ORANG KETIGA
CHAPTER 1
Sekar menghela nafas dalam, lega, hari
yang melelahkan berakhir juga. Menangani 12 pasien bukanlah hal yang mudah
untuk seorang dokter gigi. Ia melirik jam di dinding. Pukul 1 siang. Tak terasa
sudah 5 jam ia bekerja. Sekar meraih HandPhone yang tergeletak diatas meja
kerjanya. Ada desir hangat dalam hatinya ketika melihat notifikasi pesan di layar
HP nya. Dari Bara. Sekar tersenyum kecil, mulai membuka aplikasi dan membaca
pesan singkat.
"Bunda sayang, Ayah datang
terlambat ya, masih ada yang harus diselesaikan di kantor. Sampai ketemu nanti,
sayang.”
Senyum Sekar semakin lebar.
Pikirannya melayang pada sosok Bara yang sangat ia sayangi. Tak terasa angan Sekar
kembali melayang ke saat pertama ia mengenal Bara.
Bara seorang pria berkeluarga dengan
istri yang sangat sempurna dan 2 orang anak yang cantik dan tampan. Sekar
mengenal Bara tanpa sengaja, saat ia tengah mengambil kursus bahasa untuk
persiapan sekolah spesialisnya 4 tahun yang lalu. Bara dan Sekar berada di
kelas dan program yang sama.
Hangout setelah jam kursus selesai awalnya
hanya kegiatan membunuh waktu bagi Sekar dan Bara. Mereka berdua menyukai kopi,
menghabiskan waktu menunggu kemacetan terurai sebelum pulang ke rumah
masing-masing.
Awalnya tidak ada yang istimewa. Sekar
sedikit menjaga jarak karena Bara telah berkeluarga. Namun lambat laun pesona Bara
semakin menyusup ke dalam hatinya. Penampilan Bara yang sederhana namun
bersahaja, ketenangannya dalam berpikir dan berbicara, membuat Sekar semakin
terhanyut dalam gelombang asmara. Bara pun ternyata merasakan hal yang sama.
Namun keadaan tidak membiarkan mereka
untuk bersatu menjalani hidup selayaknya. Sekar menyerahkan diri untuk rela
menjadi wanita kedua di kehidupan Bara. Sekar sangat menghargai keputusan Bara
untuk tidak meninggalkan keluarganya. Tak apa, pikir Sekar. Selama cinta mereka
tetap bersatu. Bara pun terlihat sangat menyayangi Sekar dan berusaha untuk
memberikan cinta dan perhatian semaksimal yang ia bisa.
Sekar dan Bara menyewa satu apartemen
untuk mereka bertemu. Hubungan rahasia yang harus mereka jaga, karena komitmen
mereka untuk melindungi reputasi Bara sebagai pegawai di sebuah instansi
pemerintah dengan karir yang sangat cemerlang. Sekar sudah berikrar untuk tetap
mendahulukan kepentingan karir dan keluarga Bara, walau terkadang sangat sulit
ia lalui.
Hari ini tepat 4 tahun pernikahan
rahasia mereka. Bara menyempatkan diri untuk menemui Sekar di sela-sela
kegiatan rapatnya yang padat. Sekar sangat bahagia. Sudah 3 bulan semenjak
terakhir Bara mengunjunginya. Sekar melirik koper merah disudut ruangan. Ia
sejenak mengingat kembali persiapan melewati akhir pekan bersama Bara adakah
yang terlewat? Gaun untuk makan malam, baju santai, dan lingerie cantik untuk
menggoda Bara nanti malam, all done!
Sekar bangkit, tak sabar segera
menuju apartemen mereka. Bara menjanjikan malam spesial untuknya entah apa gerangan, Sekar tak bisa menebak
pasti. Bara selalu memanjakannya sangat tau bagaimana memperlakukan seorang
perempuan dengan sangat romantis.
"Lin, aku pulang dulu ya."
pamit Sekar pada Lina asistennya
"Lho ngga makan dulu Dok? Sudah
siang, nanti telat makan perutnya sakit lagi lho." desak Lina mengingatkan
"It's OK, aku mampir makan nanti
sebelum pulang." ujar Sekar ingin segera mengakhiri pembicaraan. Lina
mengangguk.
Sekar bergegas menuju mobilnya,
memasukkan koper merah ke dalam bagasi dan mulai melaju membelah ibu kota ke
apartemen mungil miliknya dan Bara. Sejenak berhenti untuk membeli makan dan
snack, Sekar tiba di Apartemen. Tepat waktu, karena jalan ibu kota tidak
terlalu ramai saat itu.
Apartemen mungil mereka berada di
lantai empat. Sebelumnya Sekar sudah meminta seorang cleaning service
untuk terlebih dahulu membersihkan apartemennya. Maklum, apartemen yang
sehari-hari dibiarkan kosong, hanya terisi jika ia dan Bara akan bertemu.
Sekar melangkah masuk. Disapukannya
pandangan ke seluruh ruangan. Apartemen dengan satu kamar ini terasa sangat
nyaman. CS telah menatanya dengan sangat rapi. Sekar melangkah membuka pintu balkon
yang menampilkan set taman belakang apartemen yang cukup indah. Dibiarkannya
pintu terbuka agar udara segar taman dapat masuk memenuhi ruangan. Notifikasi ponsel
berbunyi lagi. Sekar membaca teks pada display. Dari Bara lagi.
"Bunda sudah di apartemen? Ayah otw
yaa.”
Sekar terkesiap. Entah mengapa walau
sudah 4 tahun bersama, ia masih selalu gugup bila akan bertemu Bara. Sekar
melirik jam tangannya. Kalau jalanan lancar seperti tadi, Bara akan tiba tidak
lebih dari 1 jam yang akan datang. Masih ada waktu untuk bersiap, batin Sekar. Ia
melangkah ke kamar mandi. Lelah seharian bekerja, akan dipulihkan dengan
berdiri dibawah siraman shower air hangat selama 20 menit. Sekar ingin ia
berada dalam kondisi fit dan segar saat bertemu Bara. Di bawah siraman air
hangat, pikiran Sekar melayang, memberinya ide untuk membuat kejutan manis
untuk Bara juga. Sekar tersenyum membayangkan reaksi Bara bila melihatnya
nanti.
Berbalut handuk yang hanya menutupi
batas dada dan pinggulnya, Sekar berjalan ke arah dapur. Apartemen mereka
memang tidak luas tapi Bara menyediakan sebuah kitchen set untuk Sekar
bereksperimen membuat masakan. Sekar hobby memasak. Dapur apartemen mereka
dilengkapi satu meja panjang dari kayu mahoni yang cukup kokoh, dengan dua
kursi bulat tinggi berkaki empat sebagai pelengkapnya. Sekar memanaskan air,
menyeduh teh, menyiapkan kue coklat kesukaannya dan duduk tenang menunggu Bara.
Sambil menikmati kue coklat perlahan, jemari Sekar mulai mengetik pesan untuk Bara
melalui HP nya.
"Ayah, Bunda keluar sebentar ya.
Ada sesuatu yang harus dibeli. Ayah ada kunci cadangan kan? Nanti masuk aja
kalau Ayah datang Bunda belum ada ya. Miss You sayang, can't wait to see
you." Sekar
tersenyum senang.
Triknya untuk menyambut Bara sudah
siap. Dirapikannya handuk yang melingkar di tubuhnya. Tanpa sehelai benangpun
di baliknya, handuk putih lembut itu hanya menampakkan sebagian buah dada dan
kedua kaki serta pahanya. Ia meletakkan ikatan handuk di bagian dada, sehingga
belahan handuk tepat berada di depan perut dan kedua pahanya.
Sekar kini menata posisi duduknya.
Dilipatnya kakinya bersilang sehingga handuk yang menutupnya makin tersingkap. Sekar
menarik nafas, menghirup teh hangatnya perlahan mencoba menenangkan diri.
Diperhatikannya tubuhnya sendiri dalam-dalam. Hm, masih cukup menarik untuk
wanita usia 40 tahun, batinnya dalam hati.
Entah berapa menit berlalu, Sekar
mendengar suara di pintu apartemennya. Bunyi anak kunci dibuka. Itu pasti Bara,
bisiknya dalam hati. Degup jantungnya berdebar makin kencang. Ditegakkannya
punggungnya, membuat siluet tonjolan buah dadanya semakin nyata di balik handuk
putih yang menutupnya. Disingkap sedikit handuk di bagian pahanya, membuat paha
putih mulusnya terlihat jelas.
***
Apartemen
mereka sangat mungil. Duduk di kursi dapur yang berfungsi sebagai ruang makan, Sekar
dapat melihat jelas ke arah pintu apartemen. Begitupun Bara saat masuk, pasti
akan melihat posisi Sekar sekarang di sisi sebelah kiri. Pintu mulai terbuka
perlahan. Sekar menangkap siluet tubuh Bara yang perlahan menjadi nyata. Dan, benar
saja. Sekar kini berhadapan dengan Bara yang berdiri terkesima di pintu masuk,
memandang lekat dirinya dari jarak 2 meter di hadapannya.
"Oh Bunda?" hanya itu yang
keluar dari mulut Bara. Sekar tersenyum menggoda. Alih alih hendak beranjak
dari posisi duduknya untuk menyambut Bara, Sekar hanya berkata
"Ayah…" dan mengulurkan
tangannya ke depan seperti hendak memeluk Bara, menggoda Bara untuk berjalan
mendekat.
Bara menghampiri Sekar. Didekapnya
erat tubuh sang istri yang hanya berbalut handuk itu. Sekar pun terbenam dalam
dekap rindu sang suami. dilumatnya bibir Bara penuh kehangatan dan cinta. Bibir
lembut Bara terasa begitu manis, ciuman cinta bercampur rindu begitu indah
terasa. Sekar merasakan tangan Bara perlahan menyelusup ke balik handuknya,
menyentuh bagian dalam pahanya dan memberikan sensasi luar biasa dalam dirinya.
“Teruskan sayang, teruskan…aku
menunggumu.” bisik Sekar
dalam hatinya. Namun tidak ada suara yang keluar hanya desah penuh gelora dari
kedua insan dalam cinta penuh rindu .
Sekar makin terbenam dalam gelora
ciuman Bara dan dirinya. Namun ia masih merasakan tangan kiri Bara yang kekar
pada bagian belakang kepalanya, sementara tangan kanan Bara kini pada pahanya.
Sebuncah birahi pecah dalam hatinya tatkala dirasakan tangan kanan Bara merayap
lembut, naik membelai perutnya, dadanya, meremas lembut payudara dibalik
lipatan handuk, dan , dengan sekali sentak Bara menatik handuk yang melilit
tubuhnya hingga terlepas jatuh ke lantai dan kini memperlihatkan tubuh Sekar
tanpa busana dengan jelas.
Pekik perlahan dan halus keluar dari
bibir Sekar yang kini terbuka, terlepas dari bibir Bara yang mulai menelusuri
leher jenjang Sekar penuh birahi, Sekar merasakan gigitan halus Bara pada
lehernya, membuatnya semakin menggelinjang terbenam dalam kenikmatan. Dibuka
kedua pahanya kini, sebagai isyarat bagi Bara untuk menyentuhnya semakin dalam.
Tak perlu kata, tangan kanan Bara
yang sedari tadi meremas-remas payudara Sekar, kini mencengkram lembut bagian
luar. Sekar mengangkat satu kakinya, melingkar mantap di pinggang Bara,
memberikan akses semakin terbuka bagi Bara untuk meraba bagian dalam vagina.
Semakin liar karena birahi, tangan Sekar
meraba seluruh bagian tubuh Bara, berusaha membuka kaitan celana panjang Bara,
sementara tangan kiri Bara menopang tubuhnya, Bara mulai menghujani Sekar
dengan ciuman pada seluruh permukaan leher dan dadanya. Sekar kembali terpekik
perlahan saat jemari tangan kanan Bara mulai terasa menelusuri setiap lekuk
vaginanya. Bibir Sekar kini berada dekat dengan telinga Bara, susah payah
dengan suara tertahan Sekar berbisik di telinga Bara ,
"Sayang…Ayah…Ooh…Terus Ayah…Bunda
suka!"
Sekar merasa irama nafas Bara semakin
berat. Sedetik kemudian dia sudah merasakan tangan kekar Bara meraih
pinggangnya, mengangkatnya, membaringkannya di atas meja dapur panjang dengan
posisi vagina terbuka menghadap Bara. Nanar Sekar sekilas melihat Bara membuka
kemeja dan celana panjangnya dengan cepat, membungkuk dan kini wajah Bara tepat
berada di depan vaginanya.
Tak bisa tertahan, teriakan penuh
kenikmatan keluar dari mulut Sekar saat lidah hangat Bara mulai bermain ke dalam
vaginanya. Bara menggigit lembut klitorisnya, menjilat seluruh lekuk vaginanya,
sensasi kenikmatan yang semakin membara ditambah dengan kedua tangan Bara yang
sibuk mempermainkan puting payudaranya.
Menggelinjang tak karuan ditingkah
desah dan sesekali pekik kenikmatan mengiringi aksi Bara yang semakin
memanjakan Sekar dengan teknik oral sex andalannya. Sekar sangat menikmatinya,
seluruh tubuhnya mulai menegang saat Bara semakin menyerang vaginanya ke arah
anus. Sensasi luar biasa terjadi saat lidah Bara semakin masuk ke dalam liang
vagina, semakin cepat semakin lincah, nafas Sekar semakin cepat, seluruh
tubuhnya semakin menegang. Cengkramannya pada rambut Bara semakin kencang.
"Ooooh, Ayaaahhh! Aaahh! Bunda
Oooooh!!!" Orgasme pertamanya datang bahkan sebelum Bara membuka celana
dalamnya.
Sekar membiarkan dirinya tergolek
lemas di atas meja tempat Bara membawanya menuju puncak asmara. Tangannya
terkulai, kepalanya tergolek ke kiri, hela nafasnya mulai melambat turun naik
secara teratur. Ia perlu waktu. Serangan kenikmatan yang diberikan Bara barusan
benar benar membuatnya kelelahan. Mata Sekar terpejam. Sekar merasakan Bara
membungkuk mendekatinya. Belaian lembut pada rambutnya, nafas yang menderu
terasa hangat pada telinganya.
"Bagaimana? Sudah siap untuk orgasme
yang berikutnya?"
Sekar tersenyum lemah. Lelah masih
tersisa, namun ia merasakan desir birahi mulai menghangat lagi dalam dadanya
mendengar tawaran Bara yang menggoda. Dipeluknya lelaki belahan jiwanya itu
dengan lembut seraya berbisik
"Siap, kali ini Bunda yang
service Ayah."
Dan ciuman asmara pun dimulai
kembali. Lembut bibir Bara kembali terasa pada bibir Sekar, perlahan semakin
dalam, semakin liar, dirasanya lidah Bara meraba seluruh permukaan dalam
mulutnya, menyapu langit-langit, membuat Sekar mengimbangi dengan gigitan
lembut pada bibir Bara. Sekar kembali merasakan kehangatan menyeruak di sekujur
tubuhnya, tanda bahwa ia siap melakukan pertempuran asmara ini sekali lagi.
Sekar bangkit ke posisi duduk sambil
terus memanjakan Bara dengan ciuman asmara ke seluruh leher dan dada bidangnya.
Perlahan ia beringsut turun dari meja, kedua tangannya menelusuri lekuk tubuh Bara,
mereka berdiri berhadapan sekarang. Sekar kembali menyambut bibir Bara dengan
ciuman asmara. Tangannya menelusur pinggang, menyelusup ke balik celana dalam,
meremas lembut bokong sexy milik suaminya, menelusur pangkal paha dan menggumam
pelan saat tangannya menyentuh penis Bara yang panjang dan keras. Dimainkan
telapak tangannya turun naik seraya menggenggam lembut batang penis. Dirasakan
pelukan Bara semakin erat, nafas Bara semakin berat dan cepat. Sambil terus
memainkan tangannya pada penis Bara, Sekar berbisik
"Ini punya Bunda kan?" Bara
mendesah penuh kenikmatan.
"Ya, punya Bunda…" Sekar
tersenyum nakal.
Seraya menurunkan celana dalam Bara, Sekar
melakukan aksi sedikit mendorong tubuh suaminya itu ke belakang, memaksa Bara
duduk di atas bangku yang digunakannya untuk menyambut Bara tadi. Bara seakan
menurut, terduduk di atas bangku seraya terus membelai tubuh telanjang Sekar,
menelusur setiap lekuknya, termasuk kembali meraba vagina istrinya dengan
lembut.
Sekar mendesah, perlahan mengambil
posisi berlutut sehingga kini penis Bara berada di hadapan mukanya. Diraihnya penis
Bara dengan lembut, tangan Bara pada kepalanya, Sekar mulai memainkan lidahnya
menjilat kepala penis Bara.
Desah kenikmatan mulai terdengar dari
mulut Bara, membuat Sekar semakin terpacu, dimasukkannya penis Bara semakin
dalam, digerakan turun naik genggamannya pada batang penis, masuk keluar,
disentukannya permukaan Penis Bara ke seluruh permukaan mulutnya, semakin dalam.
Sekar memasukkan penis Bara sampai ke pangkal tenggorokannya, dihisapnya kuat
beberapa saat, dilonggarkan kembali, digerakkannya penis Bara masuk dan keluar,
kali ini dengan cepat. Bara semakin mengerang penuh kenikmatan. Tangannya ikut
mendorong kepala Sekar dengan lembut seakan membimbingnya melakukan gerakan
yang paling ia sukai.
Gerakan Sekar semakin melambat,
dikeluarkannya penis Bara dari mulutnya. Digigitnya perlahan kepala Penis Bara
sebelum lidahnya turun menelusuri batang penis ke arah dua bola di pangkal
penis. Sekar memasukkan buah zakar Bara ke dalam mulutnya satu persatu,
dikulumnya lembut bergantian, kemudian menelusur lagi lekuk alat vital suaminya
itu sampai ke bagian anus. Dimainkan sebentar lidahnya di situ sebelum
menelusur kembali ke atas kembali ke penis Bara yang semakin tegang berdiri.
Sekar kembali menggenggam lembut
penis Bara, mengocoknya perlahan seraya menatap ke arah wajah Bara yang
menggambarkan kenikmatan tiada tara. Sekar tau birahi Bara semakin memuncak. Sekar
bangkit, mengangkat satu kakinya dan diletakkan di paha Bara, merendahkan
posisinya sedikit sehingga penis Bara menyentuh bagian luar vaginanya. Sekar
mendesah pelan dan bergumam
"Ayah mau keluar di mana? Di mulut
Bunda atau di dalam sini?"
Sekar menggesek-gesekkan ujung penis Bara
ke klitorisnya yang terbuka, memberikan sensasi luar biasa bagi ia dan juga suaminya.
Nafasnya dan Bara menderu, keduanya semakin menuju puncak. Sejurus kemudian Bara
membopong tubuh istrinya itu, Sekar terpekik kaget. Bara melangkah cepat
menggendong Sekar ke arah kamar, menghempaskan Sekar lembut ke kasur, membuka
cepat kaki Sekar lebar-lebar dan tanpa ampun menusukkan penisnya ke vagina Sekar
yang sudah basah.
Bara memompa kuat, cepat , tangannya
menahan kedua Paha Sekar agar tetap terbuka lebar. Nafasnya menderu diselingi
desah kenikmatan. Sekar menjerit, berteriak nikmat, tangannya mengenggam kuat,
ia merasa bagai diterpa gelombang kenikmatan yang luar biasa, membawanya
semakin tinggi semakin ke puncak seiring dengan pompa kuat penis Bara didalam
vaginanya.
"Aayyaaaahhh! Oooooohhhhhhhhh!"
hanya itu yang berulang kali terdengar dari mulut Sekar. Semakin keras Sekar
berteriak, Bara semakin bernafsu mendorong semakin dalam dan cepat. Sekar
hampir mencapai orgasmennya yang kedua, dan ia ingin itu dilakukan bersama-sama.
Bendung pertahanan Bara mulai pecah.
"Bundaaa! Ayah ngga tahan!! Ayah
keluar! Ayah keluar !" Tubuh Sekar menegang menerima pompaan kuat penis Bara,
cengkramannya semakin menguat dan ia pun berteriak
"Ayaaaaaaahhhh! Aaaaahhhhhh! Oooohhh!!"
Sekar mencapai orgasme keduanya, seiring merasakan semburat hangat dalam vaginanya.
CHAPTER 2
Entah
berapa lama Sekar tertidur, saat membuka mata ia melihat Bara duduk di sampingnya,
tengah memandangi dirinya. Bara masih mengenakan handuk yang menutupi pinggang
sampai dengan di atas lutut. Sekar tersenyum lemah, ada rasa bahagia memenuhi
hatinya.
"Hai, Nyenyak tidurnya? Bunda
kelihatan lelah, Ayah ngga berani bangunin." Sapa Bara lembut, Sekar
meraih tangan kekar Bara, diletakkannya di dadanya sambil berucap
"Terimakasih servicenya tadi
Ayah. Nikmat sekali tadi itu." Bara mengecup kening Sekar lembut.
"Bunda yang kasih kejutan buat
Ayah." katanya mesra. Sekar bangkit ke posisi duduk. Diliriknya jam
dinding. Pukul 5.30 sore . Bara berkata
"Ayo Bunda mandi. Ayah mau ajak
Bunda makan malam, Ayah sudah mandi nih."
Sekar mengangguk, menggeliat sebelum
bangkit menuju kamar mandi dengan tubuh yang masih telanjang. Ia merasa cukup
puas dengan keberhasilannya memberikan kejutan untuk Bara. ML dahsyat mereka
menunjukkan betapa Bara dan dirinya sangat merindukan hubungan intim seperti
tadi.
Di bawah guyuran air hangat dari
shower, Sekar tidak menyadari Bara mengendap membuka pintu kamar mandi. Tanpa
busana, Bara mendekati tubuh Sekar yang basah tersiram air shower dengan mata
terpejam. Bara mendekap tubuh Sekar dari belakang. Sekar terkesiap. Sebelum
sempat mengeluarkan kata, Sekar sudah merasakan tangan kiri Bara melingkar
meremas payudaranya dengan lembut dan tangan kanannya melingkar memasukkan jari
menelusur vagina.
"Ayah…" hanya itu yang
berhasil ia ucapkan karena selanjutnya Sekar kembali terbenam dalam kenikmatan
sentuhan Riio.
Tangan Bara memutar lembut puting
payudara Sekar bergantian. Jari Bara menelusup masuk ke sela-sela vagina. Sekar
mendengar Bara berbisik
"Ngga tahan Bund… Ayah lihat
tubuh telanjang Bunda. Ayah ngga tahan…" Sekar tak mampu berkata-kata,
hanya menikmati setiap sensasi yang diberikan oleh sentuhan lembut Bara di seluruh
tubuhnya
Sekar membimbing tangan Bara untuk
menyentuh seluruh bagian sensitifnya. Payudara, puting, dibimbingnya kedua
tangan Bara masuk lebih dalam ke vaginanya. Sekar membuka kedua pahanya lebih
lebar, merasakan sentuhan penuh nafsu tangan Bara pada vaginanya. Sekar
membiarkan tangan suaminya bekerja, bibir Bara menciumi bagian belakang leher, Sekar
mengatahkan kedua tangannya ke belakang, mencari penis Bara, dipermainkannya
keduanya dengan penuh nafsu.
Bara mendorong lembut punggung Sekar
ke depan sehingga posisi Sekar kini membungkuk 90 derajat. Sekar mengerti apa
yang ingin Bara lakukan, ditekuknya sedikit lututnya, sehingga penis Bara tepat
mengarah ke vagina bagian belakangnya. Guyuran air hangat dari shower menambah
nafsu birahi. Sekar tak sabar, permainan tangan Bara pada puting dan vaginanya
tadi telah menyentuh keinginan sexualnya kembali bergelora, Sekar merintih,
merengek untuk kembali disetubuhi.
"Uuhh…Ayo masukin…Bunda pengen
kontol Ayah…”
Bara sengaja mempermainkan perasaan Sekar,
tidak terburu-buru memenuhi keinginannya, Bara kembali memaikan tangannya ke dalam
vagina.
"Sabar Sayang…." Bara
membiarkan Sekar tersiksa dalam birahinya yang tak terpuaskan. Sekar tidak bisa
menunggu lagi. Ia berteriak menahan gejolak birahi
"Aahh! Ayo Ayah masukin
kontolnya iiihhh!” Bara mulai bergerak maju, mengarahkan penisnya ke lubang vagina.
"Aaaahhhhh!!! Enak banget Ayah!!
Aaahh!”
Penis Bara sudah tenggelam dalam
lubang vagina yang basah. Digerakkannya maju mundur, ditingkahi gerakan Sekar
yang juga mengimbangi, mencari lebih lagi kenikmatan dari penis sang suami.
Tangan Bara pada klitoris Sekar membuat isrtinya itu tak mampu lagi berkata-kata
selain,
"Oooohhh…Aaahhhh..Enak
Ayah…Terusss…”
Semakin kencang erangan kenikmatan Sekar,
semakin kuat dan cepat Bara memompa, tenaganya sudah lama pulih sehingga
kekuatannya sudah kembali seperti sedia kala. Penuh nafsu ia memompa vagina Sekar
yang tengah tenggelam dalam kenikmatannya sendiri.
Sekar mencengkram tembok kamar mandi
di hadapannya. Sensasi luar biasa Bara mencumbunya dengan posisi seperti ini,
semua bagian sensitifnya dikuasai Bara. Berjuta kenikmatan semakin menyerangnya,
membawanya terbang ke puncak kenikmatan seiring tekanan penis Bara yang semakin
dalam dan cepat. Sampai akhirnya sensasi yang tidak kuasa lagi ia bendung
membuat seluruh tubuhnya menegang. Sekar mengatupkan giginya menikmati setiap
suntikan kenikmatan di puncak asmara.
"Aaacchh!! Bunda keluar lagi
Ayah!!” Semburat hangat kembali terasa pada vaginanya, Bara pun mencapai
puncaknya pada saat bersamaan.
***
Malam ini adalah malam peringatan 4
tahun pernikahan mereka. Sekar duduk memandang wajah kharismatik Bara di hadapannya.
Bara memesan satu meja di salah satu resto bergengsi di Jakarta untuk makan
malam mereka.
Sekar memandang sekeliling. Suasana
Resto tidak terlalu ramai. Meja tempat mereka duduk kali ini terletak di pinggir
jendela, dimana di bawah di luar sana terhampar pemandangan kota Jakarta saat
malam hari. Alunan musik lembut terdengar indah, menambah suasana romantis
makan malam mereka. Bara tengah memandang buku menu di hadapannya, tak
menyadari pandangan Sekar penuh cinta lekat kepadanya.
Pria yang 4 tahun yang lalu
menyatakan cinta sejatinya, Pria yang 4 tahun yang lalu berjanji untuk
menjaganya, Pria yang sudah 4 tahun selalu mengisi hidupnya dengan kebahagiaan,
Pria yang kepadanya Sekar telah serahkan seluruh hidup dan cintanya dalam suka
dan duka. Sekar segera mengalihkan pandangannya saat Bara mulai menengadah
berbicara padanya
"Bunda mau pesan apa?"
tanyanya.
"Sama dengan ayah saja, Bunda
hanya minta apple cinnamon pie untuk desert nya." Jawab
Sekar.
Bara mengutarakan pesanannya pada
seorang pelayan. Sambil menunggu datangnya makan malam spesial mereka, Bara dan
Sekar saling bercerita mengenai waktu yang terlewati saat mereka tidak bersama.
Sesekali obrolan ringan tentang memori cinta mereka yang penuh suka dan duka.
Tertawa sesekali saat mengingat sesuatu yang lucu atau serius saling
mendengarkan pengalaman masing masing. Malam yang indah, dinner yang luar biasa,
sampai saat menikmati hidangan penutup, Bara berkata,
"Bund, bagaimana kalau Ayah
berikan Bunda suatu pengalaman sex baru yang luar biasa. Lebih memuaskan Bunda
dari apa yang sudah Ayah berikan selama ini." Sekar menatap Bara bingung
"Maksud Ayah?"
"Ayah siapkan untuk Bunda,
hadiah anniversary kita. Ayah tau Bunda sangat menikmati sex kita selama ini
kan? Ayah mau berikan pada Bunda yang lebih lagi ."
"Hmm.." Sekar tersenyum
"Teknik baru? Wow mau! Boleh
Bunda tau seperti apa?"
"Sebelumnya Ayah mau memastikan
dulu, apa yang Bunda suka dari sex kita? Bunda suka kalau Ayah melakukan
apa?" Sekar meneguk minuman ringannya sejenak seraya berpikir,
"Bunda suka kalau Ayah rangsang
semua titik sensitif Bunda bersamaan."
"Iya, ayah pikir juga itu yang
paling Bunda suka. Ayah bisa lihat kalau Bunda langsung terangsang maksimal dan
menikmati kalau Ayah lakukan itu. Tapi kadang kan tidak bisa bersamaan Bund…"
"Ya memang ngga mungkin kan Yah.
Misalnya kalau oral Bunda, Ayah bisa mainin nipple Bunda tapi ngga bisa cium
Bunda atau cium leher Bunda kan? Maksudnya itu kan?"
"Iya ,tapi bagaimana kalau bisa?
Bagaimana kalau ayah bisa bikin semua titik sensitif bunda tersentuh dan nikmat
bersamaan?"
"Wow ngga kebayang enaknya Yah…"
gumam Sekar dengan mata berbinar.
"Bisa?"
"Bisa sayang, Bunda tau kan,
kenikmatan bunda itu segalanya buat Ayah." Sekar tersenyum.
"Iya, Ayah ngga pernah kecewakan
Bunda kalau soal ini." ujar Sekar.
"Tapi untuk itu Ayah perlu
bantuan. Apa boleh ayah pakai bantuan?"
"Alat bantu?" tanya Sekar
serius.
"Ya semacam itu, tapi ini hidup.
Bunda pernah dengar tentang threesome?"
Sekar menatap Bara dalam-dalam,
terdiam. Entah apa yang ada dibenak Bara sampai ia mengutarakan hal tersebut
padanya. Beribu perasaan berkecamuk dalam dada dan benak Sekar. Tak sanggup
berkata-kata, ia hanya menatap Bara lekat.
"Ayah tau ini hal baru untuk
Bunda." jawab Bara gugup, merasakan perubahan sikap Sekar yang tiba-tiba dingin.
"Tapi ini untuk bunda, dan ini
juga fantasi yang sudah lama Ayah inginkan. Tapi kalau Bunda ngga mau, ngga apa-apa
kok.”
Sekar tertunduk, Ia merasakan
genggaman tangan Bara pada tangannya. Ada rasa kaget, kecewa, sedih, bingung
bercampur jadi satu. Bara ingin memberikan sesuatu untuknya tapi ia tidak
merasa gembira sedikitpun mendengar rencana Bara ini. Diluar ekspektasi. Emosi Sekar
mulai menyeruak, tapi ia cukup dewasa untuk menahannya meluap di situasi
seperti ini.
"Kita pulang." hanya itu
yang keluar dari bibir Sekar. Bara menghela nafas dan menjawab
"OK sayang, tidak usah
dipikirkan kalau bunda tidak nyaman dengan rencana ini. Ini malam kita, kita
nikmati saja ya?"
Sekar tak menjawab. Ia duduk terdiam
sampai Bara menyelesaikan pembayaran dan membimbing tangannya keluar dari
Resto. Pun saat perjalanan kembali menuju apartemen, hanya bisu yang ada
diantara mereka.
***
Terbaring di atas tempat tidur, Sekar
sedikitpun tak dapat memejamkan mata. Semenjak Bara melontarkan ide di Resto
tadi, ia dan Bara seakan sama-sama merasa ada sesuatu yang salah. Tidak satupun
diantara mereka melontarkan kata. Hanya hening, sampai Sekar merasa sangat
sedih. Ini seharusnya malam bahagia mereka. Bara belum masuk kamar menemani Sekar.
Entah apa yang dilakukannya di ruang tengah, mungkin menonton acara sepak bola
kegemarannya, pikir Sekar.
Dalam kesendirian Sekar merenung.
Kenapa Bara sampai melontarkan ide yang menurut Sekar sangat tidak masuk akal
seperti itu. Threesome, dua pria bersamaan? Apa Bara pikir Sekar sangat haus
akan sex sampai harus memberikan sesi tambahan seperti itu? Ia tidak perlu itu.
Bara seorang sudah sangat cukup baginya. Atau apa yang ada di benak Bara sampai
ia tega memberikan Sekar pada laki-laki lain? Membiarkan orang asing
menggerayangi tubuh istrinya? Tidakkah Bara mencintainya lagi? Pria manapun
yang sangat mencintai istrinya tidak akan pernah mau berbagi.
Sekar meneteskan air mata tanpa
disadarinya. Hatinya begitu terluka. Hanya sebatas itukah Bara mencintainya? Hanya
sebatas inikah Bara menghargainya? Menghargai pernikahan yang telah mereka
jalani dengan susah payah, menghargai cinta dan kesetiaan yang telah ia berikan
selama ini. Sejauh apapun keadaannya, Sekar selalu memegang teguh kesetiaan di atas
segalanya. Dan sekarang Bara malah
membiarkan laki-laki lain, bukan hanya menyentuhnya tapi juga berhubungan sex
dengannya!
Apa artinya cinta dan kesetiaanya
selama ini untuk Bara? Sekar merasa tiba-tiba ia sama sekali tidak mengenal Bara.
5 tahun mengenal Bara ternyata bukanlah waktu yang cukup sampai Sekar tidak
mengetahui Bara memiliki fantasi seksual yang lain.
Sekar merasa sangat terpukul, sangat
tidak berharga, sangat direndahkan. Apakah Bara akan berbuat hal yang sama
kepada istri pertamanya? Ibu dari anak anak Bara? Apakah Bara juga akan
membiarkan laki-laki lain menggerayangi tubuh istri dan ibu anak-anaknya itu?
Ataukah Bara hanya melakukan hal ini pada dirinya karena ia hanyalah perempuan
bayangan dalam hidup Bara? Hanya kepadanya karena kalaupun nanti hubungan
mereka harus berakhir, tidak akan mempengaruhi apapun pada status Bara karena
ia hanyalah istri simpanan Bara yang tidak seorangpun tahu.
Air mata Sekar semakin deras
mengalir. Bara tidak tahu betapa hal ini sangat menghancurkan hatinya. Entah
apakah Sekar masih menempatkan Bara pada posisi yang sama dalam hatinya. Entah
apakah ia bisa mencintai Bara lagi dengan sepenuh hati. Dalam adat timur, hal
yang diungkapkan Bara sangatlah tidak pantas dilakukan pada wanita, sangat
tidak menghargai wanita, pikir Sekar.
Sekar merubah posisinya. Berbalik ke arah
sisi tempat tidur dimana Bara harusnya berada di sisinya, tapi tempat itu masih
kosong. Bara belum masuk kamar. Sekar melirik jam dinding. Pukul 2 dini hari. Sekar
merasa kepalanya sakit berdenyut-denyut, tapi ia tidak bisa berhenti memikirkan
hal ini. Air mata masih terus mengalir.
Lalu apa yang akan Bara lakukan
seandainya rencana itu terlaksana? Akankah ini hanya alasan Bara saja untuk
meninggalkannya? Setelah laki-laki lain menyentuhnya, Bara akan menjadikannya
alasan untuk meninggalkannya karena Bara tidak ingin seorang perempuan yang
kenikmatannya telah dicicipi laki-laki lain. Sekar membatin, apa salahnya
selama ini hingga Bara memperlakukannya begitu hina seperti ini. Seperti
sepotong daging yang tengah dinikmati Bara lalu Bara tidak lagi menyukainya dan
sisanya diberikan kepada seekor anjing yang tengah kelaparan . Seperti itukah Bara
akan memperlakukannya?
Ia seorang istri, walau bagaimanapun
ia istri sah Bara. Jika Bara mencintainya, mengapa Bara memperlakukannya
seperti ia tidak lagi diinginkan seperti ini? Air mata Sekar semakin deras
hingga isaknya mulai terdengar perlahan. Ia sedih, hancur, terhina. Entah
berapa lama ia menangis hingga akhirnya tertidur dalam rasa putus asa. Tak
disadarinya, dari balik pintu Bara memperhatikan istrinya dalam rasa hancur
yang sama seperti yang dirasakan Sekar .
CHAPTER 3
Sekar
mencoba membuka matanya. Kepalanya terasa berat dan berdenyut sakit sekali. Ia
bangkit dari tidurnya ke posisi duduk, menoleh ke samping dan tampak siluet
sosok Bara duduk di sisi tempat tidur tengah memandanginya. Sekar menunduk,
memejamkan matanya seraya memijat ringan kening kepalanya
"Sakit.." gumamnya pelan. Bara
mendekat, memegang tangannya lembut,
"Apanya yang sakit?"
Sekar masih merasakan amarah dalam
hatinya atas apa yang dilakukan Bara semalam padanya. Namun sakit di kepalanya
membuatnya tidak mampu melakukan apapun saat ini. Ia hanya terdiam menunduk,
memejamkan mata dan mengerenyikan dahi, menyiratkan rasa sakit luar biasa yang
dapat dilihat Bara. Sekar merasakan Bara melepaskan tangannya, beranjak dari
tempat tidur dan meninggalkannya sesaat sebelum kembali lagi dengan membawa
secangkir teh.
"Minum dulu Bund, pasti lelah
semalaman menangis. Ayo diminum dulu teh hangatnya."
Sekar membuka matanya perlahan.
Sedikit enggan menyambut cangkir berisi teh hangat yang disodorkan suaminya
itu. Sekar meneguknya perlahan. Sekar merasakan kehangatan mengalir ke dalam
tenggorokan dan perutnya. Rasa manis dan aroma teh yang wangi seperti terapi
ringan bagi sakit di kepalanya. Sedikit tanaga seperti terpercik kembali,
membuatnya merasa lebih nyaman. Kembali diteguknya perlahan teh di cangkir
hingga tersisa hanya seperempat cangkir saja di dalamnya.
Sekar menyodorkan kembali cangkir
yang hampir kosong kepada Bara. Mengangkat wajahnya dan menatap wajah suaminya
itu. Awalnya terlihat buram. Tapi lambat laun lukisan wajah Bara semakin jelas.
Bara tampak lelah dan kuatir. Wajahnya lesu, senyumnya hanya sekilas seperti
dipaksakan. Ia meletakkan cangkir di meja kecil di samping tempat tidur
kemudian kembali ke sisi Sekar lalu memegang tangannya erat.
"Maafkan Ayah ya…" ucapnya
lirih namun jelas terdengar oleh Sekar.
"Maaf sudah buat bunda sesedih
ini. Ayah perhatikan semalaman Bunda tidak berhenti menangis. Ayah kuatir, Ayah
tidak tidur menunggu Bunda bangun." Sekar tetap diam, menundukkan
wajahnya. Beribu rasa berkecamuk dalam dadanya. Ternyata Bara pun merasakan hal
yang sama, gundah karena kejadian semalam.
"Bunda lupakan saja apa yang
Ayah utarakan semalam ya. Tolong Bunda lupakan. Ayah sangat mencintai bunda,
Ayah tidak bisa melihat Bunda tersiksa seperti ini. Bunda segalanya buat Ayah.”
Sekar menatap Bara lekat-lekat.
Bagaimana mungkin ia bisa begitu saja melupakan apa yang telah Bara torehkan
dalam hatinya saat ini. Tapi sisi kewanitaannya yang lain menyadari bahwa apa yang
terjadi juga membuat Bara terluka. Keadaan Bara pasti tidak lebih baik darinya.
Tidak tidur semalaman dan hanya menunggunya seraya merasakan kuatir yang
teramat sangat juga bukanlah hal yang mudah. Sebersit rasa simpati muncul di
hati Sekar. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan untuk memeluk tubuh suaminya. Bara
membalas pelukannya lebih erat. Selama beberapa waktu hanya hening yang ada,
sebelum terdengar bisikan lirih Bara di telinga Sekar,
"Ayah cinta banget sama kamu
Bund…" Sekar semakin mempererat pelukannya. Tanpa kata, ia tau Bara
mengerti apa yang ingin ia sampaikan ,
"Aku juga mencintaimu…."
Beberapa menit Sekar menikmati
nyamannya berada dalam pelukan Bara, sebelum ia merasa Bara melepaskan
pelukannya, memegang bahunya, mendorong Sekar sedikit menjauh dan mencium
keningnya penuh cinta.
"Sudah jam 10 pagi, Bunda belum
sarapan kan? Biar Ayah buatkan sarapan."
Sekar tersenyum mengangguk. Ia tau
tidak banyak menu yang Bara kuasai. Soal masak, Sekar masih jauh lebih unggul.
Tapi Omelet buatan Bara menurut Sekar kelezatannya tidak ada bandingannya.
"Omelet." hanya itu yang
keluar dari mulut Sekar sambil tersenyum. Bara menyeringai lebar. Sekar tau
kecemasan dalam hatinya mulai mencair
"OK sayang, siap laksanakan!"
Balas Bara. Dibimbingnya tangan Sekar untuk bangkit dari tempat tidur dan
berjalan ke dapur. Bara mendudukkan Sekar di kursi meja makan.
"Bunda tunggu di sini dulu ya."
Sekar mengangguk setuju.
Sekar duduk terdiam tanpa kata
sementara matanya mengawasi Bara yang lalu lalang di dapur ala chef
internasional. Sesekali ia melemparkan senyuman saat Bara menatapnya dalam
kesibukannya berjibaku dengan Omelet. Pikiran Sekar menari dalam kepalanya.
Banyak hal yang dipikirkannya, termasuk betapa ia sangat mencintai Bara.
Mengenang proses percintaan mereka yang tidak mudah, membuat Sekar menyadari
bahwa apa yang mereka miliki saat ini tidak seharusnya dengan mudah ternoda
apalagi terpisah dengan alasan apapun.
Selama empat tahun ini Bara sudah
membuktikan betapa ia sangat mencintai Sekar. Resiko berat apalagi selain
mengambil keputusan menikahinya tanpa sepengetahuan istri pertamanya. Bara
berani mengambil langkah ini termasuk ancaman pada karirnya, apa alasannya
kalau bukan Bara sangat mencintainya? Masih lekat dalam ingatannya saat Bara
melamar tanpa keraguan, sementara Sekar sendiri yang masih ragu karena tidak
ingin menghancurkan kebahagiaan yang telah Bara miliki selama ini. Keluarga dan
karirnya.
Tidak pernah selama inipun, Ia merasa
di nomor duakan oleh Bara. Sekar merasa prioritas Bara pada dirinya sangat luar
biasa. Sesibuk apapun Bara selalu berusaha memantau kondisi dirinya. Walau
tidak sempat bicara banyak, Bara tidak lupa mengirimkan pesan kondisi dirinya
sendiri dan menanyakan kondisi Sekar yang terpisah jarak. Kemanapun Bara pergi,
selalu ada barang istimewa yang ia bawa untuk Sekar saat pulang. Saat sedih
ataupun susah, Sekar selalu merasakan perhatian Bara.
Tidak jarang masalah yang Sekar temui
terpecahkan saat ia sudah berkomunikasi dengan Bara. Bara sangat mengerti
kondisi hubungan mereka. Dan sekalipun Sekar tidak pernah merasakan kesepian
atau kesusahan walau Bara tak selalu dapat ia jangkau, terpisah oleh situasi
dan jarak yang sangat jauh.
Lalu pantaskah ia kini menuduh Bara
tidak lagi mencintainya, tanpa menanyakan terlebih dahulu alasan Bara
menginginkan threesome yang ia utarakan semalam. Ia sungguh telah berlaku tidak
adil. Baik pada dirinya sendiri dengan menanamkan rasa galau yang sangat,
maupun pada Bara yang telah banyak membuktikan cintanya selama ini.
"Omelet spesial untuk Bunda!!!"
teriak Bara seolah melepaskan rasa lega dalam hatinya. Sekar tertawa, memandang
sepiring kentang goreng dan omelet dihadapannya. Aromanya lezat membuat isi
perut Sekar menari kelaparan.
"Ooppss lupa, yang paling Bunda
suka." ujar Bara seraya menaburkan keju parmesan diatas omelet dan kentang
goreng buatannya
"Perfecto! Ayo dimakan Bund!"
Sekar tersenyum
"Ayo makan bareng, Ayah juga
pasti lapar kan?" ucap Sekar, Bara menyeringai sambil menggaruk kepalanya
"Iya, Ayah juga lapar."
Sarapan pagi itu terlewati dengan
penuh kebahagiaan. Sekar dan Bara seolah telah melupakan apa yang terjadi
semalam. Mereka berdua menikmati menu pagi buatan Bara dengan santai, kembali
bercerita tentang apapun yang mereka alami. Sesekali Sekar tertawa lepas
mendengar lelucon yang dilontarkan Bara. Satu hal lagi yang membuat Sekar jatuh
cinta pada Bara adalah sisi jenaka Bara yang berkelas. Bara selalu bisa membuatnya
tertawa lepas tanpa beban. Sesekali pula Sekar menatap Bara sambil berkata
dalam hati,
"Tuhan, ternyata aku sangat
mencintainya…"
Sarapan pagi benar-benar membuat Bara
dan Sekar kembali pada kondisi nyata kehidupan mereka. Tanpa perlu banyak
berkata, keduanya tampak sepakat untuk tidak lagi menyinggung bahasan yang
sangat sensitif tentang threesome. Semalaman tanpa tidur, membuat Bara
memutuskan untuk beristirahat setelah mandi. Sekar membiarkan Bara terlelap
dengan tenang, sementara ia duduk diam di kursi balkon, menikmati udara taman
sambil memainkan ponselnya.
Sekar mulai dengan membuka aplikasi
sosial medianya, membaca beberapa berita ringan dan tujuan wisata mancanegara
kegemarannya. Sakit kepalanya sudah hilang setelah Bara memberikan obat
penghilang sakit untuk ia minum tadi.
Tiba-tiba saja terbersit kembali threesome
yang sempat dilontarkan Bara tadi malam. Hal yang sangat baru untuk Sekar dan
tidak pernah ia dengar sebelumnya. Sekar mulai membuka laman informasi mengenai
threesome yang bisa ia temui. Apa itu threesome? Kenapa Bara sampai memiliki
fantasi semacam itu dan ia tidak pernah tahu sama sekali. Sekar membaca artikel
demi artikel dengan seksama, mencoba membuka pikirannya dan tidak menggunakan
hatinya.
Wawasan baru ini mungkin bisa ia
pergunakan untuk membuka diskusi dengan Bara nanti. Ya, ia telah memutuskan
untuk tidak secara sepihak menghakimi apa yang telah Bara utarakan, sebelum ia
berdiskusi terlebih dahulu dengan suaminya itu. Kalaupun keputusannya tidak
bagi Sekar, Ia ingin Bara pun mengerti hal apa yang membuat Bara tidak boleh
melakukan threesome bersamanya. Dan kalaupun ternyata ia menerima, maka
keputusan itu harus sudah ia ambil karena ia terpapar informasi yang benar
tentang fantasi seksual sang suami.
Ia masih ingat ucapan Bara bahwa threesome
ingin ia lakukan hanya untuk memberikan kepuasan seks lebih bagi Sekar. Maka
niat baik ini seharusnya ia sikapi dengan lebih bijak. Dan fantasi seksual, apa
salahnya Bara memiliki fantasi seks sementara ia pun memiliki Fantasi seksual
yang sering ia utarakan pada Bara.
Berjam jam terlewati tanpa sadar,
beratus artikel, berpuluh video ia analisa dengan cermat. Saat tersadar, Sekar
melihat matahari telah condong ke barat, menunjukkan angka 15.45 pada layar HP
nya. Sekar bangkit berjalan menuju kamar. Dilihatnya Bara masih terlelap. Sekar
tersenyum, ada lega di hatinya. Saat Bara bangun nanti, ia tahu apa yang akan
ia bicarakan pada laki-laki yang sangat dicintainya itu. Sekar mengecup pipi Bara
lembut, melangkah ke kamar mandi untuk menyegarkan diri dibawah shower air
hangat.
Mendung dan hujan di ujung hari
menjelang malam, Sekar dan Bara memutuskan untuk tetap tinggal di apartemen dan
memesan makanan siap antar dari resto di lantai dasar apartemen mereka. Bara
memesan sup kaki kambing kesukaannya, sementara Sekar memesan soto Betawi.
Makanan berkuah memang terasa cocok sebagai hidangan dalam cuaca dingin seperti
saat ini. Mereka menghabiskan santap malam sambil membicarakan beberapa
topik ringan, sebelum Sekar mulai mengambil inisiatif memulai diskusi yang
telah ia rencanakan siang tadi.
"Ayah.." ujarnya serius. Bara
memandangnya sambil terus mengunyah menu makan malamnya.
"Memang wajar ya, kalau dalam
kehidupan berumah tangga yang telah lama itu, ada suatu kebosanan yang melanda."
Bara mengangguk setuju tanpa memberikan komentar
"Jadi perlu variasi ya hubungan
suami istri itu. Salah satunya mewujudkan fantasi seksual pasangan bisa jadi
alternatif juga." Bara berhenti mengunyah. Menatap Sekar dalam-dalam,
menelan makanan di mulutnya, meminum seteguk air sebelum berkata,
"Bund, sudahlah, jangan dimulai
lagi. Kita kan sudah sepakat untuk melupakannya."
"Tidak." potong Sekar
lembut dan tegas
"Ini akan terus menjadi ganjalan
di hati kita kalau tidak kita bicarakan. Bunda yang salah, seharusnya Bunda
mendengarkan penjelasan Ayah terlebih dahulu sebelum mengedepankan emosi."
Bara terdiam, menghela nafas, menyandarkan punggungnya pada tembok di belakangnya.
"Kita sudah cukup lama berumah
tangga." sambung Sekar.
"Seharusnya kita sudah berada di titik
saling memahami, membahas apapun dengan terbuka tanpa memendam satu rahasiapun,
itu menurut Bunda kunci dari keharmonisan suami dan istri." Bara masih
terdiam mendengarkan.
"Jadi mari kita bahas masalah
ini. Apapun yang ada di benak kita jangan ada yang ditutupi. Bunda siap
sekarang." tukas Sekar lebih lanjut.
"Apa yang ingin Bunda
bahas?" tanya Bara. Sekar menghela nafas dan berkata,
"Bunda sudah baca cukup banyak informasi
mengenai threesome siang tadi." Bara membelalakan mata. Terkejut akan
sikap yang diam diam diambik oleh istrinya.
"Kenapa ayah mau melakukan threesome?
Tidak kah itu sesuatu yang tabu untuk kita yang berasal dari timur?" Bara
terdiam sesaat. Ia tau saat ini Sekar sudah cukup terbuka menerima semua hal
tentang threesome yang ingin ia lakukan.
"Itu awalnya hanya fantasi ayah
Bund, Ayah memperhatikan kalau ternyata dari threesome, seorang pasangan bisa
mendapatkan kepuasan lebih. Ayah ingin Bunda merasakan beribu kali kenikmatan
dari yang ayah berikan. Ayah sendiri pun belum tau apa yang akan ayah rasakan
nanti bila melihat bunda disentuh laki-laki lain. Jujur, membayangkannya saja
ayah cemburu, Bunda tau bagaimana cintanya Ayah pada Bunda sehingga kalau ada pria
lain yang dekat dengan bunda saja ayah bisa marah, apalagi ini harus menyentuh
bagian intim Bunda. Ayah hanya ingin merasakan sensasi itu untuk memenuhi
fantasi saja dan memuaskan bunda lebih dari yang biasa ayah lakukan." Sekar
terdiam. Bara melanjutkan
"Tidak ada paksaan sayang, kalau
Bunda tidak mau, Ayah bisa terima."
"Kenapa ayah pikir Bunda perlu
tambahan kenikmatan?" tanya Sekar lebih lanjut.
Kemudian meluncur cerita tentang
seluruh pikiran yang sempat membuatnya gundah kemarin malam kepada Bara. Bara
menyimak satu persatu dengan penuh perhatian. Ia bisa mengerti kekhawatiran dan
kesedihan yang dialami istri keduanya malam itu. Sekar menutup ceritanya dengan
mata berkaca-kaca. Ia tidak menangis, tapi Bara tau Sekar memerlukan jawaban.
"Bunda…" ujar Bara setelah
hening beberapa saat
"Tidak ada satupun yang bisa
membuat Ayah berhenti mencintai Bunda. Bunda segalanya untuk Ayah. Seandainya
saja Ayah diberi kesempatan untuk bisa menentukan jalan kehidupan, Ayah akan
pilih Bunda seorang saja yang mendampingi hidup sampai akhir hayat. Jadi jangan
pernah bicara mengenai apa yang Ayah lakukan karena status dan posisi Bunda,
tidak sayang. Bunda lebih berharga dari apapun di dunia ini. Semua yang Ayah
lakukan tujuannya hanya satu, untuk kebahagiaan Bunda."
"Hal ini juga baru untukku, Ayah
lontarkan sekedar wacana, rencana yang belum jelas juga bisa terwujud atau
tidak. Masih banyak yang harus Ayah pikirkan sebelum Ayah mulai melakukan threesome,
termasuk kenyamanan Bunda. Persetujuan Bunda itu yang bisa menentukan lanjut
atau tidaknya rencana Ayah, kalau Bunda bisa menerima, Ayah akan pikirkan
langkah selanjutnya. Ayah juga masih memikirkan perasaanku sendiri apakah rela
demi kenikmatan Bunda, Ayah tahan rasa cemburu dan amarah? Kalau Ayah juga
tidak sanggup, maka Ayah akan batalkan semuanya."
"Ini sesuatu yang baru bagi kita
berdua. Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi sayang, kita baru akan tau
setelah benar-benar menjalaninya. Dan sampai saat ini, ini baru sekedar fantasi
Ayah saja."
Sekar terdiam, mencerna semua ucapan Bara
dengan seksama, mengolahnya dalam logika, mengesampingkan emosi dan
mengedepankan realita. Ia tidak tau pasti apakah semua ini benar-benar fantasi
liar Bara semata ataukan ada maksud lain yang tersembunyi di hatinya. Ia perlu
satu alasan saja untuk menyetujui keinginan Bara. Hanya satu dan itu harus
cukup untuk membulatkan tekadnya mewujudkan keinginan suaminya itu.
"Baiklah…" ujar Sekar
"Jika ayah sanggup membawa fantasi
ayah ini menjadi nyata, Bunda ikut saja apa mau Ayah." Bara
menegakkan duduknya, tampak nyata ia terkejut dengan keputusan Sekar yang
begitu tiba-tiba.
"Tapi apa yang membuat Bunda
berubah seperti ini?" tanya Bara. Sekar tersenyum
"Cinta." jawab Sekar
singkat.
"Karena cinta Bunda pada Ayah
melebihi segalanya."
Posting Komentar
0 Komentar