TERJEBAK PESONA BERONDONG
GENRE : DRAMA EROTIC
JUMLAH HALAMAN : 106 HALAMAN
HARGA : Rp 20.000
PART 1
COVID-19 atau
Virus Corona telah ditetapkan sebagai pandemi global yang menghantam seluruh
lini kehidupan masyarakat. Bahkan kegiatan perkantoran pun diberhentikan
sementara waktu hingga keadaan membaik. Itulah yang dirasakan oleh Mahbub
Ubaedi Alwi, panggil saja Ubay, seorang fresh graduate yang bekerja di
sebuah Law Firm di daerah Kuningan. Ada rasa syukur di hati Ubay ketika
bekerja di tempat elit, megah, dan mewah. Tapi pekerjaan yang ia lakoni
menguras emosi dan tenaga yang begitu besar. Bayangkan saja, dia harus masuk
kantor jam 10.00 pagi dan pulang paling cepat pukul 22.30 malam. Tapi Ubay
menyugesti dirinya untuk tetap kuat dan bertahan, daripada nganggur, pikirnya.
Ubay sendiri baru berstatus sebagai OJT atau Trainee selama tiga bulan,
jika kinerjanya baik dia akan mendapat titel sebagai Junior Associate.
Setidaknya
mulai tanggal 18 Maret, seluruh personil kantor sudah mulai Work From Home
alias WFH, lumayan bisa mengurangi penat. Tapi Ubay tidak bisa leha-leha,
banyak tugas yang harus dia bawa ke rumah. Ternyata kerja dari rumah atau di
kantor nggak ada bedanya. Bedanya cuma Ubay nggak perlu kena macet di
perjalanan aja. Hari itu Ubay memulai aktivitas dengan rebahan di kasur, kalian
tau lah gimana kuatnya magnet kasur. Kalau dalam keadaan normal mana bisa
rebahan di kasur kayak begini, yang ada bakal kena macet dan telat masuk
kantor. Tak disangka-sangka keheningan rebahan Ubay terganggu lewat bunyi
panggilan telpon ponsel. Tertera tulisan
"Mbak
Hanna Office"
"HaLo
mbak, ada apa?" Ubay mengawali percakapan.
"Bay,
draft kontrak pembangunan Pelabuhan Tenayang yang Gue tugasin udah sampai
mana?" tanya Hanna.
"Duh mbak
maaf nih belum kepegang, kan beberapa hari lalu saya ditugasi bikin gugatan
perdata sama Pak Indra." jawab Ubay dengan nada memelas. Pak Indra
merupakan bos dari law firm tempat Ubay dan Hanna bekerja.
"Ah,
banyak alesan Lo! Gue kan udah ngasih deadline kalau hari ini udah harus
selesai!! Lagipula Gue ngasih tugas ke Lo dari dua minggu yang lalu kan?"
hardik Mbak Hanna.
Nama
lengkapnya Hanna Oktavia Kusumawardhani. Seorang Senior Associate yang
menjadi supervisor dari Ubay di kantor. Di balik wajah ayu dan jilbab yang
dikenakannya, harus diakui oleh Ubay bahwa Mbak Hanna adalah salah satu orang
yang intimidatif di tempat kerja. Meskipun satu almamater ternyata tidak
membuat hubungan mereka berdua menjadi cair layaknya kakak adik.
"Maaf
mbak, aku segera kerjain." cuma itu kalimat yang keluar dari mulut Ubay. Trainee
tak ubahnya bagai spesies yang berada pada urutan terbawah dalam rantai
makanan di tengah rimba dunia kerja. Daripada nasib tidak selamat lebih baik
meminta maaf dan mendengar ocehan dari senior.
"Ah nggak
percaya Gue, palingan juga Lo lagi rebahan di kosan." tebak Mbak
Hanna.
"Udah
deh, mendingan Lo kerjain di apartemen Gue. Jangan lupa bawa lampiran-lampiran
kontraknya!" perintah Mbak Hanna.
"Oke mbak,
aku siap-siap dulu ya." kata Ubay kemudian telpon ditutup oleh Mbak Hanna.
Setelah
selesai mandi, berpakaian, dan menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan, Ubay
menyalakan mobilnya menuju apartemen Mbak Hanna di daerah Kalibata. Jalanan
cukup lengang, Pasar Kramat Jati, daerah Cililitan yang biasanya macet parah
kini tidak begitu ramai. Pukul 10.45 Ubay telah tiba di apartemen Mbak Hanna.
Ubay menekan tombol bel disertai perasaan cemas takut dimarahi lagi.
"Pagi
Mbak Hanna." sapa Ubay ketika Mbak Hanna membukakan pintu.
"Sini
masuk!" jawab Mbak Hanna tanpa memperdulikan sapaan Ubay.
Jujur Ubay
tertegun melihat penampilan Mbak Hanna yang mengenakan daster tanpa lengan pagi
ini. Rambut panjangnya tergerai indah, baru pertama kali Ubay melihatnya.
Pandangan matanya turun ke bawah, payudara yang menggantung di tubuh Mbak Hanna
pun terlihat indah, meskipun masih tertutup oleh kain daster. Kira-kira
ukurannya 34B. Bokongnya yang semok dan pahanya yang putih terlihat lebih
jelas, berbeda dengan di kantor ketika Mbak Hanna mengenakan celana panjang.
Tanpa membuang waktu Ubay segera mengeluarkan laptop dan berkas-berkas yang
dibawa. Ia duduk di sofa dan segera mengerjakan draft kontrak. Sementara Mbak
Hanna kembali menyibukkan diri dengan kerjaannya yang ada di laptopnya.
***
"Mbak
Hanna, draftnya udah selesai nih. Minta dikoreksi dong." kata Ubay setelah
hampir memeras otak selama 1,5 jam.
"Oke."
jawab Mbak Hanna singkat kemudian pindah menuju laptop Ubay dan mengoreksi
pekerjaannya.
Dengan teliti
Hanna memeriksa seluruh draft kontrak yang dikerjakan Ubay. Ia mengerutkan
dahi, seolah banyak kesalahan dalam draft yang dibuat Ubay. Jarinya mengetik
masukan-masukan yang nantinya harus diperhatikan Ubay untuk diperbaiki.
"Nih,
banyak typo draft Lo. Perbaiki lagi ya." kata Mbak Hanna sambil
menggeser laptop.
"Eh, Lo
mau makan apa? Makan siang aja sekalian di sini." kata Mbak Hanna.
"Mmmm....
nggak usah deh mbak. Saya nggak enak sama Mbak Hanna." jawab Ubay disertai
rasa sungkan.
"Ah elah,
Lo belum sarapan juga kan? Emang Gue nggak bisa denger suara perut Lo apa."
paksa Mbak Hanna. Dengan setengah mengancam Mbak Hanna bilang,
"Ya
terserah Lo juga sih, tapi itu tandanya kalau Lo nggak punya kerjasama tim yang
bagus." Mendengar ancaman itu Ubay anggak was-was dan menuruti permintaan
Mbak Hanna,
"Hehe
maaf mbak, aku ngikut Mbak Hanna mau pesen apa deh."
"Makasih
mbak." kata Ubay ketika Mbak Hanna sibuk mengorder makanan lewat
ponselnya.
Setengah jam
kemudian, makanan tiba diantar ojek online di apartemen Mbak Hanna. Kemudian
Ubay menyusul Mbak Hanna duduk di meja makan dan menikmati fast food ala
Jepang yang dipesan.
"Bay, Lo
punya pacar nggak?" tanya Mbak Hanna disela-sela makan. Ubay pun menjawab,
"Sekarang belum nih mbak, masih belum ada
yang sreg."
"Lo
jangan lama-lama dan jangan ketinggian ngasih standart. Jangan kayak Gue."
kata Mbak Hanna menasihati.
Sebetulnya
Ubay cukup heran sama tingkah Mbak Hanna yang nggak biasanya nanyain urusan
pribadi. Umur Mbak Hanna sudah menginjak
29 Tahun, angka yang cukup tua buat seorang perempuan dalam keadaan melajang
bagi warga +62. Walaupun bagi Ubay nggak ada masalah sampai kapan perempuan
harus melajang, toh menikah itu soal kesiapan bukan masalah umur. Raline Shah
yang umurnya udah 35 tahun pun tetep banyak kok yang mau nikahin hehe.
"Menurut Lo
Gue kayak gimana bay?"
"Atau
anak-anak kantor mandang Gue kayak gimana?" cecar Mbak Hanna bagai seorang
penyidik di depan seorang tersangka.
"Hmmm
gimana ya mbak." jawab Ubay tertahan oleh rasa sungkan.
"Udah Lo
jujur aja jawabnya, Gue nggak akan marah kok." kata Mbak Hanna seolah
ingin mengetahui jawaban Ubay.
"Jujur
sih mbak, saya ngerasa Mbak Hanna agak kaku gitu. Mungkin aku juga masih baru
di kantor. Aku nggak tau sih anak-anak kantor nilai kayak gimana."
"Oh gitu.
Moga-moga habis ini kita bisa jadi lebih deket. Anyway thanks ya Bay."
jawab Mbak Hanna. Selesai makan tiba-tiba Mbak Hanna menaruh asbak di meja
makan.
"Nih bay,
habis makan kalau nggak ngerokok nggak enak kan?" kata Mbak Hanna.
Disuguhi asbak membuat Ubay mengeluarkan rokok andalannya.
"Ish,
udah mau jadi lawyer masih aja seneng rokok kuli pasar." ejek Mbak Hanna
ketika melihat merk rokok yang dihisap Ubay.
"Justru
ini rokok yang paling enak mbak buat saya. Rokok mild nggak kerasa di
tenggorokan."
"Kok Mbak
Hanna tau merk-merk rokok?" tanya Ubay penasaran.
"Gue dulu
pernah ngerokok Bay, tapi sekarang udah berhenti. Nggak percaya ya Lo?"
jawab Mbak Hanna yang membuat Ubay terkejut.
"Hoo
pantes ada asbak, emang rokoknya apa dulu?" tanya Ubay.
"Esse.
Lumayan lah buat ngilangin stres." jawab Mbak Hanna.
Mbak Hanna
kemudian menguncir rambut panjangnya, otomatis membuat ketiak putih mulusnya
terlihat oleh Ubay dengan jelas. Momen itu seakan membuat dunia terhenti bagi
Ubay. Benar kata orang-orang kalau perempuan lagi nguncir rambut bakal menambah
level kecantikannya. Setelah beberapa saat mereka ngobrol ngalor ngidul,
keduanya kembali menghadap laptop masing-masing.
"Bay, Gue
selonjorin kaki ya?" kata Mbak Hanna sembari meletakkan kedua kakinya di
pangkuan Ubay.
"Ya mbak,
silahkan." jawab Ubay tetap fokus menatap laptopnya sembari memperbaiki
revisian dari Mbak Hanna.
Sekitar satu
setengah jam kemudian Ubay menyelesaikan pekerjaannya, sementara Mbak Hanna
ketiduran. Paha putih Mbak Hanna terlihat jelas di mata Ubay, pun dengan
belahan dadanya yang tak disadari Mbak Hanna dilihat dua pasang mata yang
berada di dekatnya. Melihat pemandangan seperti itu lelaki mana yang tahan.
Dengan perlahan Ubay mengangkat kaki Mbak Hanna dari pangkuannya, dan terlihat underwear
warna hitam yang dikenakannya. Tanpa membuang waktu, Ubay bergegas menuju
kamar mandi untuk menyalurkan hasratnya. Setelah melepas celana panjang yang ia
kenakan, penis yang sudah berdiri tenggak ia kocok sambil membayangkan
bersetubuh dengan Mbak Hanna. Ia berusaha untuk konsentrasi agar spermanya
segera keluar.
"Mmmhhh....Mbak
Hanna..." gumam Ubay menghayati masturbasinya.
CKLEKKK
"Kok Lo nggak
bangunin Gue Bay?" tanya Mbak Hanna sembari membuka pintu ketika Ubay
asyik bermasturbasi.
"EHHHH
NGAPAIN LO???" tanya Mbak Hanna menyadari aktivitas yang dilakukan Ubay di
kamar mandinya.
Ubay yang
kegep ngocok hanya bisa terdiam tanpa bisa bergerak. Bodohnya aku lupa mengunci
pintu, sesal Ubay. Kemudian pintu ditutup oleh Mbak Hanna,
"Lo
terusin aja Bay kalau masih nanggung." Emang nanggung sih, tapi Ubay tak
punya pilihan selain mengenakan celana dan kembali menuju sofa, tempat Mbak
Hanna dan Ubay menyelesaikan pekerjaan.
"Maafin
saya ya mbak, habisnya udah nggak bisa ditahan." sesal Ubay pada Mbak
Hanna.
"Santai
aja Bay, itu hal yang biasa buat orang dewasa. Tapi jangan berharap Gue bantuin
Lo ya!" jawab Mbak Hanna anggak ketus.
"Eh btw,
udah selesai belum kerjaan Lo?" tagih Mbak Hanna.
"Udah
mbak, silahkan dikoreksi. Typo-typonya sudah saya benerin dan apa yang harus
dimasukkan sudah saya tambahkan." ujar Ubay sambil menyerahkan laptopnya.
Dengan ekspresi serius, Mbak Hanna memeriksan pekerjaan Ubay yang diselesaikan
sebelum coli di kamar mandinya.
"Nah,
gini dong kalau kerja. Kirim ke email Gue yak, kan jadi enak Gue
nyelesaiinnya."
"Untung
kerjaan Lo beres, jadi yang tadi di kamar mandi Gue maafin deh." ujar Mbak
Hanna masih mengungkit kejadian tadi.
"Daripada
Lo coli lagi, mending ngedraft gugatan ke PN Jakarta Selatan, buat client kita
PT Texno." kata Mbak Hanna memberi pekerjaan lagi. Oh My
God, seolah nggak ada bedanya kerja di kantor maupun Work From Home.
Tetep aja kerjaan menumpuk dan dikejar target. Apa daya kami yang hanya budak
korporat, batin Ubay.
Tak terasa
sang surya terbenam di kala mereka berdua sibuk mengerjakan tugas
masing-masing. Tiada percakapan diantara Ubay dan Mbak Hanna, Ubay masih merasa
malu dengan OTT (Operasi Tangkap Tangan) yang dilakukan seniornya ketika
bermasturbasi ria di kamar mandi tadi.
"Mending
kita minum-minum dulu deh biar makin akrab." kata Mbak Hanna memecah
keheningan. Ubay yang masih fokus dengan pekerjaannya bertanya,
"Minum air putih ?".
"Jangan
pura-pura bego Lo! Minum whisky lah!!" ujar Mbak Hanna sambil melemparkan
bantal ke muka Ubay. Tepat mengenai muka Ubay.
Langkah
kakinya menuju ke kulkas, tempat dimana harta karun Mbak Hanna disimpan.
Kemudian Long Wood Canadian Whisky yang masih utuh isinya. Whisky dengan
kadar alkohol 40% diletakkan di meja bersama slokinya. Minuman itulah yang
digunakan untuk menemani mereka berdua di kala senja.
"Nih, ayo
diminum Bay." kata Mbak Hanna sambil menuang minuman ke dalam sloki, tak
lupa ditambahkan es batu agar terasa mild.
"Duh
mbak, nanggung nih kerjaannya." jawab Ubay meskipun anggak sungkan sudah
ditawari. Merasa kesal dengan sikap Ubay, Mbak Hanna menutup paksa laptop Ubay,
"Masih
bisa dikerjain besok-besok lah."
Tak ada
pilihan lain bagi Ubay untuk menerima ajakan Mbak Hanna dan kemudian diletakkan
laptopnya di meja. Sejujurnya Ubay merasa anggak heran dengan sikap Mbak Hanna
yang cenderung santai. Ya, mungkin dia sudah berada di titik jenuh. Pun Ubay
merasa harus menghilangkan kejenuhan Work From Home yang membosankan. Meskipun
ia sendiri belum pernah minum whisky seperti yang ada di hadapannya, paling
mentok Anggur Merah. Maklum belum punya cukup duit buat nyicipi whisky hehe.
"Nih!"
tawar Mbak Hanna menggeser sloki ke arah Ubay, kemudian menenggak sloki yang
ada di tangan kirinya secara perlahan. Pelan-pelan Ubay merasakan whisky yang
ada di slokinya, wih enak, batin Ubay. Ya iyalah lebih enak daripada anggur
merah, harga sebanding sama kualitas lah ya.
Tak terasa
sudah lima gelas sLoki mereka menghabiskan "air kehidupan", arti
whisky dalam bahasa Irlandia tempat asal whisky. Pusing melanda kepala Ubay, ia
tetap berusaha untuk menjaga kesadarannya. Pun demikian dengan Mbak Hanna yang
tetap berusaha menjaga kesadarannya dengan mendengarkan lagu bergenre EDM dan
kemudian berjoget. Mbak Hanna terlihat sudah mulai naik akibat air kehidupan
yang ia tenggak. Ubay menghampirinya, memeluknya dari belakang dengan lembut.
Mencium lehernya dari belakang. Entah keberanian itu datang darimana.
"Sshh…Ahhhh…"
desah pendek Mbak Hanna, kedua tangan Ubay meraba bagian pinggangnya.
Tak ada
penolakan dari Mbak Hanna yang rambutnya terkucir. Kecupan demi kecupan Ubay
lancarkan di daerah yang sangat sensitif itu. Dengan perlahan, Ubay memutar
tubuh Mbak Hanna, mereka saling pandang untuk beberapa saat. Bibir mereka
saling bersentuhan. Ciuman sangat lembut dan intim. Mbak Hanna memeluk kencang
tubuh Ubay. Lidah mereka saling menari, saling bersahutan dan nafas mereka
semakin kencang. Mbak Hanna merasakan tubuhnya semakin geli dan memeknya
seperti mulai mengeluarkan cairan. Penis Ubay semakin tergerak. Ubay meraba
tubuh Mbak Hanna termasuk meremas payudaranya. Mereka melepas kecupannya, dan
lagi-lagi saling pandang. Seolah hati teman sekantor sekaligus senior-junior
mulai berbicara.
"Di kamar
aja yuk" ajak Mbak Hanna sambil berbisik. Mbak Hanna lalu menarik tangan
Ubay menuju ke kamar.
***
Dua insan yang
sedang dimabuk hawa nafsu dan alkohol memasuki kamar dengan hasrat seksual yang
menggebu-gebu, layaknya seekor banteng di arena matador. Memang benar ajaran
agama yang mengatakan bahwa minum alkohol menjadi 'dosa pembuka' bagi dosa-dosa
yang lain, termasuk berzina. Mereka telah terbius kenikmatan, tak lagi
mengingat larangan agama maupun norma kesusilaan.
Tanpa perlu
aba-aba Ubay melepaskan kaos polo yang ia kenakan, sementara Mbak Hanna
berusaha melepaskan celana jeans yang dikenakan oleh lawan mainnya ini. Celana
dalam yang dikenakan Ubay juga tak luput dari tangan nakal Mbak Hanna yang
menginginkan kenikmatan batin. Penis berukuran cukup besar untuk ukuran pria
Indonesia yang berada di hadapannya kini sudah tak berpenghalang.
"Gede
juga ya titit Lo." ujar Mbak Hanna sambil mencengkramnya dengan sangat
yakin.
Ubay
membalasnya dengan memasukkan tangannya ke dalam daster yang dikenakannya.
Payudara yang masih terbungkus bra, tanpa strap yang melingkar di bahu, terasa
penuh di tangan Ubay. Bibir mereka kembali beradu dengan tangan yang
masing-masing berada di bagian tubuh yang vital dari lawan mainnya. Mbak Hanna
melepaskan bibirnya dari ciuman panas dengan Ubay lalu berbisik,
"Enjoy my
show, honey…"
Kemudian tubuh
telanjang Ubay didorongnya dan jatuh di atas kasur. Ubay duduk di ujung kasur
dan melihat live show yang dipertontomkan Mbak Hanna. Bak penari striptease di
klub malam, Mbak Hanna bergoyang sembari melepaskan daster, bra, dan celana
dalam yang ia kenakan. Dalam keadaan poLos tanpa busana, Mbak Hanna menuju ke
tempat Ubay duduk meLongo melihat keseksiannya. Dilihat dari ekspresi wajah,
Ubay seakan sedang mengatakan
"Ya Tuhan aku tidak percaya ini semua
benar terjadi!"
Mbak Hanna
naik ke atas kasur dan berpindah posisi berada di antara kaki Ubay memasukkan
penisnya ke dalam mulutnya. Ubay berbaring dan menikmati sepongan rekan
kantornya ini, sesekali melihat apa yang Mbak Hanna lakukan. Seperti yang
dibayangkan, rasa linu menyelimuti blowjob yang diberikan. Bibir
tipisnya mengecup lembut penis Ubay lalu menuruni hingga pangkal penisnya.
Suaranya terdengar cukup kencang, mirip dengan orang yang sedang menjilati es
krim. Ubay merapikan rambut panjang Mbak Hanna sambil menyaksikan wajah
pasangannya yang sedang berada diantara kakinya.
"Awwhh…Hhmm
enak banget…" desah Ubay yang dijawab dengan lirikan Mbak Hanna.
Ubay terdiam
karena keahlian atasan kerjanya itu memainkan penisnya. Ukuran penis Ubay yang cukup
besar itu bisa ia masukkan hingga pangkal, artinya penisnya masuk hingga dalam
kerongkongan Mbak Hanna. Saat ia mengeluarkan penis Ubay dari mulutnya, torpedo
milik pasangannya malam ini pun sudah berlumur cairan penis dan ludah dari Mbak
Hanna. Saat ia mengocokkan penis sang lelaki, rasanya sangat licin serta
rasanya jauh lebih nikmat dari yang Ubay lakukan sendiri. Merasa tak tahan
dengan kenikmatan yang dirasakan penisnya, Ubay memohon,
"Stop
dulu sayang...Mmmhh…"
Menuruti
permintaan Ubay, Mbak Hanna berhenti memberikan handjob pada pasangannya.
Seolah tak sabar, Ubay merebahkan tubuh pasangannya di kasur. Ia mengamati
vagina Mbak Hanna yang bersih dari bulu.
"Gantian
aku yang bikin kamu melayang, aku jilatin ya..." Ubay meminta izin.
"For
sure... kamu doyan hun?" tanya Mbak Hanna dengan lembut.
Ubay lantas
mendaratkan ujung lidahnya pada klitoris Mbak Hanna yang membuat ia mendesah
keenakan, gerakan lidah naik dan turun sesekali melakukan serangan yang tak di
duga menjadi variasi untuk membuat pasangannya segera meraih orgasme.
"Awhh,,,,Eeehmm…Aaaachh…"
desah Mbak Hanna sambil mengigit bibirnya sendiri dan tangan kanannya
meremas-remas payudaranya sendiri.
Memeknya
langsung menjadi sangat basah, Ubay memainkan jarinya pada klitoris pasangannya
yang membuat Mbak Hanna langsung menegang dan terus mendesah tiada henti. Ubay
tak peduli bila mungkin sudah banyak pria yang memasukkan kelaminnya pada
vagina pasangannya, yang ia inginkan adalah membuat wanita ini orgasme.
"Awwhh
hunny awwhh oohh hmmm awhh!" desah Mbak Hanna terus menerus. Ubay terus
memberikan jilatan yang tepat sasaran pada titik lemah dari bibir vagina Mbak
Hanna. Hanya bertahan sepersekian menit sejak Ubay memulai, Mbak Hanna sudah
mulai menunjukkan akan segera orgasme, pahanya semakin kencang meremas kepala
Ubay, desahannya semakin kencang.
"Ahh
terus hunn iya disitu terus ahh ahh ohhh gashh ahh ahh!" desahnya. Lalu
beberapa saat kemudian dari dalam vaginanya cairannya semakin deras berasa
asin.
"Awwhh
aku sampeee hunn, I'm coming ahhh ahh ohhh hmmmm!" dibarengi dengan
tubuhnya tergetar, matanya terpejam dan kakinya terus bergerak tanpa sanggup
Mbak Hanna kontrol, tangannya mendorong Ubay dari vaginanya. Karena ngilunya
membuat tubuhnya terus tergetar.
"Awwwwhhh
hunn, please stooop ahhh udaah udaaah ahhhh!" pintanya pada Ubay, lalu
mereka berhenti sejenak, nafas Mbak Hanna bagai orang yang sedang olahraga.
Ubay tersenyum ke arahnya.
"Gilaaa ah kamu.." ujarnya pada Ubay
sambil tertawa.
Mbak Hanna dan
Ubay lagi-lagi berciuman, mereka tak peduli kalau tadi mulut mereka telah
mengulum alat kelamin masing-masing, akal sehat mereka tertutup oleh nafsu
birahi.
"Say,
fuck me.." desah berbisik Mbak Hanna saat mereka istirahat sejenak dari
cumbuan mereka.
"Sure."
balas Ubay.
"Ada
kondom nggak?" tanya Ubay kemudian.
"Bay, aku
cuma mau menikmati malam ini, no condom then!" ujar Mbak Hanna lalu Ubay
tersenyum dan memposisikan diri diantara kaki Mbak Hanna. Pria yang baru genap
22 tahun ini siap untuk menyetubuhi wanita berusia 29 tahun.
"Say,
masukinnya pelan-pelan, sudah lama nggak making love." perintah Mbak
Hanna.
Penis Ubay sudah siap di bibir vagina partner
seksnya malam ini, perlahan ia berusaha memasukkan penisnya ke dalam liang
surgawi wanita ini. Kedua tangan Mbak Hanna berada di pinggang Ubay untuk
menahan laju gerakan Ubay kalau dirasa terlalu keras. Mulailah terbuka bibir
vaginanya, desahan Mbak Hanna mulai terdengar. Ubay mendorong secara perlahan,
akhirnya kepala penis Ubay bisa masuk.
"Awhh
awwhh stop dulu awhh!" desahnya. Setelah berhenti sebentar lalu Ubay
kembali mendorong, dengan perlahan akhirnya penisnya bisa masuk secara utuh.
"Ohh enak banget hmmmm" Ubay
mendesah. Mbak Hanna pun tersenyum.
Lalu secara
perlahan Ubay mulai memberikan sodokan pada vagina Mbak Hanna, mulai dari pelan
hingga akhirnya pada ritme sedang. Cengkraman vagina Mbak Hanna membuat Ubay
sesekali terpejam menikmati betapa nikmatnya malam ini.
"Awwhh
hmm auuhh ahmmm ahhh ahh uhhhh." desah kenikmatan Mbak Hanna.
Dengan posisi
man on top bertumpu pada kedua tangannya memberikan keleluasaan Ubay menarik
hingga ujung penis, lalu memberi sodokan yang kencang kembali masuk. Kasur yang
mereka gunakan terkoyak, suara pir jadi terdengar.
PLOK!
PLOK!
PLOK!!
Tiada henti
dan tiada ampun. Sprei sudah terguncang kesana kemari. AC sudah tak mampu
membuat dingin mereka dimana suasana semakin panas. Gerakan Ubay semakin cepat,
bagaikan dirasuki oleh dewa cinta, gerakan pinggulnya menunjukkan kalau ia
sudah berpengalaman berhubungan dengan perempuan. Hubungan badan dengan Mbak
Hanna dijadikan Ubay sebagai ajang balas dendam karena sudah lama tak bencinta.
"Sayang,
ahh please slow down…" desahnya, namun tak dihiraukan Ubay. Badan Mbak
Hanna bergetar, tubuhnya semakin kencang karena otot-ototnya sedang merasakan
keenakan.
"Ah fuck
ahhh ahh you fucking!" teriak Mbak Hanna mendapatkan orgasme untuk kedua
kalinya.
Melihat gerak
gerik Mbak Hanna yang sedang mengejang, Ubay menurunkan intensitasnya. Setelah
pasangannya sudah sedikit bertenaga, Ubay kembali memompa penisnya. Tak lama
kemudian Ubay tak kuat dengan cengraman vaginanya yang sempit.
"Ahhh aku
mau keluar mbakk!" erang Ubay.
"Jangan
di dalam sayangggg!" pinta Mbak Hanna. Ubay mencabut penisnya dan
mengeluarkan cairan sperma di atas perut langsing Mbak Hanna.
"Arrgghhh arrghhmm hmmm ahh oohh, im
coming ahhh ahh!" desahnya.
Semburan demi
semburan keluar dari penisnya bahkan mengenai pipi dan payudara Mbak Hanna.
Lantas Ubay berbaring disamping Mbak Hanna dan mencium bibirnya. Mbak Hanna
mengambil tisu untuk membersihkan cairan hina anak Trainee yang menempel di
pipi, dada, dan perutnya.
"Gilaaaa
intens banget tadi haha rasanya semua tersalurkan!" kata Mbak Hanna dengan
wajah bahagia.
"Haha
badanmu juga bikin aku super horny!" balas Ubay dengan rona
berbunga-bunga.
"Kamu
cantik sekali" bisik Ubay.
Ubay pun
menggapai bibir Mbak Hanna, mereka saling bercumbu kembali. Lidah mereka saling
bersahutan. Mereka bercumbu cukup lama dan diakhiri dengan tertidur pulas
berpelukan tanpa sehelai pakaian. Ubay terbangun sudah anggak siang,
sekitar pukul 9 pagi. Ia mengintip di sebelahnya namun hanya ada bantal dan
selimut yang sudah berantakan. Ubay segera bangkit namun masih duduk di kasur
untuk melihat seisi kamar, namun kosong.
Kemana Mbak
Hanna?
Posting Komentar
0 Komentar