahkan orgy tidak pernah terpikir olehku untuk melakukannya, memang
ada fantasi ke arah sana namun aku tidak punya cukup keberanian untuk itu.
Terlebih setelah menikah, Damar adalah satu-satunya pria yang pernah bercinta
denganku. Lalu kini tiba-tiba Damar menghampiriku dengan menunjukkan sebuah
pamflet event gila padaku, dia memintaku untuk ikut di dalamnya. Kegilaan yang
selama 4 tahun berumahtangga dengannya baru kali ini Aku lihat.
Aku dan Damar
sudah menikah hampir 4 tahun lamanya. Selama itu pula kehidupan Kami baik-baik
saja meskipun belum dikaruniai momongan. Damar mulai menanjak kariernya, kini
suamiku itu sudah menempati posisi Brand Manager si sebuah perusahaan asing
yang bergerak di bidang IT meskipun usianya belum menyentuh angka 35 tahun,
sebuah lompatan karier yang luar biasa menurutku. Sementara Aku, makin
disibukkan dengan bisnis online yang Aku rintis sejak jaman kuliah dulu.
Sekarang aku sudah memiliki 4 orang admin dan puluhan reseller di seluruh
Indonesia. Kesibukan Kami berdualah yang membuat kehidupan rumah tangga kami
akhir-akhir ini mulai mengalami kejenuhan, atau bahkan mungkin sudah berada di
titik nadir.
Intensitas
hubungan sex yang mulai berkurang, kehangatan serta keromantisan yang mulai
memudar membuat Aku dan Damar hidup seperti dalam sangkar mas. Kehidupan
ranjang Kami hanya sebatas formalitas penggugur kewajiban pasangan suami istri.
Bahkan Aku sendiri sampai lupa kapan terakhir kali Aku merasakan orgasme,
semuanya terasa sama saja, dingin dan hambar. Aku muak, Damar pun merasakan hal
yang sama. Hingga tiba-tiba Damar memberikan pamflet THE PARTY padaku,
menawarkannya sebagai solusi atas masalah rumah tangga kami berdua.
"But
we did it anyway, right? Aku, Kamu, that’s why Kita sampai ke tahap
ini kan? Terus apa bedanya kalau terjadi lagi di level yang lebih tinggi? Kita
sama-sama tahu bahkan saling menyaksikan, sensasi rasa cemburu itu yang bikin
kita makin hot sama pasangan." Ujar Damar masih mencoba meyakinkanku.
"Jadi
untuk itu kita berdua harus sama-sama ngewe atau selingkuh dengan orang
lain?"
"Aku
tanya Kamu dulu, apa definisi selingkuh itu? Seseorang bisa dikatakan selingkuh
kalau dia melakukan hal di luar pengetahuan pasangannya, dengan kata lain dia
melakukan secara sembunyi-sembunyi hingga pasangannya nggak tahu dan nggak
pernah menyetujuinya. Beda dengan event ini. Semuanya terbuka dan melalui
persetujuan bersama antara kedua pasangan suami istri !" Jawab suamiku.
Aku terdiam
meresapi kata-katanya, mungkin ada benarnya juga, kami perlu hiburan yang tidak
biasa, perlu mencoba sesuatu yang baru untuk merefresh hubungan kami yang sudah
berada di titik nadir ini.
"Emang si
Roby udah pernah nyoba ke acara ini? Terus hasilnya gimana?"
"Justru
dia udah pernah makanya dia cerita, katanya sex life dia sama istrinya lebih
bergairah setelah ikutan acara ini."
"Jadi
Roby lihat si Viona ngewe sama cowok lain?"
"Yup, dan
sebaliknya, kadang juga mereka tukar pasangan atau rame-rame dengan orang
lain." Aku mengernyitkan dahi mendengarnya, aku baru tahu ada yang membuat
event segila ini di Indonesia.
"Kalaupun
ngga ada hasilnya, ya anggaplah ini pesta perpisahan buat Kita, gimana?"
Damar merangkul tubuhku dan mendekapnya. Aku menghela nafas dan mengambil
rokoknya yang ia letakkan di bibir asbak lalu menghisapnya.
"Lu yakin
ini bakal membawa perubahan?" Tanyaku, seiring dengan mulai luluhnya
hatiku atas permintaan Damar.
"Hopefully
say, this is our last effort." Kata Damar sambil menggenggam telapak
tanganku dengan hangat.
"Kalau
sampai ini nggak berhasil dan kita harus cerai, kita masih teman baik
kan?" Damar menoleh ke arahku, kami saling pandang. Aku tersenyum kecil
dan mengangguk.
"Belum
married dulu kita emang teman baik, mungkin udah takdir kita sebagai teman
bukan sebagai suami istri." Lanjutnya sebelum mengecup keningku.
***
ALUNA POV
Tiga hari
kemudian, Damar memberitahuku bahwa dia telah menerima email balasan dari EO
"The Party". Jujur jantungku tiba-tiba berdetak kencang kala itu,
meskipun belum tau apa isi balasan email tersebut tapi pikiranku sudah
membayangkan kegilaan macam apa yang akan disajikan event The Party ini.
"Apa isi
balasannya?" Tanyaku penasaran pada Damar lewat sambungan telepon.
"Nanti
kita lihat bareng, 2 jam lagi Aku cabut dari kantor." Jawab suamiku.
"Lama
banget!" Dengusku kesal.
"Eh ada
yang udah nggak sabar buat di gangbang nih? Hehehehe." Goda Damar sambil
terkekeh ringan.
"Tai Lu!
Gue cuma penasaran aja sama isi emailnya!" Umpatku kesal, dari balik
telepon Damar makin tertawa kencang. Sebuah kesenangan membuatku tersiksa dalam
rasa penasaran.
Sore hari,
saat Damar beres mandi, dia memanggilku untuk ke kamar tidur. Di atas ranjang
suamiku sudah membuka laptopnya, senyumnya mengembang sumringah ketika
melihatku masuk ke dalam kamar.
"Gimana
Dam?" Tanyaku antusias.
"Diterima?"
Lanjutku tak sabar.
"Sabar
sayang, sini dong. Kita buka bareng-bareng." Kata Damar sambil
menepuk-nepuk atas ranjang di sebelahnya. Aku bergegas menghampirinya lalu
duduk tepat di sampingnya.
Damar lalu
membuka email, Aku sempat menahan nafas ketika menunggu email itu terbuka.
Sebuah dokumen tersemat dalam email itu, format PDF, terkesan begitu resmi
pikirku. Damar lalu mengunduhnya, selang beberapa waktu PDF itu terbuka. Di
bagian atas terpampang kop surat tulisan besar "THE PARTY",
dilanjutkan dengan ucapan selamat karena kami berdua dinyatakan lolos sebagai
peserta event. Damar menoleh ke arahku, senyumnya kembali merekah, sementara
Aku berusaha menutupi kelegaan dengan sikap cuek seolah merasa biasa aja,
padahal sejak menerima telepon dari Damar tadi siang jantungku tak berhenti
berdebar kencang.
Isi PDF itu
berisi perjanjian kontrak bagi para pesertanya, kemudian dilanjutkan dengan
aturan yang harus diikuti selama event lalu terakhir adalah nominal pembayaran
yang harus diberikan oleh para peserta. Aku meyakini jika event The Party ini
bukanlah event untuk sembarang orang karena biaya yang harus dibayarkan oleh
per orang adalah 100 juta rupiah, bukan uang yang sedikit menurutku.
"Lu yakin
masih ingin ikut ini Dam? Tuh liat, seratus juta bos!" Tanyaku, Aku sempat
meliriknya melihat reaksinya yang masih tersenyum bahagia.
"Apa
artinya uang segitu dibanding dengan kebahagiaan kita? Hmmm?" Jawab Damar
dengan kembali melontarkan pertanyaan kepadaku.
"Yakin
kalau event ini bisa bikin rumah tangga kita bisa kembali kayak dulu
lagi?" Tanyaku kembali.
"Setidaknya
kita udah mencoba untuk memperbaikinya kan? Kalaupun ini nggak berhasil ya mau
gimana lagi?" Ujar Damar santai sebelum merebahkan tubuhnya ke atas
ranjang. Aku hanya menghela nafas panjang sembari kembali melihat monitor
laptop yang masih memperlihatkan isi dokumen PDF.
"Gue cuma
nggak mau dicap sebagai cewek gila sex gara-gara ikut ini!" Kataku sedikit
ketus. Damar kembali bangkit dari tidurnya, memelukku dari belakang.
"Siapa
yang akan menilaimu seperti itu sayang? Ini bukan event sembarangan, pesertanya
pun diseleksi, nggak semua orang bisa ikut. Nggak bakal ada yang ngenalin kita
di sana! Aku jamin!" Ucap Damar. Aku hanya terdiam, mungkin benar juga apa
yang dibilang oleh Damar barusan.
"So? Kita
jadi ikut The Party?" Tanya Damar beberapa saat kemudian, Aku meliriknya,
kenapa dia masih saja tersenyum sih? Aku hanya mengangkat alisku tanda
persetujuan.
"Yeeeaaayy!!!"
Sorak Damar kegirangan layaknya seorang bocah yang besok akan pergi liburan.
***
Mobil kami
sudah memasuki gerbang kompleks perumahan elite di selatan kota, sesuai alamat
yang diberikan oleh EO The Party dalam email balasan beberapa hari lalu. Pintu
masuk komplek perumahan ini dijaga ketat oleh beberapa anggota security
berpakaian safari, penampilan mereka semua sama, berbadan tegap dan berambut
cepak. Sebelum Kami masuk terlebih dahulu mereka memeriksa identitas Kami,
kemudian menanyakan tujuan datang kemari. Standar keamanan untuk sebuah
perumahan elit.
Setelah
selesai diperiksa Damar kembali melajukan mobil, tujuan Kami adalah menuju
sebuah rumah mewah yang berada di ujung komplek, sesuai dengan petunjuk para
security tadi. Sebuah rumah lantai dua dengan pagar setinggi hampir 3 meter, di
samping gerbang terdapat pos security, seorang pria mendekati kaca kemudi.
"Ada yang
bisa dibantu Pak?" Tanyanya ketika Damar menurunkan kaca mobil, mata
security itu terlihat mengamati wajah kami berdua dengan seksama.
"Siang,
saya mau bertemu dengan Bu Angel , udah ada janji atas nama Damar
Hermawan." Kata suamiku pada security itu.
"Baik
Pak, ditunggu sebentar ya." Security itu beranjak kembali ke posnya
kemudian menelepon seseorang dari sana. Tak berselang lama pintu gerbang
terbuka secara otomatis, security itu memberi tanda agar mobil Kami maju
perlahan.
"Bapak
ibu, langsung saja masuk, Bu Angel sudah menunggu."
"Ok Pak,
thanks." Sahutku.
Damar kembali
memacu mobil masuk ke dalam halaman rumah mewah itu. Bangunan tinggi bercat
putih itu terlihat begitu luas, di garasi terparkir beberapa mobil mewah
keluaran terbaru. Saat mobil berhenti dari pintu rumah keluarlah seorang wanita cantik berambut
sebahu dihighlight kemerahan tersenyum ke arah kami.
"Halo,
Damar dan Luna kan?" sapanya menghampiri kami dan mengulurkan tangannya.
"Saya
Angel, PR event The Party kita selama ini udah berhubungan lewat WA."
Kami
berjabatan tangan, wanita itu nampak lebih cantik dari di picture profile WA,
usianya kira-kira tiga puluhan, sebaya dengan kami. Profil tubuhnya juga ideal,
dengan tinggi sekitar 170an, terlihat seksi tapi anggun dalam gaun merah tanpa
lengan dengan V-neck serta potongan bawah yang rendah memamerkan keindahan
pahanya. Kulihat Damar curi-curi pandang ke bagian terbuka itu, aku sudah
maklum dengan naluri pria seperti itu.
"Mari
kita masuk dulu, ada beberapa hal yang harus diurus sebelum kita ke acara The
Party." katanya ramah.
Di dalam ia
mempersilakan kami duduk di sofa. Mataku memandangi ruangan ini dengan kagum.
Sebagai public relation, kantor Angel
lumayan mewah dan lega dilengkapi furniture berkelas. Setelah mengambil sebuah
kotak jinjing dari dalam lemari, ia duduk di hadapan kami.
"Sebelumnya
saya ucapkan selamat datang dulu di The Party!" katanya.
"Apa ada
yang mau ditanyakan dulu?"
"Pertama-tama
saya mau tahu dulu profil perusahaan yang mengadakan event ini, kok bisa ya ada
bisnis seperti ini di Indonesia, itu yang bikin saya penasaran." tanya
Damar.
Angel
tersenyum, nampaknya ia sudah biasa menghadapi pertanyaan seperti ini, kemudian
ia mulai menjelaskan bahwa event dan kompleks elite ini berada di bawah
perusahaan yang sama, perusahaan ini juga bergerak di bidang security, hiburan,
dan perhotelan. Lebih lanjut lagi, ia mulai bercerita lebih jauh tentang event
The Party.
"Proyek
ini tadinya hanyalah percobaan, namun di luar dugaan peminatnya ternyata banyak
dan hingga kini sudah berjalan tujuh tahun, dan terus mengalami perkembangan.
Kami menangkap peluang pasar kaum menengah atas akan kebutuhan rekreasi yang
tidak biasa, rekreasi erotis yang biasa kita temui di beberapa negara Eropa,
namun karena budaya di kita belum bisa menerimanya, maka event ini bisa
dibilang semi underground, hanya untuk kalangan tertentu yang sudah terseleksi
saja, dan kami sangat menjamin privasi dan kerahasiaan setiap klien kami."
"Ehm,
siapa saja yang menjadi klien kalian?" berikutnya aku yang bertanya.
"Oh
sangat beragam dan dari berbagai kota di Indonesia, bahkan ada beberapa dari
luar negeri, termasuk ekspatriat, seingat saya ada dari Singapura, Australia,
Taiwan macem-macem. Dan seperti yang kalian ketahui, pangsa pasarnya adalah
kelas menengah atas. Kami memiliki klien pejabat, anggota dewan,
selebritis."
"Selebritis?
Jadi ada artis atau musisi juga?" tanyaku lagi. Angel mengangguk.
"Begitulah."
"Event
ini, apa hanya di sini aja?" tanya Damar.
"Ya untuk
pulau Jawa dan ada satu lagi di Bali, we have secret beach there,
kedepannya kemungkinan akan bertambah lagi tempatnya."
Kami terdiam
menghadapi kenyataan bahwa bisnis erotis seperti ini ternyata sudah ada di
Indonesia dan kami akan segera menjadi bagian di dalamnya. Setelah menerangkan
cukup detail mengenai event ini, ia membuka laci mejanya dan mengeluarkan dua
kotak kecil berisi cincin platinum bergaris biru yang elegan.
"Ini
adalah tanda pengenal peserta treatment dan menjadi milik kalian, harap dipakai
selama acara." Kami pun mengambil benda itu dan memakai di jari
masing-masing, ukurannya pas. Pantas saja di formulir pendaftaran kami harus
mengisi ukuran cincin, ternyata untuk ini.
"Peserta
memakai cincin seperti itu, sementara aktor-aktor kami yang akan meramaikan
acara memakai cincin hitam seperti ini." ia membuka smartphone dan
menunjukkan gambar sebentuk cincin berwarna hitam.
"Jadi
kalau bertemu yang memakai ini dan melakukan sesuatu yang membuat terkejut,
tenang saja, itu hanya skenario, keamanan dan kenyamanan kalian selama di event
kami jamin sepenuhnya."
"Satu
lagi hal penting, di kontrak sudah tertulis bahwa dokumentasi dalam bentuk
apapun dilarang keras, untuk itu bila kalian membawa kamera, smartphone, atau
apapun untuk merekam harus dititipkan di sini!" kata wanita itu berjalan
ke arah lemari mengeluarkan dua buah kotak.
"Kami
telah menyediakan smartphone khusus agar kalian bisa tetap berkomunikasi dengan
keluarga, selain itu admin acara akan selalu berhubungan kalian lewat pesan WA,
sekarang pindahkan chip kalian dan tukar dengan smartphone kami!"
Smartphone itu
ponsel pada umumnya, hanya telah dimodifikasi sehingga kameranya tidak
berfungsi. Kami pun mengeluarkan chip dan memasukkannya ke smartphone yang
diberikan oleh Angel.
"Kalau
misalnya ada yang nakal diam-diam bawa alat buat dokumentasi acara
gimana?" tanya Damar sambil mengganti chip.
"Maka
besoknya tubuhnya akan mengambang di laut." Jawaban itu membuat kami
terhenyak hingga akhirnya Angel tersenyum nakal melihat reaksi kami.
"Bercanda
hihihi. Itu tidak akan terjadi karena kami punya semua rekaman CCTV kegiatan
peserta, jadi baik perusahaan dan member memegang kartu as-nya masing-masing,
tinggal ikuti saja peraturannnya, that simple." Setelah menerima card
untuk mengambil barang kami bila mau pulang nanti, Angel mengajak kami ke
tempat event.
***
Kami mengikuti
Alpardh putih yang dikendarai oleh Angel dari belakang, menyusuri rumah-rumah
megah di kompleks ini. Suasana di sini begitu asri dan tenang dengan pepohonan
yang banyak tumbuh di pinggir jalannya. Kami terus mengikuti mobil Angel ke
wilayah yang agak lebih tinggi hingga akhirnya mobil di depan kami menepi di
sebuah pos security, di sampingnya terdapat sebuah gerbang besar. Bangunan di
balik gerbang terlihat lebih tinggi dibanding dengan bangunan yang pertama kali
kami singgahi tadi.
"Member
maupun aktor wajib lapor sebelum masuk, sekarang kita akan mendaftar dan
mengambil kunci. Security tersedia 24 jam, mereka hanya akan masuk ke dalam
kalau dipanggil, intercom langsung ke sini tersedia di setiap pondok dan juga
sudah ada nomor security di smartphone kalian." kata Angel setelah turun
dari mobil.
Dua pria
berpakaian safari dan bertubuh kekar keluar dari pos menyambut kami. Tanpa
bertele-tele, setelah petugas memasukkan data kami ke komputer dan menyerahkan
kunci, kami pun bersiap masuk ke dalam. Dari luar sudah terlihat tempat itu
sangat megah. Gerbang besar itu terbuka secara otomatis menyambut kami.
Begitu masuk
terlihat sebuah taman yang indah dan artistik dikelilingi tembok dan pepohonan
tinggi. Kolam ikan, jembatan kecil dan patung-patung yang menghiasi beberapa
sudut memperindah taman itu, kalau saja smartphone kami tidak ditahan aku pasti
sudah berfoto-foto dulu di sini. Damar memarkirkan mobil di pelataran parkir
yang bisa menampung lebih dari selusin mobil di sebelah mobil Angel.
"Kita ke
sana!" Seru Angel menunjuk ke sebuah bangunan kecil disamping bangunan
utama, berlantai dua dengan dikelilingi
tembok lebih rendah berlapis marmer merah.
"Udah ada
yang datang selain kita?" Tanya Damar penasaran.
"Ada
sepasang yang datang kemarin dari Solo." Jawab Angel menuntun kami ke arah
bangunan tersebut.
Aku semakin
terkagum-kagum melihat di balik tembok itu, seperti sebuah kampung kecil dengan
lima pondok minimalis satu lantai mengelilingi gedung kecil berlantai dua yang
megah itu. Sebuah jalan kecil yang muat satu mobil membelah tiga pondok dan dua
pondok gedung itu saling berseberangan. Taman kecil di depan setiap pondok
semakin memperindah suasana. Tempat ini menyerupai kota benteng mini dengan dua
lapis tembok, mungkin lahan sebesar ini lebih cocok untuk sebuah sekolah
internasional.
"Aahh,
itu mereka! Ayo saya kenalin!" Kata
Angel .
"Angel!"
Sapa seorang wanita berparas cantik penampilannya lumayan glamaour layaknya
seorang sosialita , wanita itu dari dalam diikuti seorang pria tambun berkumis
berusia sekitar 50 tahunan.
"Siang
Mbak Retno! Pak Agus." Balas Angel sebelum mencium pipi kiri dan kanan
wanita yang dipanggil Mbak Retno oleh Angel barusan.
"Ini
member baru kita, kenalin Damar dan yang cantik itu istrinya, Aluna!" Kami
berkenalan dan berjabat tangan dengan pasangan yang berasal dari Solo itu.
Mereka begitu ramah dan penuh kehangatan menyambut kami yang baru datang ini.
"Pak Agus
dan Mbak Retno ini member lama, udah berapa kali ikut event?"
"Ini yang
kelima!" Jawab Pak Agus antusias, sesekali pria tambun itu melirik genit
ke arahku, seolah tak merasa takut atau sungkan pada Damar yang berada tepat di
sampingku.
"Ya, lima
kali, jadi kalau ada perlu kalian bisa tanya atau minta tolong ke mereka."
Selanjutnya
Angel mengantarkan kami ke pondok yang akan kami tempati di seberang pondok
pasangan itu. Interior di dalam bertype minimalis dan elegan. Kulkas sudah
terisi makanan dan minuman , demikian pula beberapa botol minuman keras merk
terkenal di lemari minibar.
"Di sini
bisa memasak sendiri, bisa dari catering kami yang di sebelah kantor, juga bisa
memesan dari luar, delivery akan diantar ke pos security dan mereka yang
mengantarkannya ke sini." Angel lalu menjelaskan bahwa setiap sudut tempat
ini terpasang hidden camera resolusi tinggi sehingga kita dapat melihat spot
yang ingin kita lihat melalui TV.
"Kalian
dapat melihat pasangan kalian bercinta dengan siapa dan dimana, tinggal cari
saja spotnya dengan remote TV ini, kecuali di toilet, kami tahu tidak nyaman
dan tidak etis tertangkap kamera dalam keadaan sedang buang hajat." Angel
menjelaskan sambil memberi contoh dengan menekan-nekan remote TV.
Mbak Retno dan
Pak Agus yang mengikuti kami juga menjelaskan beberapa hal tentang detail
event, seperti berusaha mendekatkan diri dengan kami yang pendatang baru ini.
"Omong-omong
sebentar lagi akan ada aktor yang datang." Kata Angel melihat
smartphonenya.
"Apa
masih ada yang belum mengerti?" Tanya Angel, Damar menggeleng, begitupun
denganku.
"Nanti
saya hubungi aja kalau perlu!" Sahut Damar kemudian.
"Tenang
aja, kan ada Saya. Nanti kalo ada yang belum jelas bisa langsung nanya ke Saya
atau istri Saya." Celetuk Pak Agus sambil menyunginngkan senyum ke arahku.
"Baiklah
kalau begitu saya tinggal dulu, have fun all!" Pamit Angel lalu keluar
dari pondok kami meninggalkan kami berempat.
"Kalian
mau istirahat dulu atau liat-liat??" Tanya Mbak Retno.
"Eehmm,
gimana yah enaknya?" Aku bingung mau menjawab apa.
"Ikut Aku
aja Lun, kebetulan Aku mau berenang. Biarin suami-suami kita ngobrol
dulu."
Wanita itu
langsung menggandeng tanganku ke gedung utama. Sedikit kikuk karena tak
terbiasa langsung akrab dengan orang yang baru dikenal Aku hanya bisa menuruti
serta mengikuti langkah kaki Mbak Retno. Begitu masuk kami tiba di bangsal
utama sebesar lapangan basket yang menurutnya biasa dipakai untuk resepsi atau
acara lain. Sebuah pintu kaca di seberang menghubungkan ke area kolam renang
indoor berukuran sedang. Di sana terdapat dua buah tangga, yang kiri mengarah
ke lantai dua dimana terdapat ruang fitness dan yang kanan mengarah ke ruang
pertemuan.
"Di sini
kita bisa main di mana aja, nggak selalu di kamar, jadi kan ndak bosenin
gitu." Paparnya.
"Kamu
sebelumnya pernah ML sama orang lain selain suami?" Tanyanya yang kujawab
dengan gelengan kepala.
"Kamu
pasti nervous?" Katanya menebak isi kepalaku yang memang benar.
"Kita
berenang aja dulu supaya lebih segar yuk!"
"Tapi
nggak nggak bawa swimsuit Mbak."
"Swimsuit?
Ah siapa yang perlu!" Mbak Retno lalu dengan santai melepas bajunya
sendiri hingga telanjang.
Tubuh wanita
berdarah Jawa itu masih indah dan langsing, perutnya pun tak nampak lipatan
lemak padahal usianya mungkin sudah kepala empat. Selangkangannya ditumbuhi
bulu-bulu hitam, tipis dan eksotis.
"Eeehh...
Mbak!!" Aku kaget bukan main ketika ia mencoba melepas bajuku.
"Enjoy
aja, ojo canggung!" Katanya di dekat wajahku.
Ia memelukku
dan memagut bibirku, baru pertama kali dalam hidup aku berciuman dengan wanita.
Aku ingin berontak namun entah mengapa aku tidak melakukannya, malah mulai
menikmati pagutan bibir wanita itu dan balas memeluknya. Ciuman lembut dan
rabaannya terhadap tubuhku membuatku lebih rileks, aku mulai memainkan lidahku
membalas lidahnya yang menjilati bibirku. Aku pun pasrah ketika ia melucuti
satu demi satu pakaianku hingga tak terasa aku pun sudah telanjang.
"Badan
kamu bagus Lun!" Pujinya memandangi tubuhku sambil meremas payudara
kiriku.
"Mbak
juga." Balasku dengan wajah memerah.
"Yuk ke
air aja!" Ajaknya menggandeng pergelangan tanganku.
"Heeii...!!!"
Jeritku kecil ketika di bibir kolam wanita itu menarik lenganku hingga kami
berdua tercebur ke dalam kolam.
Aku timbul ke
permukaan dan menyeka rambut basahku ke belakang, air merendam tubuhku hingga
leher. Mbak Retno mencipratkan air dan kubalas mencipratnya sambil tertawa
cekikikan, layaknya dua bocah kecil yang baru merasakan dinginnya air kolam.
"Susumu
gede juga ya?" Kata Mbak Retno mengagumi melihat payudaraku yang membusung
indah.
"Lebih
gede punya Mbak kali, punya saya sedang aja kok." Ia mendekatiku dan
meraih payudara kananku.
"Bentuknya
bagus, kencang lagi." Katanya sambil meremas lembut. Kami beradu lidah
lagi hingga aku berinisiatif untuk mencium payudaranya.
"Ouucchhh!!"
Rintih Mbak Retno menikmati ciuman dan jilatanku pada payudaranya.
Tak lama
kemudian kami berganti posisi, kusandarkan punggungku ke dinding kolam dan Mbak
Retno menjilat payudaraku, jemarinya yang lentik mulai keluar masuk
mengobok-obok liang vaginaku.
"Mmh..
enak Mbak!" Rintihku tak tahan dengan permainan Mbak Wulan yang membuaiku.
Makin lama
gerakan tangannya makin cepat, tak hanya satu jari tapi kini dua jari
sekaligus! Wanita yang baru Aku kenal itu terus memainkan jemarinya di dalam
liang vaginaku, sementara bibirnya mengulum kedua putingku secara bergantian.
Aku hanya bisa melenguh dan sesekali mengerang menahan nikmat.
"Naik
dulu Lun." Perintahnya yang langsung kuturuti tanpa banyak tanya.
Aku naik dan
duduk di bibir kolam tak lama ia merenggangkan pahaku kemudian membenamkan
wajahnya di sana. Lidah wanita itu mulai menyapu bibir vagina dan dinding di
dalamnya. Oooh... ternyata jilatan seorang wanita tidak kalah nikmat dari pria,
nikmat yang sulit kulukiskan dengan kata-kata. Bahkan Damar tak pernah
sekalipun memberikan serviz jilmek senikmat ini.
"Ssshhh...
yah Mbah, jilat di situ, jangan lepas..." Rintihku meminta agar ia terus
menjilati klitorisku.
Sepuluh menit
kemudian, aku mengalami orgasme. Tubuhku mengejang dan erangan nikmat keluar
dari mulutku. Mbak Retno melahap cairan kewanitaanku hingga terdengar bunyi
seruputnya. Ohh, lidahnya mengais-ngais ke dalam dan menghisap seakan tidak
ingin menyia-nyiakan setetespun cairanku.
"Gimana,
enak nggak?" Tanya wanita itu setelah orgasmeku reda. Aku mengangguk.
"Enak banget Mbak..."
"Udah
lebih rileks toh sekarang?" Tanyanya sambil naik ke bibir kolam duduk di
sebelahku. Aku mengangguk dan tersenyum lemas. Lalu ia tarik lenganku sambil
membaringkan dirinya di bibir kolam.
"Giliran
kamu yah!" Katanya.
Aku mengerti
apa yang dimaksudnya, kumulai dengan memagut bibirnya dan beradu lidah sejenak,
lalu turun ke leher terus ke payudaranya. Putingnya kugigit lembut dan kuhisap
hingga membuatnya mendesah nikmat. Tanganku mengelusi lekuk tubuhnya hingga
tiba di selangkangannya. Aku belum pernah melakukan seperti ini dengan sesama
jenis, namun kubiarkan birahi dalam diriku mengarahkan mengikuti arus
permainannya.
"Lun...
teruss jilat... Aaahh..." ia mendesah nikmat ketika aku menyusu pada
payudara kirinya sambil mengais-ngais vaginanya dengan jariku.
Tubuh Mbak
Retno menggeliat, wajahnya menggambarkan dengan jelas kalau dirinya terangsang
hebat. Tak lama kemudian kurasakan kedua pahanya mengejang dan dinding
vaginanya berkontraksi lebih cepat. Sebagai wanita, aku juga mengerti ia telah
di ambang orgasme. Perlahan tubuhku bergerak turun ke arah selangkangannya dan
mendekatkan wajahku ke liang vaginanya.
"Ngghkk...
Ooohh...!!" ia melenguh sejadi jadinya ketika aku mencucup bibir
vaginanya.
Aku melakukan
apa yang biasa suamiku lakukan padaku pada saat seperti ini. Lidahku terus
menjilati klitorisnya dan jariku terus mengoyak masuk hingga akhirnya Mbak
Retno mendesah panjang dengan tubuh menggelinjang. Aku menyeruput cairan cinta
Mbak Wulan hingga tak tersisa. Kami berguling ke samping dan menceburkan diri
ke air.
"Ooh..."
Lenguh Mbak Retno muncul ke permukaan bersamaku lalu memelukku mesra.
"Udah
ngga nervous lagi kan?" Tanyanya pelan sambil menatap wajahku dan
menyibakkan rambut basahku. Aku mengangguk sambil tersenyum lemas
"Ini baru
pemanasan beb, bakal ada yang lebih seru lagi!" kata Mbak Retno dengan
nada menggoda sambil melingkarkan kedua tangannya ke belakang punggungku, kami
pun berpelukan di air.
Belaian tangan
Mbak Retno pada rambutku membuatku merasa nyaman. Aku menyusupkan wajahku di
dalam rambut basahnya yang terhampar di sisi kiri kepalanya. Aku sudah siap
menghadapi kegilaan lain di event The Party.
Posting Komentar
0 Komentar