TERPUASKAN

 


SINOPSIS:

Sudah menikah bukan berarti kebutuhan seksualmu terpuaskan, apalagi jika teman-teman istrimu memberi godaan birahi yang teramat hebat. Bagaimana kisah seorang pria yang terjebak nikmat seperti ini ?

FORMAT : PDF Book Series

GENRE : DRAMA - ROMANTIC SEX - 3SOME SEX - ORGY SEX

JUMLAH HALAMAN : 82 HALAMAN

HARGA : Rp 10.000


PROLOG

“Para penumpang yang terhormat, saat mendarat sudah dekat. Namun hati ini terasa pekat, mendengar jawaban yang menolak begitu cepat. Sudah lama jiwa meronta-ronta, inginkan dia tapi harus sadar dia bukan lagi siapa siapa.”

“Silahkan tetap duduk, jangan lupa jaga jarak dengan dia karena sadar dia sudah milik orang. Kencangkan sabuk pengaman dan harus tetap menerima kenyataan bahwa dia tak lagi memilih anda. Tegakkan sandaran kursi agar kuat melihat dia bersama yang lainnya. Melipat hati yang telah pupus akibat dia tak lagi menoleh, memilih melupakan anda. Buka penutup jendela tapi jangan buka folder kenangan. Semua perangkat elektronik dimatikan, termasuk rasa yang masih tersimpan.”

Seketika para penumpang tertawa bahkan tidak sedikit yang memberikan tepuk tangan menyambut suara merdu sang pramugari yang menyampaikan bahwa sebentar lagi pesawat akan landing.

“Selamat datang di Bandara International Sam Ratulangi di Manado, waktu menunjukkan pukul 22.00 Waktu Indonesia Tengah.”

Akhirnya sampai juga di kota tercinta setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga jam penerbangan dari Jakarta. Lumayan lama dan membosankan. Untung saja selama penerbangan aku bisa menikmati pemandangan para pramugari cantik dan seksi lalu lalang. Aku adalah orang yang punya obsesi dan fantasi dengan yang namanya pramugari. Entah kenapa tiap melihat pramugari pikiranku langsung menerawang ke arah yang erotis. Selama penerbangan ini ada satu pramugari cantik yang menarik perhatinku. Parasnya manis dengan lesung pipit dan body proporsional, tinggi dan agak berisi. Tidak berani kenalan, hanya sempat membaca papan nama di seragamnya tertulis Pingkan.

***

Sekali saat pramugari ini menunduk untuk mengambil minuman, tampak sedikit celah diantara belahan dadanya yang berhasil membuatku horny. Sereceh itu ternyata bisa bikin terangsang, apalagi belahan rok hijaunya yang cukup menampilkan paha putih berisi dan sedikit berbulu halus. OMG! Sampai disini aku yakin bahwa aku sedang butuh belaian wanita. Betapa tidak, sejak dua minggu yang lalu aku mengikuti training di kantor pusat di Jakarta, sendirian tanpa ada yang menemani. Aku sendiri adalah tipikal suami takut istri, tidak berani mencoba hal hal nekat apalagi menyewa pelacur. Forget it!

Kembali ke pesawat, antrian penumpang yang hendak turun cukup panjang. Bahkan seperti biasanya, seketika pesawat berhenti para penumpang langsung antri berdesakan di gang. Karena tidak harus buru buru, aku memilih untuk menunggu sampai benar benar sepi dan nyaman untuk turun tanpa berdesak desakan. Kesempatan itu aku manfaatkan dengan mencuri curi pandang ke pramugari cantik bernama Pingkan tadi.

Ternyata saat itu dia berdiri di pintu keluar bertugas megucapkan salam perpisahan dengan penumpang. Senyum yang manis kubalas dengan senyuman terbaik juga sambil mengucapkan terima kasih, sampai ketemu lagi. Wajah cantiknya, body nya, kesan yang saya dapat dari Pingkan ini, sempurna! Tapi apa boleh buat, pertemuan kami hanya sebatas penumpang dan awak pesawat. Akupun yakin senyuman indah itu hanya sekedar untuk menjalankan pekerjaan dan kewajibannya. Yasudahlah, toh tidak lama lagi aku bisa menikmati tubuh pramugari yang tidak kalah cantiknya, sahabat karib istriku, calon pengantin.

Aku Donni, usia 27 tahun, karyawan swasta. Mempunyai istri yang cantik bernama Allena, dan anak satu berusia 2 tahun. Aku asli Manado dengan prototype orang Manado pada umumnya, tidak ganteng tapi putih dan badan proporsional. Begitu juga dengan istriku, tinggi langsing dengan body terawat karena rajin olahraga. Kehidupan rumah tangga kami sangat menyenangkan, bahagia, karena satu sama lain saling terbuka dengan pemikiran dan kemauan masing masing.

Kehidupan seks kami juga normal saja, kecuali pada moment spesial bersama dengan teman teman karibnya, istriku Allena bisa berubah 180 derajat dari wanita yang alim, menjadi sangat binal. Ya, teman  karib yang  Aku maksud adalah teman-teman masa SMAnya yang hingga kini masih menjalin komunikasi dan hubungan yang erat. Bahkan bisa dikatakan lebih dari saudara kandung. Salah satu dari mereka, yaitu Valen yang sedang mempersiapkan acara pernikahan dua hari lagi.

***

Karena tidak dijemput, akupun memesan Taxi bandara menuju ke salah satu Hotel di pusat kota Manado, yang katanya angker karena dulunya bekas rumah sakit gunung Wenang. Disana sudah menunggu istriku Allena yang sengaja menginap di Hotel untuk persiapan acara pernikahan temannya Vallen, kebetulan acara itu juga akan dihelat di hotel ini. Selama perjalanan menuju hotel, aku menyempatkan untuk video call dengan putera tercinta yang kali ini dititipkan ke oma opanya di kampung.

Tak terasa taksi yang kutumpangi sudah berhenti depan lobby. Segera aku menuju ke kamar yang sudah di infokan Allena sebelumnya. Beberapa lama setelah bel dibunyikan, Allena istriku membuka pintu dan langsung kusambut dengan pelukan dan ciuman hangat yang mendarat di bibirnya. Kami sudah terbiasa seperti itu, dalam kehidupan sehari hari pun, saat pulang rumah selesai kerja kami selalu berpelukan dan ciuman mesra.

Namun malam itu intensitasnya lebih lama dan lebih hot dari biasanya. Selain ciuman akupun langsung mendaratkan tangan kakakku di pantatnya, meraba raba kecil hingga meremas remas saking kangennya. Tangan kiri bergerilya masuk kedalam piyama dan BH Allena, sambil sedikit bergerak mendorong ke arah tempat tidur. Kejadian ini terjadi sangat cepat hingga tanpa bisa dicegah oleh Allena, tangan lincahku sudah membuka kancing piyama dan BH yang dipakainya. Celana legging halus yang dikenakan juga tidak lolos dari serangan cepatku.

Kini posisi kami masih berciuman mulut, kugigit lidahnya hingga Allena tidak bisa berkata apa apa. Perlahan lahan kudorong Allena menuju tempat tidur dengan bagian atas yang sudah telanjang, bagian bawah menyisahkan celana dalam dan legging yang menggantung di lutut. Sumpah! Sekali lagi kejadian itu cepat sekali, saking hausnya aku akan belaian istri tercinta.

Hingga akhirnya beberapa meter bergerak, melewati gang depan kamar mandi, semakin dekat dengan tempat tidur, aku kaget bukan main setelah melihat ternyata ada orang lain selain kami berdua. Di sofa sedang duduk Valen dan calon suaminya yang terpaku melihat apa yang kami perbuat. Segera aku melepas pelukan dan ciumanku ke Allena dan menarik naik legging Allena yang belum sepenuhnya lepas. Aku yakin saat itu pasti calon suami Vallen sudah melihat kemolekan tubuh istriku yang putih bersih, apalagi saat itu payudaranya terbuka bebas. Enggak besar sih, payudara istriku tergolong kecil mungil, namun dijamin pasti bikin horny. Aku aja suaminya yang bisa kapan saja menikmati si payudara, gak pernah ada bosan bosannya buat memandangi si tocil. Apalagi calon suaminya Valen yang tampak salah tingkah kejatuhan durian runtuh. Valen hanya cengengesan menertawai apa yang dilihatnya.

“Eh maaf, gak tahu kalau ada orang!” Ucapku sedikit panik.

“Papa nih tiba tiba main nyosor aja, malu tahu diihat orang !” Balas Allena sambil mengambil BH dan bajunya yang jatuh di lantai lalu mengenakannya kembali.

“Ciieee yang udah kangen berat, hajar pak! Punya sendiri kok!” Goda Valen.

“Ngaco Lu!” Balas Allena.

Setelah Allena kembali mengenakan pakaian, istriku ini tampak tak bisa menyembunyikan rasa malunya apalagi calon suami Valen sempat melihat toketnya yang mungil dan tubuh indahnya sudah setengah telanjang. Tapi entah kenapa aku sendiri merasa semakin horny malam itu. Tak lama kemudian, mungkin juga karena merasa canggung, calon suami Vallen pamit keluar tanpa sempat berkenalan denganku sebelumnya. Vallen ikutan pamit dan kulihat mereka masuk ke salah satu kamar yang ada di samping kamar kami.

Waw! pikiranku langsung melayang, membayangkan apa yang akan mereka lakukan. Gak mungkin lah berduaan di dalam kamar hotel terus nggak melakukan apa-apa. Apalagi setelah kejadian barusan pasti calon suami Valen udah horny. Aku bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang terasa gerah usai perjalanan panjang hari ini.

Kejadian yang kualami hari itu sungguh membuat gairahku memuncak. Hingga tidak tahan lagi untuk menyalurkannya. Membayangkan pramugari bernama Pingkan, membayangkan istriku yang setengah telanjang di depan Vallen dan calon suaminya, serta berhayal apa yang dilakukan calon pengantin  berdua di kamar mereka. Akupun onani hingga ejakulasi, spermaku keluar banyak banget. Sayang sih, seandainya masih bisa sabar menahan sebentar lagi main sama istri pasti lebih komplet. Tapi ya sudahlah. Cukup lama aku berendam di bathtub, hingga penisku kembali menegang sempurna. Baiklah mungkin ini saatnya ngasih jatah ke istri. Mumpung lagi tinggi tingginya. Aku mengeringkan badan dan keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan apapun, telanjang. Dengan harapan bisa langsung tempur dengan Allena istriku, melanjutkan apa yang tertunda tadi.

Prank part dua! Kali ini aku yang terkaget bercampur malu setelah sadar bahwa Vallen sudah ada lagi di kamar, sedang berbincang santai dengan istriku di sisi tempat tidur. Dalam kondisi tubuhku yang telanjang dan penis yang menegang maksimal, Allena dan Vallen hanya terdiam memandangi si dedek menampilkan keperkasaannya. Tampak jelas juga mata Vallen tertuju ke alat vitalku. Refleks aku menutup daerah selangkangan dengan kedua tangan, meskipun tidak bisa menutup dengan sempurna. Salting.

Sepersekian detik aku dihadapkan pada pilihan kembali ke kamar mandi atau lanjut menggauli istri sendiri. Akupun memilih untuk bersikap biasa saja dan mematung bingung gak tau mau gimana lagi. Tak terduga, gayung bersambut, reaksi Allena ternyata antusias melihat suaminya sudah telanjang tanpa busana. Seakan tidak menghiraukan keberadaan Valen, Allena berdiri dan menarik tanganku duduk diantara mereka berdua. Dengan posisi duduk,  aku dan Allena berciuman panas sambil saling meraba tubuh masing masing. Tangan Allena sangat nyaman mengocok pelan penisku yang sedari tadi keras seperti batu.

Untuk diketahui oleh pembaca yang budiman, hubungan istriku Allena dengan teman teman karibnya termasuk Vallen ini udah sangat dekat melebihi saudara. Mereka sudah berkali kali melakukan aktifitas seksual bersama, bahkan dengan suami teman-teman istriku. Akupun sudah tidak asing lagi dengan kemolekan tubuh Vallen. Beberapa bulan sebelumnya kami pernah liburan bersama di Bali dalam rangka pernikahan teman mereka Ocha. Waktu itu aku pertama kali dikenalkan dengan istilah “malam bakupas” ala mereka. Jadi singkatnya, istriku dan 4 temannya yang lain punya kebiasaan yang unik nan ekstrim. Mereka menamakannya “Malam Bakupas”.

Salah satu aturan main di Malam Bakupas adalah, siapa yang mau menikah, malam sebelumnya mempunyai hak untuk memerintah dan berbuat sesuka hatinya. Dari kelima wanita cantik ini Vallen yang terakhir akan menikah. Faktanya, Vallen adalah wanita cantik dari keluarga yang terpandang, berprofesi sebagai pramugari dan hingga malam itu masih perawan. Waktu di Bali memang aku sudah pernah menikmati servis dari Vallen dan sebaliknya akupun beberapa kali memuaskan hasrat seksual wanita cantik, seksi dan anggun ini. Tapi tidak sampai merebut keperawanannya, karena meskipun aktifitas seksual kami waktu itu sangat liar, tapi dilakukan dalam kondisi sadar sehingga masih bisa mengendalikan diri.

Kembali ke Manado, di hotel bintang lima tersebut aku dan Allena sudah sange berat, suami istri yang LDR an dua minggu sudah tidak mampu membendung hasrat untuk bercinta meskipun didalam ruangan yang sama ada orang lain, wanita cantik lainnya yang sedari tadi memperhatikan aktifitas foreplay kami. Masa bodoh, toh itu Vallen bukan siapa siapa. Dia sudah tahu seluk beluk kehidupan kami dari luar sampai kedalam dalamnya.

 Istriku tidak merasa risih, akupun malah semakin bergairah merangsang Allena di depan Vallen. Seperti ada sensasi tersendiri bercinta dilihat orang. Bahkan dalam hatiku berharap Vallen bisa ikut main atau setidaknya bisa melihat lagi tubuh Vallen telanjang. Tidak lama kami pemanasan, lidahku beberapa menit lamanya menyapu bersih cairan asam yang keluar dari vagina Allena hingga istriku ini merintih keenakan, hingga posisi 69 dimana penis tegangku masuk sepenuhnya kedalam mulut Allena.

Sedikit berbeda dari biasanya, kali ini sejak jilatan pertama di Vagina Allena, lidahku sudah merasakan cairan asamnya yang masif dan becek. Kuarahkan ujung lidahku menyapu pelan di klitoris Allena dengan gerakan memutar searah jarum jam sambil tangan ku mengusap area paha belakang hingga ke selangkangan. Allena semakin menjadi jadi, tampaknya istriku ini juga sudah sange tingkat terparah. Mengerang kenikmatan disamping temannya Vallen.

Saat itu posisi kami masih 69, aku diatas menindih Allena yang kakinya mengangkang lebar. Kepalaku masih melekat di selangkangannya. Sementara Vallen duduk sangat dekat dengan posisi kami, beberapa sentimeter dari kaki Allena yang terangkat tinggi keatas. Dari posisi kepalaku saat itu, pandangan mataku bisa melihat Vallen yang ternyata terus memperhatikan aktifitas kami. Pikirku pasti sahabat karib istriku ini akan terbawa suasana.

Penasaran, perlahan kucoba menggerakkan tanganku mendekat ke paha Vallen. Saat itu Vallen mengenakan rok jeans pendek diatas lutut. Dengan posisi Vallen yang duduk di ranjang, membuat rok jeans nya terangkat hingga ke paha. Membaca situasi yang semakin kondisuf, tanpa perlawanan jariku yang lincah akhirnya bisa mengusap-ngusap paha Valen yang mulus. Belum merasa puas dengan pencapaian itu, perlahan jariku bergerak mencari selangkangannya. Disaat lidahku masih aktif mengobok-obok vagina istriku  yang malam itu berlumur cairan asam nikmat, jari tengahku sudah menemukan vagina yang lain, lubang kenikmatan milik Vallen.

Awalnya masih tertutup celana dalam. Kugerakkan jariku naik turun mengikuti kontur vagina milik Valen, bolak balik dari arah klitoris hingga ke arah anus. Semakin lama celana dalam tipis milik Vallen sudah basah dan licin. Bisa kurasakan jelas dengan jariku lendir yang membasahi selangkangannya. Beberapa detik kuhentikan jilatan lidahku di Vagina Allena dan mengangkat kepala memberanikan diri menatap mata Vallen.

Tidak berani Vallen kontak mata denganku saat itu, mungkin karena malu atau apalah yang dia rasakan, sekejap kelopak matanya menutup menghindari tatapanku. Namun dengan raut wajah yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi bahwa Vallen saat itu menahan erangan nikmat akibat sentuhanku di vaginanya.



Posting Komentar

0 Komentar