DIGILIR TUKANG BULLY

 


SINOPSIS:

Parman sudah memiliki kehidupan yang mapan dan seorang istri cantik bernama Rachel. Nasib naas harus diterima Parman ketika harus bertemu dengan 3 orang teman masa kecil yang sering membullynya. 3 orang itu berencana untuk kembali membully Parman dengan memanfaatkan tubuh Rachel.

Genre : Drama Erotic

Format : File PDF

Jumlah Halaman : 52 Halaman

HARGA : Rp 10.000


PROLOG

"Dasar Parman bocah cengeng, ayo kita hitung sampai sepuluh pasti dia nangis!" bocah laki-laki bernama Anton memandu dua rekannya, satunya kribo, satunya botak. Ketiganya serempak berhitung dari angka satu sampai sepuluh. Begitu sampai di angka sepuluh, seorang bocah kurus berkacamata seketika menangis menjadi-jadi.

"Huaaaa...!" tangisnya meraung-raung.

"Tuh bener kan hahahaha!" Anton tertawa girang, diikuti dua rekan sebayanya, Tomi dan Bobi.

Acara reuni memang kurang berfaedah, itu adalah hal yang sangat diyakini oleh Parman. Bagaimana tidak, gara-gara menghadiri acara reuni akhirnya dia bertemu kembali dengan trio tukang bully yang selalu menyerangnya di masa kecil. Gara-gara mereka bertiga masa kecil Parman jadi kurang bahagia. Setelah bertahun-tahun lamanya sukses menghindari mereka, sebuah acara reuni membuyarkan masa-masa damai Parman selama ini.

Matahari sudah hampir terbenam sepenuhnya ketika trio tukang bully berkunjung ke rumah Parman. Gara-gara acara reuni itu mereka bertiga jadi tahu rumah Parman karena membuntutinya saat pulang. Kelakuan ketiganya masih sama, bentuk fisiknya juga tak banyak berubah. Anton si pemimpin geng yang bertubuh tegap dan cukup atletis, Tomi dengan rambut kribonya yang sekarang agak pendek, dan Bobi yang biasa dipanggil Botak Biadab oleh teman-temannya. Mereka semua sebaya, bahkan satu sekolah saat SD. Kini mereka semua sama-sama sudah melewati kepala tiga dan menjalani hidup masing-masing.

"Wah, besar juga rumahnya si kacamata cupu ini!" gumam Anton ketika mereka bertiga sampai di rumah Parman.

"Keluarganya kaya mungkin ya?" sahut Bobi.

"Dah yuk masuk aja nggak pake lama!" Tomi langsung membuka pagar rumah Parman yang tidak terkunci.

Parman sudah menyadari, cepat atau lambat mereka pasti akan datang ke rumahnya. Maka dengan terpaksa dia membukakan pintu depan rumah dan mempersilahkan mereka bertiga untuk masuk.

"Silakan duduk." ujar Parman mencoba ramah, tetapi terdengar kaku.

"Udah santai aja Man, kita tidak se barbar dulu kok, cuma mau nostalgia aja." Anton berkata tanpa memandang Parman, dia lebih fokus melihat sekeliling rumah yang cukup mewah itu.

"Duitmu banyak sekarang kayaknya, bagi-bagi dong!" Bobi merangkul bahu Parman dengan erat.

"Hust, baru dateng udah minta duit, dasar tamu tak tau diuntung!" Tomi duduk santai di sofa ruang tamu dengan dua kaki naik ke meja.

"Ada siapa mas kok rame?" sahut suara wanita dari dalam rumah. Trio bully secara kompak menghentikan aksi liarnya demi mengecek dulu siapakah wanita itu.

Tak lama berselang muncullah seorang wanita cantik yang tidak diduga oleh trio bully, awalnya mereka mengira si cupu Parman hanya tinggal seorang diri di sana. Seketika mereka bertiga saling berpandangan seolah merencanakan sesuatu. Bobi yang posisinya paling lemah diantara mereka bertiga segera sadar diri berpamitan pergi keluar sebentar.

"Wah wah, udah rumahnya mewah, istrinya cantik juga ternyata!" Anton mendekatkan wajahnya ke arah Parman, sementara yang didekati berusaha memalingkan wajah.

"Nggak cuma cantik Ton, bodynya juga yahud banget tuh." Tomi ikut berceloteh.

"Nggak nyangka ya, kunjungan iseng-iseng kita ternyata berhadiah!" Anton berpaling ke arah Tomi, disambut tawa lepas dari rekannya itu.

Tak lama berselang, wanita tadi keluar sembari membawa beberapa gelas minuman dingin. Dengan cekatan dia menyuguhkan minuman itu di meja, posisinya yang agak membungkuk menjadikan belahan dadanya terlihat cukup jelas dari posisi Anton dan Tomi yang duduk berdekatan di sofa ruang tamu.

"Istrinya Parman kah mbak?" tanya Anton ketika wanita itu selesai menyuguhkan minuman beserta belahan dadanya.

"Iya mas." jawab wanita itu ramah.

"Namanya siapa mbak?" kali ini gantian Tomi yang bertanya.

"Biasanya dipanggil Rachel, mas." lagi-lagi wanita bernama Rachel itu menjawab dengan ramah.

Anton dan Tomi pun terus menanyai wanita itu seolah sedang mewawancarainya. Mulai dari umurnya, berapa lama menikah dengan Parman, sampai pertanyaan-pertanyaan konyol seperti kenapa kok mau menikah dengan Parman. Wanita itu ternyata sangat ramah dan menjawab semua pertanyaan basa-basi dari duo tukang bully dengan telaten, sementara Parman yang duduk bersebelahan dengan Rachel hanya diam saja sedari tadi.

Anton juga mengenalkan namanya dan dua rekannya, bahkan dia menjelaskan tentang nama panggilan Tomi Kribo dan nama Bobi yang dianggap singkatan dari Botak Biadab. Percakapan berjalan seru sampai tak terasa Bobi sudah kembali lagi. Kali ini dia datang sambil membawa kotak makanan berisi martabak dan terang bulan, serta beberapa botol minuman keras.

"Nah ini jagoannya sudah datang." komentar Anton melihat kedatangan Bobi.

"Kalo gitu aku kembali ke dalam ya, silahkan lanjutkan ngobrolnya." ujar Rachel tanpa mengomentari apa yang dibawa oleh Bobi.

"Iya, monggo mbak." sahut Anton.

Sepeninggal Rachel, mereka bertiga segera berebut makanan dari Bobi. Tak lupa mereka mencekoki Parman dengan minuman keras yang sengaja dibeli oleh Bobi juga. Meski awalnya menolak, tentu saja Parman tidak bisa melawan paksaan dari mereka bertiga dan terpaksa ikut minum sampai mabuk berat. Setelah Parman terkapar, Anton segera berteriak memanggil Rachel. Wanita itu tergopoh-gopoh keluar dan terkejut melihat Parman yang tak sadarkan diri di lantai.

"Perlu diangkat ke kamar kah ini mbak?" tanya Anton ketika Rachel sudah kembali ke ruang tamu.

"Iya, boleh deh mas, tolong ya." jawab Rachel dengan wajah agak panik.

Tomi dan Bobi bergegas membopong tubuh Parman ke arah kamar yang ditunjukkan oleh Rachel. Sementara Rachel dan Anton mengikuti mereka dari belakang. Kamar utama rumah itu cukup besar seperti kamar hotel, Tomi dan Bobi segera merebahkan tubuh Parman di atas ranjang. Sementara itu tiba-tiba Anton memeluk tubuh Rachel dari belakang.

"Eh, apa-apaan ini mas?" Rachel meronta-ronta mencoba melepaskan diri dari rangkulan Anton. Tapi tentu saja tenaganya kalah kuat meski lelaki itu agak mabuk.

"Udah, kamu diam aja nggak usah ngelawan!" bentak Anton sembari melucuti pakaian Rachel. Walau mencoba melawan dan menahan serangan Anton, tetap saja pada akhirnya kaos dan rok Rachel berhasil terlepas dan hanya menyisakan bra serta celana dalamnya saja.

"Wah, beneran montok nih bos!" gumam Bobi dengan mata berbinar-binar, begitu juga dengan Tomi yang tidak berkedip memandangnya.

"Giliran aku dulu ya, jangan rebutan!" perintah Anton membuat Tomi dan Bobi terdiam di posisinya, sementara Anton mulai mencumbu leher dan telinga Rachel. Tidak tinggal diam, tangan Anton turut bergerak meremas-remas gundukan kembar yang masih terbalut bra. Tomi dan Bobi menatap aksi bos geng mereka seolah tengah menyaksikan film porno secara live.

Kedua tangan Anton bergerak lincah melucuti bra dan celana dalam Rachel. Wanita itu kini telanjang bulat dalam rengkuhan Anton. Aksi Anton yang cepat dan tepat membuat wanita itu kelabakan, tidak butuh waktu lama bagi Anton untuk membuat Rachel akhirnya menyerah dan mendesah keenakan akibat rangsangan Anton di berbagai titik sensitifnya.

"Wah, jangan-jangan selama ini kamu jarang terpuaskan sama lelaki cupu itu ya?" sindir Anton penuh kemenangan.

Rachel tidak menjawab, matanya menatap nanar tubuh Anton yang cukup atletis. Lelaki itu segera membuka pakaiannya dan memamerkan tubuhnya yang laksana anggota militer. Rachel sedikit terkejut ketika Anton membuka celana dalamnya dan memamerkan batangnya yang berukuran di atas rata-rata. Ukuran yang pasti membuat kedua rekannya merasa iri. Anton berdiri gagah dalam posisi Rachel berjongkok di depannya dan memaksa Rachel untuk memainkan batangnya.

"Bos, jangan duluan bos. Kalau kamu duluan, kita gak kebagian." potong Tomi tiba-tiba.

Meski tengah terbuai birahi, Anton memahami apa maksud rekan-rekannya itu. Dia berbesar hati mengalah dan membiarkan dua rekannya itu berebut jatah selanjutnya. Anton duduk di tepi ranjang, mengamati Parman yang tertidur lelap tanpa menyadari istrinya tengah digarap oleh trio tukang bully yang dari dulu selalu mengerjainya.


Posting Komentar

0 Komentar