WILD

 


SINOPSIS:

Aruna, seorang artis dan model asal Indonesia datang ke Amerika untuk melupakan kasus perceraian yang menimpa rumah tangganya. Di sana dia dijamu oleh model asal Amerika bernama Jane. Model Amerika itu memberikan treatment khusus pada Aruna agar model cantik itu bisa melupakan perceraian, treatment yang melibatkan seorang pria asal India bernama Jay.

GENRE : DRAMA EROTIC

FORMAT : FILE PDF

JUMLAH HALAMAN : 50 HALAMAN

HARGA : Rp 10.000


PROLOG

Wanita cantik bertubuh tinggi semampai itu mengambil kopernya dari roda berjalan lalu berjalan menuju pintu keluar bandara internasional JFK sambil menarik kopernya. Wajahnya menengok ke kiri dan kanan setelah keluar dari gerbang bandara.

“Aruna! over here!!” seorang wanita memanggilnya sambil melambaikan tangan.

Wanita itu menengok ke arah datangnya suara yang memanggil namanya, sebuah senyum tergurat di wajah cantiknya dan ia pun segera mempercepat langkahnya menghampiri wanita bule yang memanggilnya itu.

“Jane…ooh God, how are you?!” mereka berpelukan seolah melepas rindu lama tidak bertemu.

Aruna, ya wanita yang baru keluar dari bandara itu adalah Aruna Inggrid Adita seorang model dan presenter ternama Indonesia, yang baru saja bercerai dengan suaminya Franky . Ia datang ke negeri Paman Sam ini untuk berlibur dan menenangkan diri dari masalah rumah tangganya itu dan serbuan nyamuk-nyamuk pers yang selalu mencecarnya dengan pertanyaan seputar perceraiannya.

Sedangkan wanita yang menjemputnya itu bernama Jane Abraham, wanita bule berusia 27 tahun yang akrab dipanggil Jane, salah seorang model Amerika. Ia memiliki kecantikan khas wanita kulit putih, rambut pirang sebahu lebih, mata hijau, dan tentunya tubuh indah yang tingginya sepantaran dengan Aruna, bentuk tubuh yang memenuhi persyaratan seorang model. Aruna mengenalnya ketika berkunjung ke Amerika beberapa tahun sebelumnya dalam rangka fashion show.

Sejak awal Aruna sudah merasa cocok dengannya, mereka sering berbagi cerita dan setelah Aruna pulang ke Indonesia hubungan persahabatan ini pun terus berlanjut melalui email dan facebook. Ia pun sering curhat mengenai kemelut rumah tangganya itu pada Jane dan atas saran model berambut pirang inilah akhirnya Aruna mengambil keputusan untuk berlibur ke Amerika untuk refreshing dan dapat ngobrol lebih banyak. Jane juga menawarkan padanya untuk menginap di apartemennya dan bersedia menemaninya belanja serta jalan-jalan karena kebetulan jadwalnya sedang tidak terlalu padat. Kali ini adalah pertemuan mereka yang kedua setelah beberapa tahun.

Jane membantu Aruna menarik kopernya ke tempat parkir, setelah memasukkannya ke bagasi, ia menyalakan mesin dan mobil pun mulai meninggalkan bandara. Saat itu waktu langit sudah hampir gelap, waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam.

“Kamu pasti lelah, istirahatlah di tempatku sebentar, lalu kita berangkat untuk makan malam. Bagaimana dengan ?” tanya Jane.

“Sounds good.” jawab Aruna

Tak lama, mereka sampai di sebuah apartemen tempat tinggal Jane, mobil memasuki basement dan mereka lalu menurunkan barang bawaan.

“Selamat datang Aruna!” Jane membukakan pintu dan mempersilakan Aruna masuk.

Apartemen itu termasuk kelas menengah atas, kamarnya cukup luas dengan ruang tamu dan dapur mini, desain interior dan mebelnya juga elegan. Setelah mandi, Aruna merasakan tubuhnya lebih segar dan siap untuk keluar makan malam. Jane membawa mobilnya ke sebuah restoran Thai. Mereka menikmati hidangan suki dengan saus tomyam yang asam pedas itu sambil mengobrol seru karena sudah lama tidak bertemu. Jane berkata bahwa ia sangat senang mendapat teman yang berkunjung dan mau menginap di tempatnya. Di kota-kota besar seperti New York ini gaya hidupnya terlalu individualis dan seringkali membuat kehidupan terasa hambar, apalagi kalau tinggal sendiri, jauh dari keluarga seperti dirinya.

Sebenarnya saat jadwal tidak padat seperti sekarang ini, ia biasanya berkunjung ke tempat orang tuanya di Ohio, namun kebetulan saat itu mereka pun sedang berlibur ke Kanada. Mereka tertawa-tawa sambil menyantap makanan, keduanya sungguh cocok walaupun berbeda bangsa dan jarang bertemu. Sepulang ke apartemen, Aruna sudah merasa sangat letih, setelah sikat gigi dan ganti baju, ia langsung menjatuhkan diri ke ranjang. Mereka tidur bersama di kamar Jane. Baru ngobrol tidak sampai sepuluh menit Aruna sudah tidak menjawab apapun lagi ketika ditanya oleh temannya itu. Jane yang mengerti kondisi Aruna yang baru menempuh perjalanan jauh itu pun segera menarik selimut hingga leher dan memejamkan mata juga.

***

Keesokan harinya, 8.20

Sinar matahari masuk melalui jendela kamar itu. Aruna terbangun dari tidurnya, ia mengejap-ngejapkan matanya, ia menengok ke sebelah. Jane sudah tidak ada di sana, ia pun lalu menegakkan tubuhnya dan menggeliat. Ia menurunkan sepasang kaki jenjangnya menyentuh lantai. Tubuhnya yang indah dibungkus gaun tidur pendek berbahan sutra pink. Ia meraih gelas berisi air putih di bufet kecil samping ranjang dan meminumnya.

Setelah itu ia beranjak keluar dari kamar untuk mencari Jane, baru saja keluar dari pintu kamar dan hendak memanggil nama temannya itu, telinganya menangkap suara desahan. Penasaran dan deg-degan, ia memelankan langkahnya agar tidak bersuara. Suara itu terdengar makin jelas, bukan hanya desahan wanita, juga ada geraman pria. Aruna memepetkan dirinya pada tembok dan mengintip ke arah dapur minibar yang letaknya bersebelahan dengan ruang tamu di hadapannya.

“Ya Tuhan…Jane!” serunya dalam hati menyaksikan adegan di dapur itu.

Jane berdiri agak menungging, kedua tangannya bertumpu pada kulkas di hadapannya. Ia masih mengenakan kemeja gombrong yang dipakainya tidur semalam, hanya saja kancing-kancingnya telah terbuka semua dan celana dalam hitamnya telah melorot tersangkut di lututnya. Di belakangnya seorang pria berkumis bertubuh gempal dari wajahnya sepertinya ia orang India atau India atau wilayah lain di Asia Selatan sedang mendekap tubuhnya sambil menyentak-nyentakkan pinggulnya menyetubuhi wanita kulit putih itu.

“Ooh enak, sshhh! Nakal!” sahut Jane di tengah desahannya.

“Tapi kamu suka kan?”

“God damn it! Cepetein! Ahhhh!”

“Uuhh…yeahh…you’re so tight babe!” dengus pria itu sambil meremasi payudara Jane yang sudah terbuka.

Pria itu terus menggenjoti Jane semakin ganas sampai kulkas tempatnya bertumpu ikut berguncang. Hal itu membuat Jane mendesah semakin tak karuan, namun terlihat ia berusaha menahan suaranya agar tidak terlalu keras, sesekali nampak ia menggigit bibir bawahnya.

Jantung Aruna berdebar kencang mengintip kedua insan yang sedang berasyik masyuk itu. Diakui atau tidak, ia terangsang juga karenanya, tanpa sadar tangan kirinya merabai payudara dan tangan kanannya merayap turun meraba selangkangannya. Ia merasakan darahnya berdesir dan vaginanya lembab. Terbayang lagi saat-saat indah bercinta dengan suaminya dulu ketika masih bersama. Sebelumnya memang Jane pernah bercerita tentang kehidupan seksnya yang liar, seperti terlibat dalam pesta-pesta seks atau sex with stranger.

Kalau mau terus terang Aruna pun menyukai cerita-cerita nakal teman bulenya itu, bahkan seringkali menginspirasi teknik dan gaya bercinta dalam kehidupan seksnya dengan Ayik dulu. Namun baru kali ini ia menyaksikan seperti apa yang diceritakannya itu, matanya tidak berkedip mereka demikian nikmatnya berpacu dalam birahi dan membuatnya terhanyut. Desahan Jane yang makin tak karuan walaupun ia berusaha menahannya menandakan ia sudah di ambang klimaks, ia turut menggoyangkan pinggulnya menyambut sodokan pria berkulit gelap itu.

“Ooohh…God…yessshhh….! Eeeenngghhh!!” Jane mengerang panjang dan tubuhnya menggelinjang.

Pria itu masih terus menggenjotnya, terdengar suara decakan karena selangkangan Jane semakin becek oleh cairan orgasmenya. Baru tiga menit kemudian, ia menghentikan pompaannya dan menarik lepas penisnya dari vagina gadis bule itu. Saat itulah Aruna tertegun dan menelan ludah melihat penis pria itu yang begitu hitam dan panjang. Dengan agak lunglai Jane menjatuhkan dirinya berlutut di hadapan pria itu. Tangannya meraih penis yang masih mengkilap karena basah itu.

Aruna memperkirakan ukuran penis pria itu dua genggam melihat dari Jane yang menggenggamnya dengan satu tangan dan menyisakan bagian yang masih cukup panjang, belum pernah dirinya merasakan yang sebesar itu. Jane menyapukan lidahnya membersihkan benda itu mulai dari buah zakar hingga ke kepalanya yang menyerupai helm tentara.

“Keluari di mulutku please!” habis berkata Jane langsung memasukkan penis itu ke mulutnya. Pria itu merem-melek dan kepalanya sesekali menengadah menahan nikmatnya kuluman dan jilatan Jane.

“Uuhh…yeah! I’m cuming!” desah pria itu sambil mengelus-elus rambut pirang Jane.

Sementara di balik tembok, Aruna merasakan birahinya semakin menggelegak, putingnya mengeras dan vaginanya semakin lembab karena gosokan-gosokan jarinya dari luar. Ada keinginan penis perkasa si pria berdarah Asia Selatan itu memasuki vaginanya dan merojokinya seperti yang terhadap temannya tadi, tapi tidak, bagaimanapun ia adalah wanita timur yang harus menjunjung tinggi norma-norma ketimuran sekalipun telah bercerai, ia merasa tidak pantas melakukan hal itu sembarangan apalagi mengingat statusnya sebagai public figure. Tak lama kemudian, pria itu mendesah lebih panjang, tubuhnya menegang.



Posting Komentar

0 Komentar