SWINGERS (THE PRIVATE PARTY)

 


GENRE : THRILER EROTIC
JUMLAH HALAMAN : 165 HALAMAN
HARGA: Rp.30.000


PART 1

ALUNA POV

"Udah gila Lu ya?!" Umpatku, suamiku Damar nampak tercekat kaget apalagi saat melihat ekspresi kemarahan pada wajahku.

"Ini apa?! Dapet darimana Lu? Pasti dari Roby temen kerjamu yang maniak sex itu kan?!" Cerocosku seraya menunjukkan pamflet kertas berwarna merah maroon dengan tulisan besar di bagian atas "THE PARTY" tepat di hadapan Damar.

"Luna sayang, tenang dulu jangan langsung marah-marah. Aku bisa jelasin ini semua." Kata Damar sambil meremas jemariku, mencoba menenangkanku.

"Gimana Gue nggak marah, suami sendiri nyuruh Gue buat ML sama orang lain?! Belum lagi ini ada threesome, orgy, gangbang, cuckold juga?! Sinting Lu Dam!" Hardikku, Aku tepis tangan Damar. Emosiku masih belum benar-benar reda apalagi saat membaca isi pamflet yang beberapa saat lalu diberikan oleh Damar.

Aku memang pernah bercinta dengan dua orang mantan pacarku dan sekali terlibat one night stand dengan teman kerja sebelum menikah dulu. Tapi soal cuckold, threesome, gangbang bahkan orgy tidak pernah terpikir olehku untuk melakukannya, memang ada fantasi ke arah sana namun aku tidak punya cukup keberanian untuk itu. Terlebih setelah menikah, Damar adalah satu-satunya pria yang pernah bercinta denganku. Lalu kini tiba-tiba Damar menghampiriku dengan menunjukkan sebuah pamflet event gila padaku, dia memintaku untuk ikut di dalamnya. Kegilaan yang selama 4 tahun berumahtangga dengannya baru kali ini Aku lihat.

Aku dan Damar sudah menikah hampir 4 tahun lamanya. Selama itu pula kehidupan Kami baik-baik saja meskipun belum dikaruniai momongan. Damar mulai menanjak kariernya, kini suamiku itu sudah menempati posisi Brand Manager si sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang IT meskipun usianya belum menyentuh angka 35 tahun, sebuah lompatan karier yang luar biasa menurutku. Sementara Aku, makin disibukkan dengan bisnis online yang Aku rintis sejak jaman kuliah dulu. Sekarang aku sudah memiliki 4 orang admin dan puluhan reseller di seluruh Indonesia. Kesibukan Kami berdualah yang membuat kehidupan rumah tangga kami akhir-akhir ini mulai mengalami kejenuhan, atau bahkan mungkin sudah berada di titik nadir.

Intensitas hubungan sex yang mulai berkurang, kehangatan serta keromantisan yang mulai memudar membuat Aku dan Damar hidup seperti dalam sangkar mas. Kehidupan ranjang Kami hanya sebatas formalitas penggugur kewajiban pasangan suami istri. Bahkan Aku sendiri sampai lupa kapan terakhir kali Aku merasakan orgasme, semuanya terasa sama saja, dingin dan hambar. Aku muak, Damar pun merasakan hal yang sama. Hingga tiba-tiba Damar memberikan pamflet THE PARTY padaku, menawarkannya sebagai solusi atas masalah rumah tangga kami berdua.

"But we did it anyway, right? Aku, Kamu, that’s why Kita sampai ke tahap ini kan? Terus apa bedanya kalau terjadi lagi di level yang lebih tinggi? Kita sama-sama tahu bahkan saling menyaksikan, sensasi rasa cemburu itu yang bikin kita makin hot sama pasangan." Ujar Damar masih mencoba meyakinkanku.

"Jadi untuk itu kita berdua harus sama-sama ngewe atau selingkuh dengan orang lain?"

"Aku tanya Kamu dulu, apa definisi selingkuh itu? Seseorang bisa dikatakan selingkuh kalau dia melakukan hal di luar pengetahuan pasangannya, dengan kata lain dia melakukan secara sembunyi-sembunyi hingga pasangannya nggak tahu dan nggak pernah menyetujuinya. Beda dengan event ini. Semuanya terbuka dan melalui persetujuan bersama antara kedua pasangan suami istri !" Jawab suamiku.

Aku terdiam meresapi kata-katanya, mungkin ada benarnya juga, kami perlu hiburan yang tidak biasa, perlu mencoba sesuatu yang baru untuk merefresh hubungan kami yang sudah berada di titik nadir ini.

"Emang si Roby udah pernah nyoba ke acara ini? Terus hasilnya gimana?"

"Justru dia udah pernah makanya dia cerita, katanya sex life dia sama istrinya lebih bergairah setelah ikutan acara ini."

"Jadi Roby lihat si Viona ngewe sama cowok lain?"

"Yup, dan sebaliknya, kadang juga mereka tukar pasangan atau rame-rame dengan orang lain." Aku mengernyitkan dahi mendengarnya, aku baru tahu ada yang membuat event segila ini di Indonesia.

"Kalaupun ngga ada hasilnya, ya anggaplah ini pesta perpisahan buat Kita, gimana?" Damar merangkul tubuhku dan mendekapnya. Aku menghela nafas dan mengambil rokoknya yang ia letakkan di bibir asbak lalu menghisapnya.

"Lu yakin ini bakal membawa perubahan?" Tanyaku, seiring dengan mulai luluhnya hatiku atas permintaan Damar.

"Hopefully say, this is our last effort." Kata Damar sambil menggenggam telapak tanganku dengan hangat.

"Kalau sampai ini nggak berhasil dan kita harus cerai, kita masih teman baik kan?" Damar menoleh ke arahku, kami saling pandang. Aku tersenyum kecil dan mengangguk.

"Belum married dulu kita emang teman baik, mungkin udah takdir kita sebagai teman bukan sebagai suami istri." Lanjutnya sebelum mengecup keningku.

***

ALUNA POV

Tiga hari kemudian, Damar memberitahuku bahwa dia telah menerima email balasan dari EO "The Party". Jujur jantungku tiba-tiba berdetak kencang kala itu, meskipun belum tau apa isi balasan email tersebut tapi pikiranku sudah membayangkan kegilaan macam apa yang akan disajikan event The Party ini.

"Apa isi balasannya?" Tanyaku penasaran pada Damar lewat sambungan telepon.

"Nanti kita lihat bareng, 2 jam lagi Aku cabut dari kantor." Jawab suamiku.

"Lama banget!" Dengusku kesal.

"Eh ada yang udah nggak sabar buat di gangbang nih? Hehehehe." Goda Damar sambil terkekeh ringan.

"Tai Lu! Gue cuma penasaran aja sama isi emailnya!" Umpatku kesal, dari balik telepon Damar makin tertawa kencang. Sebuah kesenangan membuatku tersiksa dalam rasa penasaran.

Sore hari, saat Damar beres mandi, dia memanggilku untuk ke kamar tidur. Di atas ranjang suamiku sudah membuka laptopnya, senyumnya mengembang sumringah ketika melihatku masuk ke dalam kamar.

"Gimana Dam?" Tanyaku antusias.

"Diterima?" Lanjutku tak sabar.

"Sabar sayang, sini dong. Kita buka bareng-bareng." Kata Damar sambil menepuk-nepuk atas ranjang di sebelahnya. Aku bergegas menghampirinya lalu duduk tepat di sampingnya.

Damar lalu membuka email, Aku sempat menahan nafas ketika menunggu email itu terbuka. Sebuah dokumen tersemat dalam email itu, format PDF, terkesan begitu resmi pikirku. Damar lalu mengunduhnya, selang beberapa waktu PDF itu terbuka. Di bagian atas terpampang kop surat tulisan besar "THE PARTY", dilanjutkan dengan ucapan selamat karena kami berdua dinyatakan lolos sebagai peserta event. Damar menoleh ke arahku, senyumnya kembali merekah, sementara Aku berusaha menutupi kelegaan dengan sikap cuek seolah merasa biasa aja, padahal sejak menerima telepon dari Damar tadi siang jantungku tak berhenti berdebar kencang.

Isi PDF itu berisi perjanjian kontrak bagi para pesertanya, kemudian dilanjutkan dengan aturan yang harus diikuti selama event lalu terakhir adalah nominal pembayaran yang harus diberikan oleh para peserta. Aku meyakini jika event The Party ini bukanlah event untuk sembarang orang karena biaya yang harus dibayarkan oleh per orang adalah 100 juta rupiah, bukan uang yang sedikit menurutku.

"Lu yakin masih ingin ikut ini Dam? Tuh liat, seratus juta bos!" Tanyaku, Aku sempat meliriknya melihat reaksinya yang masih tersenyum bahagia.

"Apa artinya uang segitu dibanding dengan kebahagiaan kita? Hmmm?" Jawab Damar dengan kembali melontarkan pertanyaan kepadaku.

"Yakin kalau event ini bisa bikin rumah tangga kita bisa kembali kayak dulu lagi?" Tanyaku kembali.

"Setidaknya kita udah mencoba untuk memperbaikinya kan? Kalaupun ini nggak berhasil ya mau gimana lagi?" Ujar Damar santai sebelum merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Aku hanya menghela nafas panjang sembari kembali melihat monitor laptop yang masih memperlihatkan isi dokumen PDF.

"Gue cuma nggak mau dicap sebagai cewek gila sex gara-gara ikut ini!" Kataku sedikit ketus. Damar kembali bangkit dari tidurnya, memelukku dari belakang.

"Siapa yang akan menilaimu seperti itu sayang? Ini bukan event sembarangan, pesertanya pun diseleksi, nggak semua orang bisa ikut. Nggak bakal ada yang ngenalin kita di sana! Aku jamin!" Ucap Damar. Aku hanya terdiam, mungkin benar juga apa yang dibilang oleh Damar barusan.

"So? Kita jadi ikut The Party?" Tanya Damar beberapa saat kemudian, Aku meliriknya, kenapa dia masih saja tersenyum sih? Aku hanya mengangkat alisku tanda persetujuan.

"Yeeeaaayy!!!" Sorak Damar kegirangan layaknya seorang bocah yang besok akan pergi liburan.

***

Mobil kami sudah memasuki gerbang kompleks perumahan elite di selatan kota, sesuai alamat yang diberikan oleh EO The Party dalam email balasan beberapa hari lalu. Pintu masuk komplek perumahan ini dijaga ketat oleh beberapa anggota security berpakaian safari, penampilan mereka semua sama, berbadan tegap dan berambut cepak. Sebelum Kami masuk terlebih dahulu mereka memeriksa identitas Kami, kemudian menanyakan tujuan datang kemari. Standar keamanan untuk sebuah perumahan elit.

Setelah selesai diperiksa Damar kembali melajukan mobil, tujuan Kami adalah menuju sebuah rumah mewah yang berada di ujung komplek, sesuai dengan petunjuk para security tadi. Sebuah rumah lantai dua dengan pagar setinggi hampir 3 meter, di samping gerbang terdapat pos security, seorang pria mendekati kaca kemudi.

"Ada yang bisa dibantu Pak?" Tanyanya ketika Damar menurunkan kaca mobil, mata security itu terlihat mengamati wajah kami berdua dengan seksama.

"Siang, saya mau bertemu dengan Bu Angel , udah ada janji atas nama Damar Hermawan." Kata suamiku pada security itu.

"Baik Pak, ditunggu sebentar ya." Security itu beranjak kembali ke posnya kemudian menelepon seseorang dari sana. Tak berselang lama pintu gerbang terbuka secara otomatis, security itu memberi tanda agar mobil Kami maju perlahan.

"Bapak ibu, langsung saja masuk, Bu Angel sudah menunggu."

"Ok Pak, thanks." Sahutku.

Damar kembali memacu mobil masuk ke dalam halaman rumah mewah itu. Bangunan tinggi bercat putih itu terlihat begitu luas, di garasi terparkir beberapa mobil mewah keluaran terbaru. Saat mobil berhenti dari pintu rumah  keluarlah seorang wanita cantik berambut sebahu dihighlight kemerahan tersenyum ke arah kami.

"Halo, Damar dan Luna kan?" sapanya menghampiri kami dan mengulurkan tangannya.

"Saya Angel, PR event The Party kita selama ini udah berhubungan lewat WA."

Kami berjabatan tangan, wanita itu nampak lebih cantik dari di picture profile WA, usianya kira-kira tiga puluhan, sebaya dengan kami. Profil tubuhnya juga ideal, dengan tinggi sekitar 170an, terlihat seksi tapi anggun dalam gaun merah tanpa lengan dengan V-neck serta potongan bawah yang rendah memamerkan keindahan pahanya. Kulihat Damar curi-curi pandang ke bagian terbuka itu, aku sudah maklum dengan naluri pria seperti itu.

"Mari kita masuk dulu, ada beberapa hal yang harus diurus sebelum kita ke acara The Party." katanya ramah.

Di dalam ia mempersilakan kami duduk di sofa. Mataku memandangi ruangan ini dengan kagum. Sebagai public relation,  kantor Angel lumayan mewah dan lega dilengkapi furniture berkelas. Setelah mengambil sebuah kotak jinjing dari dalam lemari, ia duduk di hadapan kami.

"Sebelumnya saya ucapkan selamat datang dulu di The Party!" katanya.

"Apa ada yang mau ditanyakan dulu?"

"Pertama-tama saya mau tahu dulu profil perusahaan yang mengadakan event ini, kok bisa ya ada bisnis seperti ini di Indonesia, itu yang bikin saya penasaran." tanya Damar.

Angel tersenyum, nampaknya ia sudah biasa menghadapi pertanyaan seperti ini, kemudian ia mulai menjelaskan bahwa event dan kompleks elite ini berada di bawah perusahaan yang sama, perusahaan ini juga bergerak di bidang security, hiburan, dan perhotelan. Lebih lanjut lagi, ia mulai bercerita lebih jauh tentang event The Party.

"Proyek ini tadinya hanyalah percobaan, namun di luar dugaan peminatnya ternyata banyak dan hingga kini sudah berjalan tujuh tahun, dan terus mengalami perkembangan. Kami menangkap peluang pasar kaum menengah atas akan kebutuhan rekreasi yang tidak biasa, rekreasi erotis yang biasa kita temui di beberapa negara Eropa, namun karena budaya di kita belum bisa menerimanya, maka event ini bisa dibilang semi underground, hanya untuk kalangan tertentu yang sudah terseleksi saja, dan kami sangat menjamin privasi dan kerahasiaan setiap klien kami."

"Ehm, siapa saja yang menjadi klien kalian?" berikutnya aku yang bertanya.

"Oh sangat beragam dan dari berbagai kota di Indonesia, bahkan ada beberapa dari luar negeri, termasuk ekspatriat, seingat saya ada dari Singapura, Australia, Taiwan macem-macem. Dan seperti yang kalian ketahui, pangsa pasarnya adalah kelas menengah atas. Kami memiliki klien pejabat, anggota dewan, selebritis."

"Selebritis? Jadi ada artis atau musisi juga?" tanyaku lagi. Angel mengangguk.

"Begitulah."

"Event ini, apa hanya di sini aja?" tanya Damar.

"Ya untuk pulau Jawa dan ada satu lagi di Bali, we have secret beach there, kedepannya kemungkinan akan bertambah lagi tempatnya."

Kami terdiam menghadapi kenyataan bahwa bisnis erotis seperti ini ternyata sudah ada di Indonesia dan kami akan segera menjadi bagian di dalamnya. Setelah menerangkan cukup detail mengenai event ini, ia membuka laci mejanya dan mengeluarkan dua kotak kecil berisi cincin platinum bergaris biru yang elegan.

"Ini adalah tanda pengenal peserta treatment dan menjadi milik kalian, harap dipakai selama acara." Kami pun mengambil benda itu dan memakai di jari masing-masing, ukurannya pas. Pantas saja di formulir pendaftaran kami harus mengisi ukuran cincin, ternyata untuk ini.

"Peserta memakai cincin seperti itu, sementara aktor-aktor kami yang akan meramaikan acara memakai cincin hitam seperti ini." ia membuka smartphone dan menunjukkan gambar sebentuk cincin berwarna hitam.

"Jadi kalau bertemu yang memakai ini dan melakukan sesuatu yang membuat terkejut, tenang saja, itu hanya skenario, keamanan dan kenyamanan kalian selama di event kami jamin sepenuhnya."

"Satu lagi hal penting, di kontrak sudah tertulis bahwa dokumentasi dalam bentuk apapun dilarang keras, untuk itu bila kalian membawa kamera, smartphone, atau apapun untuk merekam harus dititipkan di sini!" kata wanita itu berjalan ke arah lemari mengeluarkan dua buah kotak.

"Kami telah menyediakan smartphone khusus agar kalian bisa tetap berkomunikasi dengan keluarga, selain itu admin acara akan selalu berhubungan kalian lewat pesan WA, sekarang pindahkan chip kalian dan tukar dengan smartphone kami!"

Smartphone itu ponsel pada umumnya, hanya telah dimodifikasi sehingga kameranya tidak berfungsi. Kami pun mengeluarkan chip dan memasukkannya ke smartphone yang diberikan oleh Angel.

"Kalau misalnya ada yang nakal diam-diam bawa alat buat dokumentasi acara gimana?" tanya Damar sambil mengganti chip.

"Maka besoknya tubuhnya akan mengambang di laut." Jawaban itu membuat kami terhenyak hingga akhirnya Angel tersenyum nakal melihat reaksi kami.

"Bercanda hihihi. Itu tidak akan terjadi karena kami punya semua rekaman CCTV kegiatan peserta, jadi baik perusahaan dan member memegang kartu as-nya masing-masing, tinggal ikuti saja peraturannnya, that simple." Setelah menerima card untuk mengambil barang kami bila mau pulang nanti, Angel mengajak kami ke tempat event.

***

Kami mengikuti Alpardh putih yang dikendarai oleh Angel dari belakang, menyusuri rumah-rumah megah di kompleks ini. Suasana di sini begitu asri dan tenang dengan pepohonan yang banyak tumbuh di pinggir jalannya. Kami terus mengikuti mobil Angel ke wilayah yang agak lebih tinggi hingga akhirnya mobil di depan kami menepi di sebuah pos security, di sampingnya terdapat sebuah gerbang besar. Bangunan di balik gerbang terlihat lebih tinggi dibanding dengan bangunan yang pertama kali kami singgahi tadi.

"Member maupun aktor wajib lapor sebelum masuk, sekarang kita akan mendaftar dan mengambil kunci. Security tersedia 24 jam, mereka hanya akan masuk ke dalam kalau dipanggil, intercom langsung ke sini tersedia di setiap pondok dan juga sudah ada nomor security di smartphone kalian." kata Angel setelah turun dari mobil.

Dua pria berpakaian safari dan bertubuh kekar keluar dari pos menyambut kami. Tanpa bertele-tele, setelah petugas memasukkan data kami ke komputer dan menyerahkan kunci, kami pun bersiap masuk ke dalam. Dari luar sudah terlihat tempat itu sangat megah. Gerbang besar itu terbuka secara otomatis menyambut kami.

Begitu masuk terlihat sebuah taman yang indah dan artistik dikelilingi tembok dan pepohonan tinggi. Kolam ikan, jembatan kecil dan patung-patung yang menghiasi beberapa sudut memperindah taman itu, kalau saja smartphone kami tidak ditahan aku pasti sudah berfoto-foto dulu di sini. Damar memarkirkan mobil di pelataran parkir yang bisa menampung lebih dari selusin mobil di sebelah mobil Angel.

"Kita ke sana!" Seru Angel menunjuk ke sebuah bangunan kecil disamping bangunan utama,  berlantai dua dengan dikelilingi tembok lebih rendah berlapis marmer merah.

"Udah ada yang datang selain kita?" Tanya Damar penasaran.

"Ada sepasang yang datang kemarin dari Solo." Jawab Angel menuntun kami ke arah bangunan tersebut.

Aku semakin terkagum-kagum melihat di balik tembok itu, seperti sebuah kampung kecil dengan lima pondok minimalis satu lantai mengelilingi gedung kecil berlantai dua yang megah itu. Sebuah jalan kecil yang muat satu mobil membelah tiga pondok dan dua pondok gedung itu saling berseberangan. Taman kecil di depan setiap pondok semakin memperindah suasana. Tempat ini menyerupai kota benteng mini dengan dua lapis tembok, mungkin lahan sebesar ini lebih cocok untuk sebuah sekolah internasional.

"Aahh, itu mereka! Ayo saya kenalin!"  Kata Angel .

"Angel!" Sapa seorang wanita berparas cantik penampilannya lumayan glamaour layaknya seorang sosialita , wanita itu dari dalam diikuti seorang pria tambun berkumis berusia sekitar 50 tahunan.

"Siang Mbak Retno! Pak Agus." Balas Angel sebelum mencium pipi kiri dan kanan wanita yang dipanggil Mbak Retno oleh Angel barusan.

"Ini member baru kita, kenalin Damar dan yang cantik itu istrinya, Aluna!" Kami berkenalan dan berjabat tangan dengan pasangan yang berasal dari Solo itu. Mereka begitu ramah dan penuh kehangatan menyambut kami yang baru datang ini.

"Pak Agus dan Mbak Retno ini member lama, udah berapa kali ikut event?"

"Ini yang kelima!" Jawab Pak Agus antusias, sesekali pria tambun itu melirik genit ke arahku, seolah tak merasa takut atau sungkan pada Damar yang berada tepat di sampingku.

"Ya, lima kali, jadi kalau ada perlu kalian bisa tanya atau minta tolong ke mereka."

Selanjutnya Angel mengantarkan kami ke pondok yang akan kami tempati di seberang pondok pasangan itu. Interior di dalam bertype minimalis dan elegan. Kulkas sudah terisi makanan dan minuman , demikian pula beberapa botol minuman keras merk terkenal di lemari minibar.

"Di sini bisa memasak sendiri, bisa dari catering kami yang di sebelah kantor, juga bisa memesan dari luar, delivery akan diantar ke pos security dan mereka yang mengantarkannya ke sini." Angel lalu menjelaskan bahwa setiap sudut tempat ini terpasang hidden camera resolusi tinggi sehingga kita dapat melihat spot yang ingin kita lihat melalui TV.

"Kalian dapat melihat pasangan kalian bercinta dengan siapa dan dimana, tinggal cari saja spotnya dengan remote TV ini, kecuali di toilet, kami tahu tidak nyaman dan tidak etis tertangkap kamera dalam keadaan sedang buang hajat." Angel menjelaskan sambil memberi contoh dengan menekan-nekan remote TV.

Mbak Retno dan Pak Agus yang mengikuti kami juga menjelaskan beberapa hal tentang detail event, seperti berusaha mendekatkan diri dengan kami yang pendatang baru ini.

"Omong-omong sebentar lagi akan ada aktor yang datang." Kata Angel melihat smartphonenya.

"Apa masih ada yang belum mengerti?" Tanya Angel, Damar menggeleng, begitupun denganku.

"Nanti saya hubungi aja kalau perlu!" Sahut Damar kemudian.

"Tenang aja, kan ada Saya. Nanti kalo ada yang belum jelas bisa langsung nanya ke Saya atau istri Saya." Celetuk Pak Agus sambil menyunginngkan senyum ke arahku.

"Baiklah kalau begitu saya tinggal dulu, have fun all!" Pamit Angel lalu keluar dari pondok kami meninggalkan kami berempat.

"Kalian mau istirahat dulu atau liat-liat??" Tanya Mbak Retno.

"Eehmm, gimana yah enaknya?" Aku bingung mau menjawab apa.

"Ikut Aku aja Lun, kebetulan Aku mau berenang. Biarin suami-suami kita ngobrol dulu."

Wanita itu langsung menggandeng tanganku ke gedung utama. Sedikit kikuk karena tak terbiasa langsung akrab dengan orang yang baru dikenal Aku hanya bisa menuruti serta mengikuti langkah kaki Mbak Retno. Begitu masuk kami tiba di bangsal utama sebesar lapangan basket yang menurutnya biasa dipakai untuk resepsi atau acara lain. Sebuah pintu kaca di seberang menghubungkan ke area kolam renang indoor berukuran sedang. Di sana terdapat dua buah tangga, yang kiri mengarah ke lantai dua dimana terdapat ruang fitness dan yang kanan mengarah ke ruang pertemuan.

"Di sini kita bisa main di mana aja, nggak selalu di kamar, jadi kan ndak bosenin gitu." Paparnya.

"Kamu sebelumnya pernah ML sama orang lain selain suami?" Tanyanya yang kujawab dengan gelengan kepala.

"Kamu pasti nervous?" Katanya menebak isi kepalaku yang memang benar.

"Kita berenang aja dulu supaya lebih segar yuk!"

"Tapi nggak nggak bawa swimsuit Mbak."

"Swimsuit? Ah siapa yang perlu!" Mbak Retno lalu dengan santai melepas bajunya sendiri hingga telanjang.

Tubuh wanita berdarah Jawa itu masih indah dan langsing, perutnya pun tak nampak lipatan lemak padahal usianya mungkin sudah kepala empat. Selangkangannya ditumbuhi bulu-bulu hitam, tipis dan eksotis.

"Eeehh... Mbak!!" Aku kaget bukan main ketika ia mencoba melepas bajuku.

"Enjoy aja, ojo canggung!" Katanya di dekat wajahku.

Ia memelukku dan memagut bibirku, baru pertama kali dalam hidup aku berciuman dengan wanita. Aku ingin berontak namun entah mengapa aku tidak melakukannya, malah mulai menikmati pagutan bibir wanita itu dan balas memeluknya. Ciuman lembut dan rabaannya terhadap tubuhku membuatku lebih rileks, aku mulai memainkan lidahku membalas lidahnya yang menjilati bibirku. Aku pun pasrah ketika ia melucuti satu demi satu pakaianku hingga tak terasa aku pun sudah telanjang.

"Badan kamu bagus Lun!" Pujinya memandangi tubuhku sambil meremas payudara kiriku.

"Mbak juga." Balasku dengan wajah memerah.

"Yuk ke air aja!" Ajaknya menggandeng pergelangan tanganku.

"Heeii...!!!" Jeritku kecil ketika di bibir kolam wanita itu menarik lenganku hingga kami berdua tercebur ke dalam kolam.

Aku timbul ke permukaan dan menyeka rambut basahku ke belakang, air merendam tubuhku hingga leher. Mbak Retno mencipratkan air dan kubalas mencipratnya sambil tertawa cekikikan, layaknya dua bocah kecil yang baru merasakan dinginnya air kolam.

"Susumu gede juga ya?" Kata Mbak Retno mengagumi melihat payudaraku yang membusung indah.

"Lebih gede punya Mbak kali, punya saya sedang aja kok." Ia mendekatiku dan meraih payudara kananku.

"Bentuknya bagus, kencang lagi." Katanya sambil meremas lembut. Kami beradu lidah lagi hingga aku berinisiatif untuk mencium payudaranya.

"Ouucchhh!!" Rintih Mbak Retno menikmati ciuman dan jilatanku pada payudaranya.

Tak lama kemudian kami berganti posisi, kusandarkan punggungku ke dinding kolam dan Mbak Retno menjilat payudaraku, jemarinya yang lentik mulai keluar masuk mengobok-obok liang vaginaku.

"Mmh.. enak Mbak!" Rintihku tak tahan dengan permainan Mbak Wulan yang membuaiku.

Makin lama gerakan tangannya makin cepat, tak hanya satu jari tapi kini dua jari sekaligus! Wanita yang baru Aku kenal itu terus memainkan jemarinya di dalam liang vaginaku, sementara bibirnya mengulum kedua putingku secara bergantian. Aku hanya bisa melenguh dan sesekali mengerang menahan nikmat.

"Naik dulu Lun." Perintahnya yang langsung kuturuti tanpa banyak tanya.

Aku naik dan duduk di bibir kolam tak lama ia merenggangkan pahaku kemudian membenamkan wajahnya di sana. Lidah wanita itu mulai menyapu bibir vagina dan dinding di dalamnya. Oooh... ternyata jilatan seorang wanita tidak kalah nikmat dari pria, nikmat yang sulit kulukiskan dengan kata-kata. Bahkan Damar tak pernah sekalipun memberikan serviz jilmek senikmat ini.

"Ssshhh... yah Mbah, jilat di situ, jangan lepas..." Rintihku meminta agar ia terus menjilati klitorisku.

Sepuluh menit kemudian, aku mengalami orgasme. Tubuhku mengejang dan erangan nikmat keluar dari mulutku. Mbak Retno melahap cairan kewanitaanku hingga terdengar bunyi seruputnya. Ohh, lidahnya mengais-ngais ke dalam dan menghisap seakan tidak ingin menyia-nyiakan setetespun cairanku.

"Gimana, enak nggak?" Tanya wanita itu setelah orgasmeku reda. Aku mengangguk.

 "Enak banget Mbak..."

"Udah lebih rileks toh sekarang?" Tanyanya sambil naik ke bibir kolam duduk di sebelahku. Aku mengangguk dan tersenyum lemas. Lalu ia tarik lenganku sambil membaringkan dirinya di bibir kolam.

"Giliran kamu yah!" Katanya.

Aku mengerti apa yang dimaksudnya, kumulai dengan memagut bibirnya dan beradu lidah sejenak, lalu turun ke leher terus ke payudaranya. Putingnya kugigit lembut dan kuhisap hingga membuatnya mendesah nikmat. Tanganku mengelusi lekuk tubuhnya hingga tiba di selangkangannya. Aku belum pernah melakukan seperti ini dengan sesama jenis, namun kubiarkan birahi dalam diriku mengarahkan mengikuti arus permainannya.

"Lun... teruss jilat... Aaahh..." ia mendesah nikmat ketika aku menyusu pada payudara kirinya sambil mengais-ngais vaginanya dengan jariku.

Tubuh Mbak Retno menggeliat, wajahnya menggambarkan dengan jelas kalau dirinya terangsang hebat. Tak lama kemudian kurasakan kedua pahanya mengejang dan dinding vaginanya berkontraksi lebih cepat. Sebagai wanita, aku juga mengerti ia telah di ambang orgasme. Perlahan tubuhku bergerak turun ke arah selangkangannya dan mendekatkan wajahku ke liang vaginanya.

"Ngghkk... Ooohh...!!" ia melenguh sejadi jadinya ketika aku mencucup bibir vaginanya.

Aku melakukan apa yang biasa suamiku lakukan padaku pada saat seperti ini. Lidahku terus menjilati klitorisnya dan jariku terus mengoyak masuk hingga akhirnya Mbak Retno mendesah panjang dengan tubuh menggelinjang. Aku menyeruput cairan cinta Mbak Wulan hingga tak tersisa. Kami berguling ke samping dan menceburkan diri ke air.

"Ooh..." Lenguh Mbak Retno muncul ke permukaan bersamaku lalu memelukku mesra.

"Udah ngga nervous lagi kan?" Tanyanya pelan sambil menatap wajahku dan menyibakkan rambut basahku. Aku mengangguk sambil tersenyum lemas

"Ini baru pemanasan beb, bakal ada yang lebih seru lagi!" kata Mbak Retno dengan nada menggoda sambil melingkarkan kedua tangannya ke belakang punggungku, kami pun berpelukan di air.

Belaian tangan Mbak Retno pada rambutku membuatku merasa nyaman. Aku menyusupkan wajahku di dalam rambut basahnya yang terhampar di sisi kiri kepalanya. Aku sudah siap menghadapi kegilaan lain di event The Party.

 


Posting Komentar

0 Komentar