WILD
SINOPSIS:
Wanita cantik
bertubuh tinggi semampai itu mengambil kopernya dari roda berjalan lalu
berjalan menuju pintu keluar bandara internasional JFK sambil menarik kopernya.
Wajahnya menengok ke kiri dan kanan setelah keluar dari gerbang bandara.
“Aruna! over
here!!” seorang wanita memanggilnya sambil melambaikan tangan.
Wanita itu
menengok ke arah datangnya suara yang memanggil namanya, sebuah senyum tergurat
di wajah cantiknya dan ia pun segera mempercepat langkahnya menghampiri wanita
bule yang memanggilnya itu.
“Jane…ooh
God, how are you?!” mereka berpelukan seolah melepas rindu lama tidak
bertemu.
Aruna, ya
wanita yang baru keluar dari bandara itu adalah Aruna Inggrid Adita seorang
model dan presenter ternama Indonesia, yang baru saja bercerai dengan suaminya Franky
. Ia datang ke negeri Paman Sam ini untuk berlibur dan menenangkan diri dari
masalah rumah tangganya itu dan serbuan nyamuk-nyamuk pers yang selalu
mencecarnya dengan pertanyaan seputar perceraiannya.
Sedangkan
wanita yang menjemputnya itu bernama Jane Abraham, wanita bule berusia 27 tahun
yang akrab dipanggil Jane, salah seorang model Amerika. Ia memiliki kecantikan
khas wanita kulit putih, rambut pirang sebahu lebih, mata hijau, dan tentunya
tubuh indah yang tingginya sepantaran dengan Aruna, bentuk tubuh yang memenuhi
persyaratan seorang model. Aruna mengenalnya ketika berkunjung ke Amerika
beberapa tahun sebelumnya dalam rangka fashion show.
Sejak awal Aruna
sudah merasa cocok dengannya, mereka sering berbagi cerita dan setelah Aruna
pulang ke Indonesia hubungan persahabatan ini pun terus berlanjut melalui email
dan facebook. Ia pun sering curhat mengenai kemelut rumah tangganya itu
pada Jane dan atas saran model berambut pirang inilah akhirnya Aruna mengambil
keputusan untuk berlibur ke Amerika untuk refreshing dan dapat ngobrol lebih
banyak. Jane juga menawarkan padanya untuk menginap di apartemennya dan
bersedia menemaninya belanja serta jalan-jalan karena kebetulan jadwalnya
sedang tidak terlalu padat. Kali ini adalah pertemuan mereka yang kedua setelah
beberapa tahun.
Jane membantu Aruna
menarik kopernya ke tempat parkir, setelah memasukkannya ke bagasi, ia
menyalakan mesin dan mobil pun mulai meninggalkan bandara. Saat itu waktu
langit sudah hampir gelap, waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam.
“Kamu pasti
lelah, istirahatlah di tempatku sebentar, lalu kita berangkat untuk makan
malam. Bagaimana dengan ?” tanya Jane.
“Sounds
good.” jawab Aruna
Tak lama,
mereka sampai di sebuah apartemen tempat tinggal Jane, mobil memasuki basement
dan mereka lalu menurunkan barang bawaan.
“Selamat
datang Aruna!” Jane membukakan pintu dan mempersilakan Aruna masuk.
Apartemen itu
termasuk kelas menengah atas, kamarnya cukup luas dengan ruang tamu dan dapur
mini, desain interior dan mebelnya juga elegan. Setelah mandi, Aruna merasakan
tubuhnya lebih segar dan siap untuk keluar makan malam. Jane membawa mobilnya
ke sebuah restoran Thai. Mereka menikmati hidangan suki dengan saus tomyam yang
asam pedas itu sambil mengobrol seru karena sudah lama tidak bertemu. Jane
berkata bahwa ia sangat senang mendapat teman yang berkunjung dan mau menginap
di tempatnya. Di kota-kota besar seperti New York ini gaya hidupnya terlalu
individualis dan seringkali membuat kehidupan terasa hambar, apalagi kalau
tinggal sendiri, jauh dari keluarga seperti dirinya.
Sebenarnya
saat jadwal tidak padat seperti sekarang ini, ia biasanya berkunjung ke tempat
orang tuanya di Ohio, namun kebetulan saat itu mereka pun sedang berlibur ke
Kanada. Mereka tertawa-tawa sambil menyantap makanan, keduanya sungguh cocok
walaupun berbeda bangsa dan jarang bertemu. Sepulang ke apartemen, Aruna sudah
merasa sangat letih, setelah sikat gigi dan ganti baju, ia langsung menjatuhkan
diri ke ranjang. Mereka tidur bersama di kamar Jane. Baru ngobrol tidak sampai
sepuluh menit Aruna sudah tidak menjawab apapun lagi ketika ditanya oleh
temannya itu. Jane yang mengerti kondisi Aruna yang baru menempuh perjalanan
jauh itu pun segera menarik selimut hingga leher dan memejamkan mata juga.
***
Keesokan harinya, 8.20
Sinar matahari
masuk melalui jendela kamar itu. Aruna terbangun dari tidurnya, ia
mengejap-ngejapkan matanya, ia menengok ke sebelah. Jane sudah tidak ada di
sana, ia pun lalu menegakkan tubuhnya dan menggeliat. Ia menurunkan sepasang
kaki jenjangnya menyentuh lantai. Tubuhnya yang indah dibungkus gaun tidur
pendek berbahan sutra pink. Ia meraih gelas berisi air putih di bufet kecil
samping ranjang dan meminumnya.
Setelah itu ia
beranjak keluar dari kamar untuk mencari Jane, baru saja keluar dari pintu
kamar dan hendak memanggil nama temannya itu, telinganya menangkap suara
desahan. Penasaran dan deg-degan, ia memelankan langkahnya agar tidak bersuara.
Suara itu terdengar makin jelas, bukan hanya desahan wanita, juga ada geraman pria.
Aruna memepetkan dirinya pada tembok dan mengintip ke arah dapur minibar yang
letaknya bersebelahan dengan ruang tamu di hadapannya.
“Ya Tuhan…Jane!”
serunya dalam hati menyaksikan adegan di dapur itu.
Jane berdiri
agak menungging, kedua tangannya bertumpu pada kulkas di hadapannya. Ia masih
mengenakan kemeja gombrong yang dipakainya tidur semalam, hanya saja
kancing-kancingnya telah terbuka semua dan celana dalam hitamnya telah melorot
tersangkut di lututnya. Di belakangnya seorang pria berkumis bertubuh gempal
dari wajahnya sepertinya ia orang India atau India atau wilayah lain di Asia
Selatan sedang mendekap tubuhnya sambil menyentak-nyentakkan pinggulnya
menyetubuhi wanita kulit putih itu.
“Ooh enak,
sshhh! Nakal!” sahut Jane di tengah desahannya.
“Tapi kamu
suka kan?”
“God damn it!
Cepetein! Ahhhh!”
“Uuhh…yeahh…you’re
so tight babe!” dengus pria itu sambil meremasi payudara Jane yang sudah
terbuka.
Pria itu terus
menggenjoti Jane semakin ganas sampai kulkas tempatnya bertumpu ikut
berguncang. Hal itu membuat Jane mendesah semakin tak karuan, namun terlihat ia
berusaha menahan suaranya agar tidak terlalu keras, sesekali nampak ia
menggigit bibir bawahnya.
Jantung Aruna
berdebar kencang mengintip kedua insan yang sedang berasyik masyuk itu. Diakui
atau tidak, ia terangsang juga karenanya, tanpa sadar tangan kirinya merabai
payudara dan tangan kanannya merayap turun meraba selangkangannya. Ia merasakan
darahnya berdesir dan vaginanya lembab. Terbayang lagi saat-saat indah bercinta
dengan suaminya dulu ketika masih bersama. Sebelumnya memang Jane pernah
bercerita tentang kehidupan seksnya yang liar, seperti terlibat dalam
pesta-pesta seks atau sex with stranger.
Kalau mau terus
terang Aruna pun menyukai cerita-cerita nakal teman bulenya itu, bahkan
seringkali menginspirasi teknik dan gaya bercinta dalam kehidupan seksnya
dengan Ayik dulu. Namun baru kali ini ia menyaksikan seperti apa yang
diceritakannya itu, matanya tidak berkedip mereka demikian nikmatnya berpacu
dalam birahi dan membuatnya terhanyut. Desahan Jane yang makin tak karuan
walaupun ia berusaha menahannya menandakan ia sudah di ambang klimaks, ia turut
menggoyangkan pinggulnya menyambut sodokan pria berkulit gelap itu.
“Ooohh…God…yessshhh….!
Eeeenngghhh!!” Jane mengerang panjang dan tubuhnya menggelinjang.
Pria itu masih
terus menggenjotnya, terdengar suara decakan karena selangkangan Jane semakin
becek oleh cairan orgasmenya. Baru tiga menit kemudian, ia menghentikan
pompaannya dan menarik lepas penisnya dari vagina gadis bule itu. Saat itulah Aruna
tertegun dan menelan ludah melihat penis pria itu yang begitu hitam dan
panjang. Dengan agak lunglai Jane menjatuhkan dirinya berlutut di hadapan pria
itu. Tangannya meraih penis yang masih mengkilap karena basah itu.
Aruna
memperkirakan ukuran penis pria itu dua genggam melihat dari Jane yang
menggenggamnya dengan satu tangan dan menyisakan bagian yang masih cukup
panjang, belum pernah dirinya merasakan yang sebesar itu. Jane menyapukan
lidahnya membersihkan benda itu mulai dari buah zakar hingga ke kepalanya yang
menyerupai helm tentara.
“Keluari di
mulutku please!” habis berkata Jane langsung memasukkan penis itu ke mulutnya.
Pria itu merem-melek dan kepalanya sesekali menengadah menahan
nikmatnya kuluman dan jilatan Jane.
“Uuhh…yeah!
I’m cuming!” desah pria itu sambil mengelus-elus rambut pirang Jane.
Sementara di
balik tembok, Aruna merasakan birahinya semakin menggelegak, putingnya mengeras
dan vaginanya semakin lembab karena gosokan-gosokan jarinya dari luar. Ada
keinginan penis perkasa si pria berdarah Asia Selatan itu memasuki vaginanya
dan merojokinya seperti yang terhadap temannya tadi, tapi tidak, bagaimanapun
ia adalah wanita timur yang harus menjunjung tinggi norma-norma ketimuran
sekalipun telah bercerai, ia merasa tidak pantas melakukan hal itu sembarangan
apalagi mengingat statusnya sebagai public figure. Tak lama kemudian, pria itu
mendesah lebih panjang, tubuhnya menegang.
Posting Komentar
0 Komentar