ANNA WANITA BINAL
SINOPSIS :
ZAKI POV
Namaku Zaki,
usiaku sudah menginjak 29 tahun. Sudah 3 tahun aku menikah dengan istriku namun
hingga saat ini kami belum memperoleh keturunan. Aku memiliki sejumlah usaha
yang dari usaha itu aku bisa mendapatkan royalty dan tidak perlu bekerja
terlalu keras. Usaha-usaha tersebut sebenarnya milik mertuaku yang sudah lama
pensiun sehingga akulah yang harus meneruskannya. Kebetulan istriku adalah anak
tunggal, sehingga aku yang dibebani tugas untuk melanjutkan bisnis oleh orang
tuaku.
Sore itu aku
sedang duduk santai dibalkon kamarku, ditemani tabloid olahraga favorit yang
siang tadi kubeli plus secangkir kopi mocca menambah asiknya akhir pekan ini.
Dari kejauhan kulihat mobil Honda Jazz milik istriku memasuki gerbang
perumahan. Perlahan hingga akhirnya parkir di garasi rumah kami. Istriku
langsung melambai kearahku dan bergegas memasuki rumah, tak lama hingga
akhirnya ia kini ada disampingku.
"Mas, aku
seneng banget!" kata istriku.
"Hmm Ada
apaan nih?" sahutku penasaran.
"Proposal
Studi Banding Pak Priyo yang kukerjakan ternyata di ACC pemerintah!"
tatapnya sambil tersenyum sumringah.
"Lalu?"
jawabku datar. Pak Priyo sendiri adalah dosen istriku yang mengajar di salah
satu universitas terkemuka di kota Malang, sebut saja nama universitas tersebut
adalah UB. Istriku kembali melanjutkan ceritanya.
"Iyah,
proposal tersebut menjelaskan bila kami mendapatkan fasilitas studi banding ke
Australia. Fasilitas tersebut untuk 4 orang selama 1 minggu, dan aku diajak
Mas!"
"Oh ya? Trus
kenapa kamu kok diajak? Sama siapa lagi?" jawabku bercampur penasaran.
"Tadi Pak
Priyo sudah membuat keputusan, yang berangkat tuh Beliau, Aku, Nanang dan
Ronald."
"Hah? Kok
kamu perempuan sendiri?" sahutku protes.
********
ANNA POV
Aku sudah bersiap
untuk Boarding dari Bandara Juanda, bersama Pak Priyo, Nanang dan Ronald. Pak
Ronald adalah dosenku di perkuliahan S2, sedangkan Nanang dan Ronald salah
seorang Asdos dari Pak Priyo. Pak Priyo sendiri adalah seorang yang
kharismatik, yang lahir dari campuran keluarga asal Madura dan Papua. Bertubuh
tegap dan sedikit tambun dengan tinggi badan sekitar 180cm.
Sedangkan
Nanang adalah pemuda asal Solo yang kuliah di Malang, sedangkan Ronald adalah
seorang pria keturunan yang lahir di Malang. Hobi mereka kuketahui sama, yaitu
basket dan renang, menjadikan tubuh mereka atletis. Kami bertiga sebenarnya
juga sama-sama kuliah S2 dan mengerjakan proposal-proposal yang akan diajukan
oleh Pak Priyo ke Dikti, dan beruntung sekali ketika proposal studi banding ke Australia
di ACC.
Ijin dari
suamiku, Mas Zaki dan Papa serta Mama kuraih dengan susah payah. Karena
sejujurna aku sangat ingin keluar negeri karena sudah jenuh dengan liburan di
tanah air. Walaupun harus kuakui kalau aku harus sedikit berbohong demi perjalanan
ini. Pertama, aku bilang bahwa aku akan menginap 1 kamar sendiri di hotel,
sedangkan kenyataannya kami menginap disebuah apartemen yang telah disediakan
oleh EO dari Australia. Kedua, acara ini memiliki adalah acara sedunia yang
dipusatkan di Australia, yang artinya akan berkumpul delegasi-delegasi dari
negara lain.
Lokasi acara
yang akan kami ikuti adalah di Perth, sedangkan tidak ada penerbangan langsung
dari Surabaya ke Perth, maka kami harus singgah di Darwin dan bermalam disana
untuk kemudian dilanjutkan ke Perth. Pusingnya, transit dan menginap di Darwin
ini tidak termasuk biaya akomodasi yang disediakan oleh pemerintah, maka kami
harus mengeluarkan biaya pribadi untuk hotelnya. Its OK. Kami akhirnya sepakat
untuk menginap disebuah budget hotel dalam satu kamar.
Aku terbangun
oleh peringatan untuk mengenakan sabuk pengaman, menandakan pesawat akan
landing di Darwin. Nanang selanjutnya membantuku untuk membawa bagasi dan
membooking sebuah taksi untuk menju hotel. Oh iya lupa, namaku adalah Anna Gilbert.
Usiaku saat ini sudah menginjak 25 tahun, dan aku sudah menikah. Sejak aku
menikah, aku memutuskan untuk mengenakan hijab secara penuh. Hal itu tentu saja
atas dukungan suami serta keluargaku.
Ronald yang
saat itu duduk dikursi penumpang samping sopir, karena kami tahu bahwa Ronald
lah yang paling fasih dalam cas cis cus percakapan Inggris. Sedangkan aku duduk
dibelakang, diapit Nanang dan Pak Priyo. Tentu saja karena badan mereka besar
dan kekar, aku jadi terhimpit. Taksi yang normalnya bangku bagian belakang
untuk 2 orang, ini diisi oleh 3 orang, gapapalah demi menghemat budget. Saat
itu aku mengenakan sebuah kaus santai yang cukup tipis, dengan lengan hanya
menutupi ¾ tanganku. Sedangkan celanaku adalah celana legging belang-belang
yang lagi ngetren saat ini. Hal ini adalah antisipasiku karena di Australia
sendiri sedang puncak musim panas.
"Duh
Anna, kurusin dikit donk badanmu ah." celetuk Nanang.
"Yee!
badanmu sama Pak Priyo aja nih yang gede-gede, kayak binaragawan aja."
protesku.
"Iyo
Anna iki, huh, ronoan!" kata Pak Priyo coba menggeserku. Akibat saling
geser, akhirnya tangan dan kakiku jadi saling gesek dengan tubuh Nanang dan Pak
Priyo, bahkan bulu-bulu lebat di tangan Pak Priyopun menggesek langsung
tanganku. Sejujurnya aku agak risih juga sampai-sampai tanganku terasa gatal,
bahkan selangkanganku juga ikutan gatal, duh.
"Udah lah
An, kamu pangku Nanang aja sana." celetuk Pak Priyo.
"Wah iya
betul pak, boleh-boleh sini." jawab Nanang sambil menepuk-nepuk pahanya.
Ronald hanya tertawa saja didepan memperhatikan kami.
Karena aku
merasa kursi belakang ini terlalu sempit, maka aku memutuskan untuk mengikuti
perkataan Pak Priyo tadi, namun bukannya aku dipangku Nanang, tapi aku langsung
menarik paha dari Pak Priyo, sedangkan aku duduk tepat diselangkangannya.
Kulihat mereka sedikit terkejut, terutama Pak Priyo karena tidak siap untuk
memangkuku. Sedangkan Nanang dan Ronald selanjutnya malah tertawa saja.
Namun
selanjutnya aku tersadar, bahwa saat ini aku sedang menindih selangkangan dari
Pak Priyo, tentu saja terasa sekali sebuah benda lurus yang terasa besar
mengganjal pantatku, itu penis Pak Priyo. Jantungku seketika berdegub dan
desiran aneh menjalar disekujur tubuhku. Pak Priyopun menutupkan tangannya dan
berposisi memelukku, entah aku terhipnotis atau mengapa, aku hanya diam saja,
bahkan aku turut menikmati pelukan Pak Priyo hingga kurebahkan badanku di badan
beliau.
Kurasakan
dengusan nafas meniup pelan tengkukku, dan kumis khas Maduranya menyapu bagian
belakang kepalaku hingga sampai di telinga, aku jujur merasakan geli yang
nikmat, sehingga vaginaku semakin lama semakin lembab. Hingga kulihat kembali
jam tanganku ketika sesampainya di depan loby hotel, sudah 20 menit aku digoda
secara halus oleh Pak Priyo. Sebenarnya aku sempat mendadak berfantasi akan
diapa-apakan oleh mereka semalam ini, namun bukannya aku merasa takut tapi aku
malah percaya diri mampu menaklukkan mereka bertiga sekaligus diranjang. Namun
segera kubuang perasaan itu, mencoba membuka ponsel dan mencari foto suamiku
untuk menghilangkan fantasi aneh ini.
Kamar yang
kami pesan ternyata sudah disiapkan, Pak Priyo memperkenalkan aku sebagai
Istrinya kepada resepsionis karena ia menanyakan kenapa kami berempat. Namun
sepertinya si Resepsionis itu tidak mempercayai perkataan Pak Priyo, sehingga
beliau menarikku pelan dan memegang tengkuk ku. Secara tak terduga ia membelai
tengkukku dan kemudian mencium bibirku.
Ya, bibirku.
Bibir yang hanya pernah dikecup oleh suamiku, saat ini sudah dijamah oleh
seorang pria asing. Akhirnya resepsionis itu percaya dan meyuruh room boy untuk
mengantar kami. Nanang dan Ronald hanya tersenyum saja melihat apa yang barusan
Pak Priyo lakukan, bahkan salah satu dari mereka berani menyeletuk,
"Anna,
kamu gak takut tidur bertiga bareng kami?" Dan kujawab saja,
"Takut
kenapa? Takut kalian puasin?" mereka bertiga hanya tertawa saja. Namun aku
melanjutkan,
"Enggaklah,
justru kalian bertiga yang akan aku buat bertekuk lutut." kataku sambil
menjulurkan lidah. Kulihat Pak Priyo hanya tersenyum saja mendengar percakapan
kami.
Namun
sebenarnya aku sudah merasakan sesuatu yang aneh sejak lama, bahwa aku memiliki
nafsu birahi yang sangat tinggi dan fantasi yang berlebih. Suamiku sendiri
memberikan aku jatah 3x seminggu, namun kadang aku ingin meminta lebih tapi
takut suamiku berfikir aneh kepadaku, maka aku mengurungkannya.
Posting Komentar
0 Komentar