ISTRIKU DAN PRIA-PRIA TUA
GENRE : DRAMA EROTIC
JUMLAH HALAMAN : 85 HALAMAN
HARGA : Rp 20.000
PART 1
Aku sudah berusia 30-an ketika pertama kali bertemu Yolanda. Saat itu usia
kami berdua terpaut 10 tahun, Aku lebih tuan dari Yolanda tentunya. Bukan hal
yang mudah bagiku untuk bisa mendekati Yolanda yang jauh lebih muda, bahkan tak
jarang dulu dia sering menggoda dengan menyebutku sebagai lelaki tua mesum.
Namun, setelah perjuangan pantang menyerah Aku berhasil meyakinkan Yolanda
untuk menerima pinanganku, menyingkirkan banyak pria lain yang juga gencar
mendekatinya.
Aku tidak tahu persis kapan pikiran kotor ini
mulai memenuhi isi kepalaku. Tapi ejekan Yolanda tentang usiaku yang lebih tua darinya
membangkitkan sesuatu yang sangat jahat dalam diriku, semakin dia menggoda
tentang perbedaan usia kami, semakin liar pula isi kepalaku. Bahkan tak jarang
Aku berkhayal erotis saat menyaksikan interaksi Yolanda dengan pria yang lebih
tua darinya.
Ya, Aku sering membayangkan istriku bercinta
dengan lelaki lain, lelaki yang usianya jauh lebih tua darinya. Pikiranku
selalu dipenuhi bayangan ketika kulit keriput pria tua bersentuhan dengan kulit
mulus istriku. Itu sangat menggairahkan!
Yolanda tidak hanya cantik tapi juga sangat
sempurna sebagai seorang wanita. Tubuhnya masih kencang bak model majalah
dewasa. Tingginya mungkin hanya sekitar 150 cm tapi itu sama sekali tak membuat
posturnya mengalami degradasi, apalagi kakinya ramping dipadu pinggul lebar
serta pantat bohay yang membuat tiap pasang mata lelaki mesum akan berhenti sejenak
saat berpapasan dengan Yolanda.
Belum lagi payudaranya yang membusung kenyal,
meskipun dia tak mengenakan pakaian seksi atau terbuka pun, tapi tetap saja
dadanya terlalu indah untuk dilewatkan. Penisku sering berkedut saat
membayangkan istriku dipaksa melayani banyak penis lain selain penisku sendiri.
Fantasi itu muncul terus-menerus, semakin aku mencoba meredam rasa itu, semakin
hal itu mencoba merangkak keluar dari bawah pikiranku.
***
Suatu waktu di awal pernikahan kami, kami
memutuskan untuk melakukan perjalaanan liburan ke Jepang. Yolanda begitu ingin
merasakan pengalaman menginap di sebuah penginapan tradisional Jepang yang
berada di daerah pegunungan. Ryokan, begitu masyarakat Jepang menyebutnya.
Ryokan tak hanya menyediakan tempat beristirahat atau kamar saja, namun juga
menyediakan makanan khas Jepang dan tentu saja pemandian air panas alami atau
biasa disebut Onsen.
Kami memilih Ryokan di sebuah desa kecil yang
jauh dari pusat kota, letaknya pun cukup terpencil di dataran tinggi
pegunungan. Ryokan yang kami pilih terlihat seperti bangunan tradisional
masyarakat kuno Jepang, di bagian pintu masuk terdapat sebuah papan besar dari
kayu, di sana tertulis informasi tentang ketersediaan kamar dan fasilitas yang
mereka miliki. Seluruh bangunan Ryokan terbuat dari kayu, bahkan lantainya pun
juga terbuat dari lantai kayu yang halus.
Di bagian kamar tersedia tempat tidur
tradisional Jepang yang disebut Tatami yang terbuat dari tenunan jerami. Ryokan
ini juga memiliki satu tempat makan bersama yang berada di bagian tengah
ruangan. Semua tamu makan bersama saat makan malam di sebuah meja persegi
panjang. Karena secara tradisional orang Jepang makan sambil berlutut, mejanya
tidak akan lebih tinggi dari meja kopi pada umumnya. Sebagai alas tempat duduk
juga menggunakan tatami.
“Mas ayo kita nyobain onsen! Mumpung belum
malem.” Ujar Yolanda tak sabaran setelah kami sampai di dalam kamar.
Istriku telah mengenakan kimono yang mirip
jubah mandi, aku yakin jika di balik kimono itu Yolanda sama sekali tak
mengenakan apapun. Bentuk kimono yang lebih pendek, hanya sebatas pinggul,
membuat kaki jenjang Yolanda terbuka dan menggiurkan untuk setiap mata yang
memandangnya. Aku mengiyakan permintaan Yolanda, setelah berganti pakaian kami
berdua langsung menuju ke area Onsen yang berada terpisah dari bangunan utama
Ryokan.
Sebelum memasuki onsen, para pengunjung
diwajibkan untuk membilas tubuh di sebuah kamar mandi kecil. Ruang berukuran
tak lebih dari 2x2 meter itu memiliki dinding dan lantai kayu dengan jendela
terbuka ke arah luar. Di kamar mandi ini kami akan duduk telanjang di bangku
kecil, di sebelahnya terdapat baskom berisi air. Setiap tamu harus menggosok
dan membasuh setiap jengkal tubuh mereka hingga bersih sebelum mengenakan
handuk lalu masuk ke area onsen.
Onsen yang kami tuju berukuran cukup besar, terlihat
seperti sebuah kolam alami. Tidak terlalu dalam, dengan bagian terdalam mungkin
sampai sebatas pinggang orang dewasa. Di sana tiap tamu baik perempuan maupun
laki-laki bisa berendam bersamaan alias bercampur. Ya, pria dan wanita berendam
di mata air panas ini dengan telanjang bulat bebas tanpa penghalang dan bisa
dilihat oleh orang lain. Wanita Jepang cenderung menutupi tubuh mereka
sepenuhnya dengan handuk sampai mereka masuk ke dalam air, kemudian menutupi
tubuh telanjang mereka dengan tangan. Para pria walaupun terlihat tidak nyaman
sebagian besar memperlihatkan penis mereka di depan umum.
Kami tiba di sore hari di musim gugur yang
dingin, air panasnya terasa sangat enak saat kami duduk bersama bersandar di
bebatuan besar yang mengelilingi onsen.
Dengan sinar matahari yang berkilauan menembus daun sakura dari atas, itu
adalah salah satu pengalaman paling menenangkan dalam hidupku. Melihat
sekeliling, aku bisa menyaksikan kebanyakan orang di onsen sedang mengobrol santai
sambil berendam, mengacuhkan orang lain.
Namun, sekelompok lelaki tua yang berjarak
beberapa meter dari kami jelas-jelas melirik mesum ke arah tubuh Yolanda. Aku sama
sekali tak tersinggung, Yolanda memang pantas mendapat perhatian seperti itu.
Dengan rambutnya diikat ke atas, dia adalah penggoda yang sempurna.
Semakin mereka menunjukkan ketertarikan pada
Yolanda, membuatku kembali dalam kubangan bejat fantasi atas tubuh Yolanda. Istriku
tentu saja tidak menyadari hal itu, dia hanya bersandar di bebatuan, di bawah
lenganku dengan mata terpejam. Namun, ketika tanganku mulai tanpa sadar meremas
bahunya, dia langsung melihat kemaluanku mengeras. Sambil membelai daging itu
dengan tangannya di bawah air, dia kemudian mendekat ke telingaku sambil
berbisik,
"Kenapa Mas? Air hangat membuatmu
terangsang ya?"
Itu adalah siksaan sekaligus kesenangan, duduk
di dalam air sementara istriku yang naif terus memainkan penisku dan mendesah
pelan di telingaku. Yolanda tidak tahu bahwa dia membawaku ke pikiran bejat dimana
Aku membayangkan tubuhnya sedang digerayangi tangan-tangan keriput pria tua
yang sedari tadi memandangi kemolekan tubuhnya. Ah, andai saja Aku mempunyai
keberanian lebih sudah pasti Aku akan langsung mendorong tubuh istriku ke
gerombolan pria tua mesum itu untuk disetubuhi secara bersama-sama.
***
Malam harinya semua tamu makan bersama di
ruang utama. Aku dan Yolanda duduk terpisah dari kelompok besar tamu lain. Selama
makan malam, aku bisa melihat para pria tua yang sama dengan di onsen tadi
duduk bersama lagi. Kali ini dalam kelompok yang lebih besar sekitar 12 orang
di meja persegi pendek yang berada tak jauh dari meja kami.
Beberapa diantara mereka masih memandangi Yolanda
dengan tatapan mesum. Mereka sama sekali tak menganggapku ada. Sekali lagi,
keadaan seperti itu sama sekali tak membuatku marah atau tersinggung, justru
sebaliknya. Aku menjadi benar-benar bernafsu, fantasiku membuat nalar sehat
telah terputus mutlak. Bahkan saat itupun penisku mengeras karena membayangkan
Yolanda mengerang, memberontak, dan menangis karena dikeroyok oleh mereka.
Jadi wajar saja setelah makan malam, aku
dengan bersemangat membawa Yolanda kembali ke kamar kami dan bercinta. Malam
itu kami berdua sangat liar, bahkan aku sampai harus menutupi mulut Yolanda
sepanjang waktu agar desahan serta erangannya tak terdengar oleh tamu yang
lain.
***
Aku tidak ingat jam berapa Aku tertidur
setelah hampir semalaman bercinta dengan Yolanda, tetapi matahari baru saja
terbit ketika aku bangun dan mendapati diriku sendirian di atas tatami. Aku
memandangi sekeliling ruangan, Yolanda tak berada di kamar.
“Ah mungkin dia sedang berendam di onsen
sendirian.” Pikirku dalam
hati.
Aku langsung mengenakan jubah mandi dan
sandalku sendiri untuk menyusul Yolanda. Keluar dari dalam kamar tidur,
langkahku langsung terarah menuju kamar mandi kecil yang ada di bagian depan
onsen. Saat aku bersiap untuk membasuh badan, aku mendengar suara laki-laki
datang dari luar melalui jendela yang terbuka. Penasaran, diam-diam Aku mendekati
jendela untuk mengetahui sosok suara tersebut.
Aku benar-benar terkejut saat mataku bisa
melihat keadaan di luar kamar mandi. Yolanda sudah berada di dalam onsen,
istriku itu telah telanjang bulat dengan rambut terangkat, di kanan kirinya
mengapit dua orang pria tua yang semalam memandangi tubuhnya saat makan malam.
Yolanda sepenuhnya berada di dalam onsen kecuali bagian leher dan wajahnya.
Aku bisa melihat tangannya mati-matian
berusaha menutupi payudaranya yang kenyal. Awalnya aku pikir sedang berkhayal
atau bermimpi. Namun, ketika otakku menyadari ini semua nyata seketika
kemaluanku mulai mengeras karena menyaksikan itu semua. Yolanda tampak tak berdaya dan siap untuk dilecehkan.
Meskipun pria-pria tua itu hanya berbicara
dengan menyentuh bahu istriku, Yolanda jelas merasa tidak nyaman, itu terlihat
pada ekspresi wajahnya. Yolanda meletakkan kedua tangannya dengan kuat pada
payudaranya yang terbuka sambil duduk dengan kaki tertutup rapat. Istriku
berusaha menunduk dan memfokuskan pandangan matanya pada permukaan air, dia
menggigit bibirnya dengan gugup saat para pria tua itu mulai menghimpit
kulitnya yang basah dan halus.
Di sebelah kanan Yolanda adalah seorang lelaki
tua berbadan tambun. Kepalanya cenderung botak di bagian depan, beberapa helai
rambut bersisa tumbuh mengelilingi bagian belakang kepalanya. Satu tangannya
melingkari bahu istriku yang ketakutan,
dia mencondongkan tubuh gemuknya seraya makin mendekati Yolanda.
"Jangan takut nona cantik, kami hanya
ingin mencoba akrab saja denganmu. Hehehehe…”
Sebelum istriku bisa menjawab, Yolanda
tiba-tiba tersentak dan menjerit pelan ketika bajingan gemuk itu meremas
pahanya yang indah di bawah air. Satu pria tua lagi yang berada di sebelah kiri
berpostur kurus dengan rambut putih menipis. Pria tua itu meletakkan tangannya
di belakang kepala istriku, menggerakkan jari-jarinya dengan lembut ke atas dan
ke bawah di belakang leher Yolanda. Seperti temannya, dia juga mulai mencoba
bercakap-cakap.
"Dari mana asalmu? Kamu orang Cina?"
Istriku terlihat sangat cemas, gelisah di
antara bajingan tua dengan kulit yang kusut itu sementara mereka berdua begitu
leluasa menggodanya di dalam kolam. Aku bisa melihat ekspresi jijik pada wajah
Yolanda.
"Bu-Bukan…A-Aku
dari Indonesia.” Ujar Yolanda tergugup.
"Indonesia???" Pekik bajingan tua
kurus dengan mata berbinar.
"Kamu orang Indonesia? Aku sangat
menyukai wanita Indonesia!" Sahut temannya yang bertubuh gendut.
Meskipun tidak ada hal serius yang terjadi,
seluruh adegan itu membuatku terengah-engah. Pikiran nakal mulai mengalir di
benakku seiring dengan makin mengerasnya kemaluanku. Dengan rambut disanggul
dan keringat bercucuran dari poninya, Yolanda berusaha sebaik mungkin untuk
bersikap sopan meskipun dia terlihat gelisah. Aku menyaksikannya dengan hati
yang sangat berdebar dan penis mengeras. Kedua pria tua mesum itu pun mulai
semakin agresif.
"Kamu memiliki tubuh yang sangat seksi
dan wajah yang cantik. Seperti cucuku." Ujar si bajingan gendut, gerakan
tangannya di bawah air pun nampak semakin vulgar. Menyadari jika sesuatu sudah di
luar kendali, Yolanda akhirnya mencoba beranjak dari tempatnya dan pergi
meningglakan kedua bajingan tua itu.
"Maaf,
Aku harus pergi. Suamiku sudah menunggu.”
"Heheheheh. Tenang jangan pergi dulu
cantik." Ucap si kurus sambil menahan tangan Yolanda agar tidak pergi dari
tempatnya.
"Temanku memberimu pujian, bukankah gadis-gadis
Indonesia diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua?" Yolanda melihat
wajah pria botak gendut itu dengan gugup sebelum mengangguk dan bergumam.
"Terima kasih Pak, tapi Aku harus pergi
dari sini. Suamiku sudah…”
"Ahhh... sepagi ini? Suamimu sedang
tidur. Kenapa kamu keluar sendirian? Kamu mencari penis kan? Ayolah, aku
bertaruh kamu adalah gadis nakal dan sudah bercinta dengan banyak penis di
belakang suamimu. Mau bermain dengan kami? Ayo tunjukkan tubuh seksimu!" Sela
si gemuk dengan cepat. Yolanda menggigit bibirnya setelah mendengar itu, aku
tidak tahu apakah dia terangsang atau justru ketakutan saat ini.
"Oke, kalian bisa melihat tubuhku saat
aku keluar dari sini. Jadi, kumohon biarkan aku pergi."
Yolanda berusaha kembali beranjak dari dalam
air, namun si bajingan gendut langsung memeluknya erat-erat, lengannya yang
berukuran besar melingkari bahu istriku. Selama beberapa menit Yolanda
menggeliat dan mencoba melepaskan diri, sementara dua pria tua mesum itu terus menggerakkan
tangan mereka yang keriput di seluruh tubuh telanjang Yolanda. Istriku nampak
putus asa.
"Hen-Hentikan…Aku mohon lepaskan aku!!
Eeemmcchhh…”
Sejujurnya aku tidak tahu harus melakukan apa
saat itu. Sebagian dari diriku ingin segera menolong istriku sebelum semuanya
menjadi tidak terkendali, namun sebagian besar dari diriku yang lain merasa sangat
terangsang melihat kelakuan para kakek bejat itu kepada tubuh istriku. Saat aku
bergumul antara nafsu liar dan hati nurani, aku bahkan tidak menyadari tanganku
telah turun dan mengocok penisku yang mengeras sempurna. Semakin panik ekspresi
Yolanda, semakin keras denyutan birahi yang menyasarku.
Di tengah pemberontakan yang dilakukan Yolanda,
kedua orang tua itu tiba-tiba memegang tangannya dan dengan paksa keduanya menjepit
pergelangan tangan Yolanda ke permukaan batu di bagian belakang onsen. Istriku
benar-benar tak berdaya, dia menatap kedua lelaki tua yang agresif itu dengan
kaget ketika napas pelan keluar dari bibirnya. Kemudian sebelum dia bisa
berteriak, sebuah tangan langsung menutup mulutnya. Sambil mencondongkan tubuh
lebih dekat, si bajingan kurus berbisik pelan,
"Sssttt.... sekarang masih pagi, semua
orang di sini sedang tidur. Kamu mau membangunkan mereka?"
Dengan mata terbelalak tak percaya, Yolanda
berusaha menjerit dan kembali melakukan pemberontakan, berusaha melepaskan
diri. Namun, dalam perjuangannya, Yolanda secara tidak sengaja melengkungkan
punggungnya hingga membuat payudara bulat yang indah miliknya muncul ke
permukaan air menunjukkan kedua puting menggemaskan berwarna merah.
Sungguh pemandangan yang menggoda, seolah-olah
seluruh adegan terjadi dalam gerakan lambat. Kedua bajingan tua itu benar-benar
terpikat oleh kemolekan tubuh Yolanda, mereka menatap dengan nanar puting merah
tebal yang terlihat utuh, sementara
istriku yang berontak mencoba untuk tenggelam kembali ke dalam air. Segera, si
botak gendut meraih punggung Yolanda dengan tangannya yang lain dan mengangkat kembali
tubuh istriku, menjaga payudaranya tetap di atas permukaan air.
Kepanikan dan ketakutan tergambar jelas pada
tingkah serta ekspresi wajah istriku. Yolanda sendirian dalam keadaan
telanjang, berharap dua bajingan tua mesum yang sedang mengerjainya segera
sadar dan melepaskannya. Yolanda menggelengkan kepalanya dengan putus asa
sementara air mata mulai jatuh membasahi pipinya, dia menatap miris kedua bajingan
tua itu saat mereka tertawa dan berbicara satu sama lain dalam bahasa Jepang.
Meskipun aku tidak tahu apa yang mereka
katakan, niat jahat mereka jelas terlihat dari cara mereka melirik mangsanya
yang gemetaran. Yolanda berusaha menendang-nendangkan kedua kakinya namun itu
justru memancing para bajingan tua itu untuk semakin agresif dan brutal.
Keduanya berhasil menjamah payudara istriku yang sekal dan lembut, meremasnya
secara cepat dan keras.
Aku masih melihat adegan demi adegan pelecehan
yang menimpa istriku dari balik jendela kamar mandi sambil terus mengocok
batang penis menggunakan tangan. Semua ini sangat nyata, persis seperti dengan fantasiku
selama ini! Gila! Ini benarbenar gila! Menyaksikan dua bajingan tua yang
memperlakukan Yolanda seperti wanita murahan membuat tubuhku benar-benar di
luar kendali, bahkan keinginan untuk menyelamatkan istriku kini benar-benar
telah pudar. Semakin Yolanda melawan mereka, semakin keras pula kemaluanku.
"Ayo terus…Terus lakukan seperti itu, dia
hanya seorang pelacur murahan…" Desisku dalam hati.
Dua bajingan tua itu rakus menghisap payudara
istriku, bak anak sapi yang meyusu dengan kelaparan. Mereka mungkin bukan
pejantan muda, tetapi dari sikap mesum mereka pada tubuh Yolanda, terlihat
keduanya adalah sepasang binatang buas jompo yang sangat berpengalaman. Pada
satu waktu, si gemuk bahkan sampai menggigit dan menarik puting Yolanda yang
menonjol membuat istriku merintih kesal. Tidak butuh waktu lama bagi kedua
puting itu untuk mengeras dan berubah menjadi warna merah cerah menyala.
Si kurus mengarahkan pergelangan tangan Yolanda
kepada si gendut, yang kemudian menyatukannya dengan pergelangan tangan Yolanda
yang lain di atas batu. Si kurus
kemudian meraih vagina istriku di bawah air. Aku tidak tahu apa yang
sedang dilakukannya, tetapi dikombinasikan dengan serangan ganda di putingnya
yang mengeras, tubuh istriku tersentak bak cacing kepanasan. Beberapa menit
kemudian, Yolanda menggeliat penuh kenikmatan, kepalanya miring ke sisi batu
dan tanpa sadar justru melengkungkan punggungnya, payudaranya makin membusung
membuat mulut para bajingan tua itu semakin mudah melakukan hisapan
“Aaaacchhhhhh……”
Posting Komentar
0 Komentar