DUA BETINA

 



GENRE : COMEDY EROTIC

JUMLAH HALAMAN : 59 HALAMAN

HARGA : Rp 10.000


Bima hanya bisa menghela nafas panjang dan prihatin setelah membaca sms dari Ayahanda tercinta di kampung halaman. Bima termenung dalam diam. Dia membayangkan Bapaknya sedang berjuang mati-matian untuk membiayainya kuliah. Pesan singkat yang baru saja dibaca tadi merupakan sebuah pukulan telak yang tepat bersarang di hati dan perasaan. Disaat dirinya tengah semangat-semangatnya kuliah, berita buruk menghampirinya. Bima pun bingung tak tahu harus bagaimana lagi.. Fyuuuhh!!!

"Sabar ya, Sob. Pasti ada jalan keluar kok.." ucap Dion, teman satu kostnya berusaha menenangkan Bima seraya menepuk-nepuk bahunya.

"Iya, Bro. Thanks. Tapi gue bingung." Jawab Bima masih tidak bersemangat dengan tatap mata menerawang kosong.

"Iyaa juga sih. Misal gue yang ada diposisi lu, pasti bingung juga... Ngg.. Mmm....." tiba-tiba diatas kepala Dion ada gambar bohlam lampu yang menyala terang.. Twink!!

"Eeh, Sob. Gue ada ide nih." Bilang Dion semangat mencoba melontarkan ide.

"Apaan?"

"Gimana kalo lu nyoba aja ngirim lamaran ke Production House. Yaah, siapa tahu ada peluang buat elu." Akhirnya Dion lega setelah melontarkan ide.

"Gue Belum lulus, Bro. Ngelamar pake ijazah apa dong?" sahut Bima pasrah dan terheran dengan usul Dion.

"Gini, Sob. Untuk sementara lu ngelamar pake ijazah SMA dulu aja yang dikasih lampiran bahwa lu juga kuliah di IKJ jurusan Sinematografi. Nah siapa tahu aja di PH itu membutuhkan karyawan. Yaah, meskipun hanya sebagai tenaga kasar kek, driver kek, ataupun OB yang penting bisa menghasilkan duit untuk membiayai kuliah elu." Jelas Dion gamblang dengan sedikit gambling.

"Hmm.. Ide bagus juga sih sebenernya. Tapi gue kok ga yakin yaa? Eeh, tapi tumben lu bisa mikir positif, Bro. Biasanya kan yang lu pikirin cuma paha mulus Shasa Grey, Meki merah Stoya, atau toked mengkelnya Ashley Brooke. Hahaa!!" kicau Bima mengingatkan hobi Dion dan tentunya hobinya sendiri. Nonton bokep.

"Wew, brengsek!! Tapi lu kan yang sebenernya ngerusak anak baek-baek kaya gue. Semprul lu!!" Dion pun sewot ngga terima dituduh sebagai cowok otak belang.

"Gimana mau yakin, nyoba aja belum??" imbuh cowok yang juga ditakdirkan menjadi anak rantau seperti halnya Bima.

"Hahaa!! oke deh, okee. Btw, thanks yaa Bro, dah nenangin dan ngasih masukan buat gue." Bilang Bima setelah tergelak.

"Yoii, Sob."

"Eeh Bim. Gue pinjem bokepnya Shasa Grey yang baru dong!"

Nhaah lhoh, GubraakK..!!

***

Sebagai seorang mahasiswa yang hidup di kota besar memang harus dituntut untuk selalu kreatif dalam men-siasati problematika kebutuhan hidup, apalagi bagi seorang mahasiswa bernama Bima Dewantara, penyandang predikat sebagai anak rantau, yang mencoba menaklukkan ganas dan kerasnya kehidupan rimba ibukota yang penuh dengan serigala pemangsa dan ular berbisa. Hmm.. Hukum dan undang-undang rimba memang masih berlaku di dalamnya, diantara para makhluk-makhluk penghuninya.

Mahasiswa IKJ jurusan kampung rambutan-kampung melayu ini memang cerdik, tangguh, dan dipersenjatai dengan akal bulus dalam memanfaatkan berbagai kesempatan walaupun dalam keadaan terjepit. Eeh salah, salah.. Mahasiswa jurusan Sinematografi ding.

Penampilan Bima sebenernya memang lumayan keren, meskipun pas-pasan. Dia punya ciri khas dengan balutan kaos yang dirangkap dengan kemeja flanel kotak-kotak ala Kurt Cobain khas style fashion distro. Tongkrongan tubuhnya sekitar 175 senti. Bersenjatakan disiplin ilmu yang dimiliki dan dikuasainya, Bima mencoba mempertaruhkan nasib seperti halnya pelaku Russian Roullate yang mempertaruhkan nyawa.

Dia mengadu nasib dengan memasukkan lamaran pekerjaan sebagai tenaga freelance atau serabutan di salah satu sebuah Production House yang sudah terkenal di negeri ini, SinemArt. Apapun pekerjaannya selama itu mengasyikkan dan sesuai dengan kata hatinya, Bima akan senantiasa menjalani dengan senang dan sepenuh hati. Pertamanya dia ditolak mentah-mentah oleh salah seorang security yang lagaknya belagu di depan gerbang sebuah bangunan rumah Production House, yang mengatakan bahwa tidak ada lowongan pekerjaan. Akan tetapi dengan tidak mengenal kata putus asa dan sedikit berakal bulus, Bima tetap ngeyel bin nekat untuk memasukkan berkas lamarannya.

"Sudah dibilang ngga ada lowongan pekerjaan kok masih aja ngeyel sih?" Gerutu Pak satpam bertubuh tambun seraya menatap wajah Bima lekat-lekat.

Bima yang sedang ditatap pun hanya cengar-cengir kuda memasang tampang melaskolis. Titik-titik peluh mulai menghiasi keningnya. Sesekali dengan punggung telapak tangan kiri, Bima mencoba mengusap peluh yang akan segera menetes ke pipi. Tenggorokannya mulai kering karena haus, bibirnya pun tampak pecah-pecah. Pilu . . .

"Tolong dong Pak, yaa. Saya bener-bener butuh pekerjaan untuk biaya kost dan kuliah saya.."

"Kebun singkong Bapak saya yang di kampung gagal panen. Tanaman jagung dimakan hama jadi ngga ngehasilin apa-apa. Tolong yaa Pak, pleaseee.." ratap Bima bener-bener sempurna, seperti ratapan anak tiri yang sangat menyedihkan menyayat hati, dan perasaan jiwa bagi siapa saja yang mendengarkannya.

"Suram sekali hidupmu, Nak.." kata Pak satpam seraya menerawang ke atas langit biru sambil tangan kiri mengusap perutnya yang buncit. Mungkin satpam bertubuh tambun itu juga teringat masa sulit ketika masih hidup di kampung.

"Seperti itu suram ya Pak? Jadi gimana dong, Pak? kerja serabutan juga ngga papa deh asal halal." Rengeknya lagi.

DIIIIN!!.. DIINNN!!

Suara klakson dari Alphard berwarna hitam pekat mengagetkan Bima dan Pak satpam yang sedang tawar menawar pekerjaan. Lebih tepatnya eyel-eyelan.

"Ada apa Pak Supri??" tanya seseorang dengan penampilan perlente setelah keluar dari dalam mobil.

"Ini Pak, ada yang mau ngelamar pekerjaan." Jawab satpam sedikit tergeragap. Lelaki berpakaian bagus itu berjalan mendekat ke arah Pak Supri dan Bima.

"Anak muda, memang kamu mau kerja apaan? Hmm??" lelaki itu bertanya dengan penuh wibawa.

"Apa saja Pak. Serabutan juga boleh yang penting bisa menghasilkan." Sahut Bima tegas.

"Siapa namamu? dan kenapa kamu melamar pekerjaan kesini?"

"Saya Bima, Pak. Saya mencoba melamar pekerjaan di sini karena sesuai dengan disiplin ilmu yang saya punya dan untuk mengisi waktu senggang selama kuliah. Dari pada keluyuran ngga penting, mending berusaha mencari freelance kerjaan untuk bayar kuliah dan kost." Jawab Bima terus terang.

"Ooh begitu?" ucap lelaki perlente itu sembari memperhatikan raut wajah Bima, dan langsung manggut-manggut setelah mendengarkan penjelasan dari cowok yang baru saja mendapat berita buruk dari Bapaknya yang ada di kampung. Kerut di wajah lelaki berpakaian bagus itu terlihat seakan-akan berusaha mengingat-ingat sesuatu.

Hmm... Feelingku mengatakan, bahwa anak muda ini tekadnya kuat. Keliatan juga tipe pekerja keras dan ulet. Dengan bimbingan ditangan orang yang tepat, dan dengan potensi yang dimilikinya aku yakin, suatu saat akan jadi 'orang' dia...

"Sebentar Bima." Ucap lelaki itu berjalan menjauh, seraya mengeluarkan smartphonenya untuk menelepon seseorang.

"Emang siapa dia, Pak?" tanya Bima penasaran.

"Dia itu owner ni PH. Namanya Pak Robert."

"Ouw gitu ya pak? Pertamanya keliatan serem tapi ternyata ramah juga orangnya.."

"Pak Robert emang ramah sama siapa saja, maka para karyawannya pada betah kerja disini. Eeh tuh, Pak Robert dah jalan ke  sini lagi.." kata Pak Supri sambil berbisik kepada Bima.

"Begini Bima. Setelah aku hubungi bagian Production, kebetulan memang lagi membutuhkan tambahan tenaga. Tapi, yang tersedia cuma sebagai tenaga serabutan. Baik di lighting, equipment tools, roadish, ataupun driver. Gimana?" Kata Pak Robert memberitahu.

"Gapapa, Pak. Saya akan dengan senang hati menjalankannya."

"Kamu bisa bawa mobil juga?"

"Bisa, Pak. Saya bisa nyetir juga kok." Jawab Bima dengan raut muka hampir gembira.

"Oke. Taruh berkas lamaranmu di Front Office dan mulai besok kamu bisa langsung bekerja." Bilang Pak Robert dengan tenang diakhiri dengan senyum yang mengembang.

"Hah!! Bener, Pak??" tanya Bima tak percaya.

"Bener, Bima.."

"Wah, makasih Pak. Makasih banyak ya Pak.." sahut Bima dengan raut muka gembira dan tangannya segera menyalami Sang Big Boss, Pak Robert dan Sang Security, Pak Supri.

"Sama-sama, Bima. Selamat bergabung di SinemArt.."

***

Bima segera mengabarkan berita baik ini kepada sohibnya, Dion, yang secara tidak langsung sudah membantunya mencari jalan keluar.

"Waah, benerkan apa yang gue bilang.." kata Dion tampak bangga karena idenya goal.

"Thanks berat, Bro. Pokoknya gue akan selalu berbagi rejeki deh." Janji Bima tulus.

"Bener nih?"

"Iyaa lah, Bro."

"Serius?"

"Pastinya dong!!" sahut Bima mantap.

"Asyiiik!! Sukses yaaa.. Eeh Bim, Gue pinjem bokepnya Shasa Grey yang baru dong!" dan Dion pun mengajukan permintaan.

"HAAHHH!!"


Posting Komentar

0 Komentar