BREAKING NEWS
SINOPSIS:
Sinar bulan
yang kejam dan dingin menembus malu mendesak sela korden yang malas ditutup di
sebuah ruang besar yang berantakan. Kertas bertebaran di meja dan kursi, notebook
terbaru yang berharga mahal dibiarkan teronggok menyala di atas meja, layar
tipisnya masih membuka halaman situs dewasa. Gambar wanita cantik setengah
telanjang terpampang di kalender besar yang mencuri perhatian di dinding. Guci
raksasa yang menggambarkan gadis oriental yang sedang mandi di pinggir sungai
teronggok di sudut ruangan tanpa tersentuh, bunga yang terbuat dari kerajinan
yang dipasang di dalamnya sudah lama sekali tidak pernah dibersihkan sehingga
menjadi sarang laba – laba.
Televisi flat
41inch menyala dengan suara stereo yang berbingar di sudut lain. Seorang pria
bertubuh gempal berkepala gundul tertawa terbahak-bahak sambil menuding ke
layar televisi yang sangat lebar. Perutnya yang menggelambir bergoyang-goyang
tak terhenti ketika ia tertawa terpingkal -pingkal. Kepala gundulnya
mengingatkan orang pada om-om genit yang sering berburu ABG di mal-mal. Kursi
yang ia duduki berukuran kecil sehingga hampir tak mampu memuat ukuran
pantatnya yang lebih besar dari rata-rata.
“Bwahahahaha!
Lihat itu… hahahaha… lucu sekali… hahahaha…. Hei, itu lucu kan…??” tanya pria
gemuk gundul itu kepada dua orang yang berdiri di belakangnya.
Dari posisi
berdiri mereka yang kaku dan tanpa ekspresi bisa dikenali kalau kedua orang
tersebut adalah dua orang bodyguard atau pengawal si pria gundul. Mereka saling
berpandangan ketika sang bos bertanya pada mereka.
“I.. iya bos,
lucu… lucu… hehehe…” jawab bodyguard di sebelah kiri.
“Lucu sekali
bos, betul…” jawab bodyguard di sebelah kanan.
Kedua
bodyguard itu mengeluarkan suara tawa penuh paksaan yang tidak enak didengar,
tentunya hanya untuk membuat sang bos senang. Sang bos mendengus dengan kesal
melihat kedua bawahannya berekspresi terpaksa. Dengan keluhan panjang sang bos
duduk di kursinya yang sempit untuk kembali menyaksikan acara yang sedang
berlangsung di layar TV. Sekali lagi ia tertawa terbahak-bahak, kedua bodyguard
di belakangnya saling bertatapan dan hanya bisa menggelengkan kepala satu sama
lain karena tidak tahu apa sebenarnya yang sedang ditertawakan oleh sang bos.
Bos itu
bernama Viktor Giyono atau lebih akrab disapa Bos Gion. Salah satu dari jajaran
konglomerat tersukses di Asia dan tentunya merupakan salah satu nama yang cukup
disegani di Indonesia, Bos Gion sudah delapan tahun terakhir menduduki
peringkat prestisius orang-orang terkaya di Asia versi majalah terkemuka dari
Amerika. Bisnisnya berderet mulai dari yang legal seperti ekspor impor barang
tambang hingga ilegal seperti judi dan prostitusi, tentu saja pendapatan
terbesar justru didapatkannya dari bisnis ilegalnya.
Walaupun sudah
beberapa kali berurusan dengan polisi karena bisnis ilegal yang ia jalankan,
Bos Gion selalu bisa meloloskan diri dari jeratan hukum dengan hebatnya. Ia tak
pernah sekalipun ditahan, kemampuannya mengucurkan negosiasi yang bisa
disetujui pihak berwajib membuatnya melenggang santai di bawah hidung aparat. Bos
Gion memiliki dua pengawal yang setia, mereka adalah dua tangan kanan yang
sangat dipercayainya.
Nama mereka
Jack dan Jim, tapi jangan bayangkan mereka sebagai orang bule berkulit putih
bermata biru. Jack bernama asli Rojak dan Jim sebenarnya dilahirkan dengan nama
Kosim. Keduanya berperawakan tegap dan kekar dengan wajah keras yang
mencerminkan pekerjaan mereka sebagai tukang pukul. Penampilan keduanya begitu
menyeramkan sehingga orang akan berpikir ratusan kali sebelum memulai masalah
dengan mereka, mendekati keduanya saja pasti akan segan. Hanya karena
menganggap nama keduanya terlalu kampungan, Bos Gion merubah nama mereka
menjadi Jack dan Jim.
Malam itu Jack
dan Jim sedang menemani Bos Gion bersantai di ruang keluarga, layaknya seorang
konglomerat, Jack dan Jim bukan satu-satunya sekuritas di rumah Bos Gion karena
rumah ini dipenuhi barang mewah dan antik yang harganya bisa lebih mahal dari
satu unit rumah sederhana. Bos Gion masih terus asyik menyaksikan acara TV yang
ia tonton sambil sesekali tertawa. Anehnya, acara yang ia tonton sebenarnya
bukanlah pertunjukan lawak ataupun film komedi, malah sebenarnya Bos Gion
tengah menyaksikan acara talkshow serius.
Ia sedang
menyaksikan acara Apa Kabare Indonesia Malam yang tengah ditayangkan oleh
TVSatu. Apa Kabare Indonesia Malam memang menarik untuk disimak, bukan hanya
dari topiknya, tapi banyak juga orang yang menyaksikan acara ini hanya untuk
melihat sang host Tina Hanisa. Tidak mengherankan tentunya, sebagai Putri
Bandung 2017, Putri Jabar 2018 dan finalis Putri Indonesia 2020, kecantikan Tina
Hanisa tidak perlu diragukan lagi.
Tidak hanya
cantik, Tina juga dikenal sebagai host yang cerdas. Pertanyaan yang ia
lemparkan pada para tamu seringkali tajam dan terkadang menjebak sehingga
membuat si tamu kehabisan kata-kata. Bahkan Mantan Gubernur DKI Sutrisno yang dikenal jago diplomasi
sekalipun tak mampu berbuat banyak saat berhadapan dengan Tina.
Korban Tina kali ini adalah pakar telematika
Roy Sukro. Dicecar banyak pertanyaan tajam terutama soal analisa multimedianya
yang terkadang tak pada tempatnya membuat pria berkumis itu gugup, padahal di
awal acara ia terlihat sangat percaya diri, sok pintar dan jumawa seakan ia
tahu hal-hal teknis yang tidak semua orang tahu. Namun harga diri Roy Sukro pun
semakin berantakan ketika saat ditanya soal analisa video syur salah satu
selebritis yang ternyata salah dan analisa tentang hasil forensik yang
sebenarnya tak terlalu penting untuk dipublikasikan.
Malam itu, Tina
Hanisa dengan sukses berhasil mempermalukan Roy Sukro, pria yang mengaku
dirinya pakar telematika itu terlihat bodoh di depan TV nasional yang disiarkan
secara langsung pula! Hal itulah yang membuat Bos Gion tertawa terbahak-bahak.
“Baik, Bung
Roy, tahan dulu jawaban anda karena kita harus jeda dulu. Pemirsa jangan kemana
mana, Apa Kabare Indonesia Malam akan segera kembali……,” kata Tina menutup
sesi perbicangan dengan Roy Sukro.
Merah muka Roy
Sukro, hatinya pun panas karena pertanyaan-pertanyaan dari Tina yang
menyudutkan dan mempertanyakan intelegensianya. Jeda iklan menyelamatkan
mukanya untuk beberapa menit. Ketika iklan pertama muncul, telepon genggam Bos
Gion bergoyang dan berdering di atas meja. Laki-laki gempal itu mengambil
telepon genggamnya, memeriksa ID dan mendengus geli sebelum memencet tombol
jawab.
“Halo, Bung
Roy! Hahahaha… gimana kabar situ…? What this is? You rock! Hahahaha… Ya,
tentu saja I nonton… Ayolah, you are so entertaining, lebih menghibur
dari lenong Betawi, hahahaha… besok bikin acara talkshow sendiri aja nyaingin
Tukul. Hahahahaha… apa…? Hahahahaha… makanya, jauh-jauh hari I kan sudah
peringatin you sebelum tampil, hati-hati sama cewek satu itu. Tina Hanisa itu
bukan host sembarangan. Hahahaha… hm? Apa?!” mimik wajah Bos Gion berubah
seketika, yang tadinya becanda menjadi serius.
“Ah! Yang
benar aja… I sedang tidak mood untuk… ah, you bercanda nih. Hmm? You
serius? Hmm… ya… ya, I dengerin…” Bos Gion makin tenggelam dalam keseriusan.
“Ok, I
understand. Hmm… you yakin gak nih? I gak mau kalau rencana ini dijalankan
cuma gara-gara you kesal sesaat sama Tina….. Apa?! Bukan…, bukan begitu,
masalahnya target kita kan biasanya selebritis, kita belum pernah… Hei!!! Jaga
omongan you!!!” nada bicara Bos Gion mendadak meninggi, emosinya mulai naik.
“I tidak
pernah takut sama siapapun! I justru gak mau you bertindak bodoh! Sudah sering you
bikin repot, I gak mau kita gegabah dan menggagalkan operasi yang sudah
kita… ok ok… I tahu, makanya… ok ok… kalau gitu I tunggu perkembangan
selanjutnya. Just don’t do something stupid that we will both regret, ok?”
Bos Gion
menutup pembicaraannya. Ia meletakkan handphone di meja kecil di samping dan
menghenyakkan tubuh pada sandaran sofa yang empuk. Matanya menerawang jauh dan
pikirannya melayang memikirkan rencana yang disampaikan Roy tadi. Ketika sedang
berpikir keras seperti ini, Bos Gion biasanya membutuhkan minuman untuk stimulant.
“Afifa!!! Mana
minuman Om? Cepat bawa kemari!!!” teriak Bos Gion dengan galak.
“I..iya, Oom.
Sebentar Afifa siapkan.” terdengar jawaban samar dari arah ruangan kecil mirip
bar yang tidak jauh sofa dan TV.
Tak seberapa
lama kemudian, seorang wanita muda yang cantik muncul membawa baki berisi
sebotol Scotch dan satu gelas es batu yang juga sudah dituangi minuman
tersebut. Jika ada orang yang mengenal wanita itu pastinya akan mengerutkan kening
keheranan. Gadis belia itu adalah Afifa Shahira, seorang artis muda yang sedang
naik daun dan laris manis bermain sinetron.
Karena itu
sungguh aneh jika saat ini, Afifa mendadak menjadi pelayan di rumah mewah milik
Bos Gion. Afifa berjalan dengan gugup dan risih, wajahnya memperlihatkan
kegalauan luar biasa. Ia tak bisa berjalan dengan nyaman dan lepas karena sejak
masuk ruangan terus menerus diamati oleh tiga orang pria yang seakan-akan ingin
menelan tubuhnya bulat-bulat. Busana Afifa malam itu memang tergolong seksi dan
jauh di luar kebiasaannya mengenakan pakaian.
Afifa memakai
kostum maid warna pink dengan rumbai rumbai seksi. Bagaian bawahnya terlalu
tinggi di atas lutut sementara bagian atasnya membuka memperlihatkan kemulusan
kedua bahunya serta memberi sedikit intipan di bagian dada. Dalam keadaan
normal, Afifa pastinya tak akan mau melakukan hal seperti ini, apalagi harus
memakai pakaian seksi sevulgar yang ia kenakan saat ini. Sayangnya ia dijebak
dalam sebuah konspirasi busuk yang membuatnya rela menjadi ‘mainan’ Bos Gion.
“I..ini Oom,
minumannya….” Afifa membungkuk di depan meja untuk meletakkan baki yang ia
bawa.
Dengan posisi
seperti itu, Afifa sadar jika tubuhnya menjadi tontonan. Buah dadanya akan
terlihat oleh Bos Gion yang berada di hadapannya, sementara pantatnya menjadi
tontonan gratis bagi Jack dan Jim yang berdiri tepat di belakangnya. Hal ini
membuat hati gadis muda itu seperti teriris namun tak berdaya untuk menahan
malunya. Bos Gion mengambil gelas dan menyeruput sedikit minumannya. Matanya
tiba-tiba mendelik dan menatap Afifa dengan pandangan yang sangat galak.
“Apa-apaan
ini…???” tanya Bos Gion sambil memuntahkan minumannya.
“Eh… mmm, itu Scotch,
Oom…” jawab Afifa cemas.
“Goblok…!!!”
maki Bos Gion.
Plak!!
Tangan besar
pria gemuk itu mendarat di pipi mulus Afifa. Gadis belia itu langsung menjerit
kesakitan.
“Aawww!!!”
tubuhnya terjengkang dan jatuh ke lantai, ia pun mulai menangis sambil mengusap
pipinya yang terasa sakit dan panas.
“Dasar
goblok…!!!” teriak Bos Gion sambil menumpahkan scotch dalam gelas di atas
kepala Afifa.
“Sudah sering
Oom bilang! Kalo yang namanya scotch itu Jangan pake es! JANGAN PAKE ES!! HARUS
DIULANGI BERAPA KALI LAGI SUPAYA KAMU NGERTI?!!”
“Aaahhhh!!!
Ahhhh!!! Ja..jangan Oom… auuuughhh… ampuuun….”
“Tidak ada
ampun! Kamu harus dihukum!!!”
Bos Gion menarik tangan Afifa dengan kasar dan
menelungkupkan tubuh gadis jelita itu di atas pangkuannya. Afifa memberontak
tapi tak berdaya. Wajahnya yang ketakutan justru menjadi hiburan bagi lelaki
gemuk yang kini menguasai tubuhnya.
“Oom…!! Jangan
Oom… jangan… ampuun… jangan Oom… jangan…!!”
“Sudah bodoh
banyak bacot pula! Shut the hell up!!”
Bos Gion
menahan tubuh Afifa dengan tangan kirinya sehingga gadis muda yang cantik itu
tak bisa banyak bergerak sementara tangan kanannya dengan sigap menyingkap
bawahan rok Afifa dan dilanjutkan menurunkan celana dalamnya.
“Hehehe… anak
nakal harus dihukum… hehehe…” kata Bos Gion sambil mengusap-usap pantat mulus Afifa.
Wajah mesumnya makin kentara saat pantat mulus Afifa terbuka lebar.
“Ngggghhh!!!
Nggak mau Oom… jangaaaan… saya mohon… sakit Oom… sakit… jangan… jang…
aaaawwwww…!!!”
Kalimat Afifa
yang bergetar berubah menjadi jeritan saat Bos Gion mulai menampari bulatan
indah pantat Afifa. Tak ada yang bisa dilakukan gadis muda yang cantik itu
selain menjerit dan menangis. Pantatnya yang mulus putih bersih mulai memerah
setelah ditampar berkali-kali.
Posting Komentar
0 Komentar