MR.BOSS

Seorang pria diuji mentalnya saat memiliki kekayaan dan kekuasaan, di cerita ini kalian bisa melihat bagaimana seorang pria saat memiliki segalanya mampu membuat hidup banyak orang berubah 180 derajat hanya karena sebuah dendam dan obsesi…

GENRE : DRAMA EROTIC

JUMLAH HALAMAN : 80 HALAMAN

HARGA : Rp 10.000


PART 1

Karin adalah teman kerjaku. Banyak yang tergila-gila kepadanya. Rambutnya panjang lurus, wajahnya cantik, ukuran dadanya kemungkinan 34D. Plus ia adalah janda. Ia cerai dengan suaminya 2 tahun yang lalu dan mengasuh anaknya seorang diri. Aku memperhatikannya, bahkan mungkin seluruh lelaki di kantor ini memperhatikannya. Aku yang sudah beristri ini bisa tertarik kepadanya. Apa wanita ini pake susuk? entahlah.

Aku pun menuliskan surat cinta kepadanya. Tapi, yah tahu sendiri aku malah diceramahi. Kalo aku ini mata keranjang, sudah punya istri dan lain sebagainya. Sakit dong tentunya. Dan saat itulah aku menyimpan dendam pribadi kepadanya. Dua tahun kemudian ia pun berhenti kerja dan menikah lagi. Dengan seorang yang lumayan cukup kaya. Ia sering cerita ke teman-temannya kalau suaminya ini sangat setia dan tak akan mengkhianatinya. Begitukah? Aku pun punya rencana khusus.

Setelah aku keluar dari pekerjaanku, aku pun membangun usaha sendiri hingga sukses. Uangku sekarang berlimpah, mobil, rumah, semua ada. Anak-anak dan istriku tercukupi semua, tapi dendamku belum. Akhirnya aku merekrut tangan kanan. Ia harus melakukan pekerjaan-pekerjaan kotorku. Aku menggajinya cukup besar. Paling tidak ia bisa diandalkan. Dari sepuluh kandidat akhirnya terpilihlah seorang bernama Pak Joni. Dia orang batak. Tapi terkenal sebagai preman.

Ialah yang aku sewa untuk mengerjakan hal-hal yang tak bisa aku lakukan. Dengan bayaran tinggi ia sekarang menganggapku sebagai boss besar. Ia punya anak buah yang ia kelola sendiri. Namun aku tetap berpesan kepadanya agar anak buahnya tidak pernah tahu siapa aku. Cukup dikenalkan saja sebagai Mr. Boss. Aku kemudian bercerita masalahku tentang Karin kepada Joni. Kami terlibat diskusi serius.

"Bagaimana menurutmu?" tanyaku.

"Wah, rupanya Mr. Boss punya masalah asmara juga ya? Kalau soal ini aku cuma punya pengalaman sekali. Aku sewa perempuan PSK, kemudian aku suruh untuk menggoda si laki-laki, kurekam videonya dan kuberikan ke istrinya. Setelah itu takluklah itu si istrinya dan aku bisa mendapatkan madunya," kata Joni sambil tertawa. Jahat betul. Tapi boleh juga.

"Boleh juga idemu Cok, baiklah carikan aku seorang PSK yang sangat cantik. Suruh temui aku secara langsung. Tapi ingat, cuma dia yang boleh menemuiku secara langsung dan harus merahasiakan identitasku. Aku punya rencana jitu," kataku.

"Beres Mr. Boss," kata Joni.

Aku pun menunggu sehari dua hari, sampai lima hari kemudian Joni baru membawakanku seorang wanita PSK. Wajahnya alamak cantik banget. Sepertinya masih ABG. Aku taksir usianya masih 20-an. Joni seperti biasa menemuiku di ruanganku. Tampak si cewek ini kagum dengan isi ruanganku. Pakaiannya sopan, dan wajahnya sangat cantik, hidungnya mancung dan bibirnya pakai lipgloss. Ia tak banyak memakai make up tapi itu saja sudah cantik.

"Ini Mr. Boss, tak perlu tanya siapa namanya atau cari-cari tahu siapa namanya. Kau sudah beruntung bisa bertemu dengan dia. Sebab kalau ada yang tahu siapa dia, besoknya sudah tidak bernyawa lagi," kata Joni.

"Aku mengerti," kata cewek itu.

"Siapa namamu?" tanyaku.

"Dinda," jawabnya.

"Nama asli?" tanyaku.

"Dinda Nurhayati," jawabnya.

"Aku akan mengontrakmu untuk bekerja kepadaku selama yang aku mau. Per bulan kamu akan mendapatkan uang 8 juta. Tapi kau harus ikuti semua instruksiku. Dan selama kontrak denganku kau tak boleh menerima pelanggan lain. Kau butuh apa-apa tanya ke aku. Uang 8 juta itu gaji bersihmu. Yang lain-lain akan aku berikan kalau kinerjamu bagus," kataku

"Apa maksudnya ini? Mau jadiin aku istri simpanan?" tanyanya.

"Aku tampar mulut kau lancang!" bentak Joni. Aku memberi isyarat agar Joni tak berbuat kasar.

"Lebih dari itu. Yang jelas aku tak akan menyentuhmu sama sekali, aku juga tak berminat kepadamu. Tapi aku ingin kau merayu seseorang. Namun merayunya dengan cara halus," kataku. Dinda mengerutkan dahi.

"8 juta untuk merayu orang? Pastinya ini bukan orang sembarangan. Mr. Boss, jam kerjaku tinggi aku bisa mendapatkan uang lebih dari 8 juta sebulan."

"Aku tahu, maka dari itu sisanya adalah kau tetap hidup," kataku. Dinda tampak terkejut.

"Seperti yang dijelaskan oleh Joni, kau satu-satunya cewek yang masih hidup setelah melihatku. Lagipula kau PSK. Kalau kau aku habisi saat ini juga, tak akan ada yang akan mencarimu. Aku berniat baik memberikanmu pekerjaan ini, jadi jangan disalahgunakan. Ikuti instruksiku dan kau akan mendapatkan uang dan selamat. Silakan menawar kalau memang gaji itu tak cukup, tapi aku rasa gaji itu lumayan daripada kau tidak mendapatkan pelanggan sama sekali. Kau bisa tetap beli make-up, belanja-belanja dan uang itu untuk 1 bulan sangat lebih dari cukup untuk di kota ini," kataku. Dinda mendesah.

 "Baiklah."

"Ingat, selama kontrak kerja denganku. Kau tak boleh dipakai oleh siapapun," kataku.

"Aku mengerti," jawab Dinda.

"Besok aku ingin kau ke sini lagi, memakai jilbab dan gamis lebar. Dan mulai sekarang hingga seterusnya itulah pakaianmu kalau keluar," kataku.

"Aku beri kau ponsel baru, dan di dalamnya hanya ada satu nomor yaitu nomorku. Kau tidak boleh menghubungiku. Hanya aku yang boleh menghubungimu. Kalau kau ingin menghubungiku bilang ke Joni. Jelas?"

"Jelas," kata Dinda.

Esoknya Dinda pun datang lagi. Ia mengikuti apa yang sudah aku instruksikan yaitu memakai jilbab dan gamis lebar. Ia tambah cantik saja. Entah apa yang terjadi dengannya hingga mau jadi PSK.

"Ini uang muka bayaran kamu!" kataku sambil menyerahkan amplop coklat di atas meja. Ia pun mengambilnya.

"Duduk dulu, hitung kalau ada yang kurang bilang ke aku, sambil aku akan memberikan instruksi." Dinda lalu melihat isi amplop itu. Tapi tidak dihitungnya.

"Saya percaya koq Mr. Boss. Tapi saya nggak percaya ama Joni. Dia pernah tidur sama saya tapi ndak bayar, pergi begitu saja. Makanya sikap saya kemarin agak tidak enak."

"Trus, ia sudah bayar hutangnya?" tanyaku.

"Sudah. Ya kemarin itu ia baru bayar setelah tiga tahun menghilang. Bajingan itu orang," kata Dinda.

"Ia minta maaf bolak-balik kepada saya. Kalau saya tidak diberitahu diberi pekerjaan khusus dan itu langsung dari Mr. Boss saya ndak berbuat seperti kemarin. Saya sudah dengar tentang Mr. Boss dari bos saya. Anda ternyata ditakuti ama orang-orang di lingkungan saya. Katanya kalau saya dipanggil secara khusus dan ketemu langsung artinya saya ini orang spesial." Aku manggut-manggut,

"Sekarang kau tahu siapa aku bukan? Nah, aku bisa baik kepada orang dan bisa berbuat jelek kepada orang, tergantung orang itu." Dinda mengangguk. Sikapnya agak melunak sekarang.

"Impianmu ingin keluar dari dunia hitam bukan?" tanyaku. Dinda agak terkejut.

"Bagaimana Mr. Boss bisa tau?"

"Aku sudah menyelidikimu, tentu saja sebelum kau kupekerjakan aku harus tahu siapa kamu, latar belakangmu. Aku juga tahu di mana rumahmu, siapa orang tuamu, siapa saja teman-temanmu. Kapan kamu pergi ke mal, kapang kamu pergi pulang kampung aku tahu semuanya," jawabku. Dinda tertegun.

"Jangan takut. Kalau kau ikuti aku, aku akan berbuat baik kepadamu. Aku akan janjikan kau bisa kembali pulang kampung, dan keluar dari dunia hitam ini," kataku.

"Terima kasih Mr. Boss," katanya.

"Apa yang saya lakukan sekarang?"

"Pertama, kamu harus benar-benar jadi orang alim," kataku.

"Bagaimana itu?" tanyanya.

"Pertama tentu saja caranya dengan berpakaian. Kedua, aku akan berikan buku instruksi ini. Buku ini isinya tentang segala hal cara kamu bersikap. Ketiga, aku berikan rekaman-rekaman pengajian, juga buku-buku agama. Pelajari semuanya," kataku.

"Kemudian, setelah kamu jadi orang alim. Berikutnya kamu berbuat baik kepada tetangga kontrakanmu nanti. Bantu orang-orang sekitar yang membutuhkan. Aku akan berikan kamu identitas baru, sebagai seorang janda yang ditinggal pergi suaminya."

"Kapan saya bisa mulai Mr. Boss?" tanyanya.

"Ini alamat rumah kontrakanmu. Kemarin aku suruh Joni untuk menyewa rumah untukmu di sebelah target. Tugasmu adalah menggoda suami orang. Namanya Sugiyono. Ini fotonya," aku sodorkan sebuah foto.

"Lumayan cakep orangnya," komentar Dinda.

"Ini foto istrinya," aku menyodorkan foto lagi.

"Cantik juga dia," komentar Dinda.

"Goda target yaitu Sugiyono dengan cara halus. Tapi ingat kau harus jual mahal!" kataku.

"Aku sudah memasang kamera rahasia di kamarmu, ruang tamu dan kamar mandi. Tapi tenang saja, hanya aku yang bisa melihatnya. Joni tak akan bisa melihatnya."

"Wah, Mr. Boss nanti ngintip dong?" tanyanya.

"Tujuanku memang mengintipmu untuk bisa bersenggama dengan Sugiyono," kataku.

"Kalau kau bisa sampai membuat ia bolak-balik bersenggama denganmu, berselingkuh denganmu, aku akan berikan bonus besar untukmu!" Mata Dinda melotot tak percaya terhadap rencana jahatku.

"Boleh tahu Mr. Boss, berapa?"

"Lima puluh juta kalau kau bisa mengajaknya tidur, dan lima puluh juta lagi kalau kau bisa mengajaknya tidur sambil diketahui istrinya. Lima puluh juta lagi kalau sampai mereka bercerai. Dan Lima puluh juta lagi, kalau kau mau melakukan pekerjaan tambahan," kataku.

"Siap Mr.Boss, saya siap," Dinda tampak berbunga-bunga mendapatkan nilai yang fantastis itu. Wajahnya tampak sumringah mendengar nilai lima puluh juta berkali-kali. Memang uang segitu tak seberapa buatku karena perusahaanku laba bersihnya 200 juta sebulan. Itu belum dari laba-laba yang lain dari usaha yang dikelola istriku. Duit simpananku tak usah dihitung, yang jelas ada kalau sampai 9 digit.

Aku menatap wajah Dinda yang cantik ini jadi kepingin iseng. Dia itu benar-benar cantik. Wajahnya semi oriental. Dari data yang diberikan Joni, dia ini asli gadis desa dan menjelma menjadi cewek kota yang nakal. Tapi sebenarnya dia ini baik. Ah, persetan. Toh aku sudah membayarnya. Bolehlah mencoba servisnya. Aku pun berdiri, kemudian berdiri di hadapannya. Aku kemudian membuka resletingku dan menurunkan celanaku. Terpampanglah "rudalku" yang cukup panjang dan besar.

"Ini apa Mr. Boss?" tanyanya.

"Kau tahu apa yang harus dilakukan," kataku.

"Katanya Mr. Boss tidak akan menyentuhku?" tanyanya.

"Iya, makanya aku ingin tahu servis dari mulutmu apakah memuaskan atau tidak," kataku. Ia tersenyum.

"Mr. Boss, kalau kepingin ya tinggal bilang aja."

"Hehehe, yah, aku cabut deh perkataanku tadi" Dinda mulai memegang penisku. Ia urut-urut dan kocok-kocok. Benda kecil itu mulai bangun, keras dan mengacung. Dinda tersenyum. Ia mencium kepala penisku.

"Punya Mr. Boss besar. Mungkin ini pertama kalinya aku melihat penis lelaki sebesar ini. Pasti istri Mr. Boss takluk kalau di ranjang," kata Dinda.

"Tentu saja, Oh...Dinda, hmmmhh.." kataku.

Dinda lalu memasukkan kepala penisku ke mulutnya. Gila, aku makin terangsang aja melihatnya, apalagi matanya menatap mataku sambil mengoral. Mana ia pakai jilbab lagi. Ouuchhh..lidahnya menari-nari di dalam mulutnya. Ia mengocok sambil menghisap. Sesekali ia jilati batangnya, kemudian ia pijat-pijat buah pelerku. Dinda cukup pro. Tentu saja, karena jam terbangnya pasti tinggi. Cukup lama ia mengoralku. Sudah hampir lima belas menit. Kupegang kepalanya, sepertinya aku mau sampe. Aku pun memaju mundurkan pantatku.

"Dinda, aku mau nyampe. Telan semua ya!" Ia mengangguk. Makin cepat ia mengocoknya, penisku pun makin keras.

"Ohhh....Dinda...keluar, AAArgghh!" kataku sambil bersamaan menembak semua spermaku ke dalam mulutnya. Dinda menghentikan gerakan kepalanya dan menampung semua spermaku. Dihisapnya sisa-sisa sperma dari penisku. Lalu ia melepaskan penisku.

Tampak lubang kencing penisku tidak ada sisa-sisa sperma lagi, berarti semuanya sudah masuk ke mulutnya. Pipinya agak menembem. Ia malah kelihatan imut kalau seperti itu. Perlahan-lahan ditelannya benih-benih anakku itu. Glup.. suara kerongkongannya menelan spermaku.

"Aaahh...tumben, baru kali ini rasa spermanya ndak asin," katanya.

"Mr. Boss suka makan buah ya?"

"Iya," jawabku. Aku memakai kembali celanaku. Lalu kembali lagi ke tempat dudukku. Dinda mengambil tissue yang ada di mejaku lalu membersihkan mulutnya.

"Kalau Mr. Boss kepingin lagi gak papa koq. Sejujurnya Dinda demen juga koq," katanya. Ia mulai menggodaku. Aku menatapnya tajam.

"Oh...maaf kalau lancang," katanya.

"Lakukan saja apa yang aku suruh," kataku.

"Siap, Mr. Boss," katanya.

 

Posting Komentar

0 Komentar