THE PARTY

 


SINOPSIS:

Sepasang suami istri yang berumah tangga sekian tahun sedang mengalami fase kejenuhan. Karena mendapat info dari seseorang, keduanya mengikuti sebuah event treatment dengan judul “The Party” dengan tujuan mempererat hubungan mereka yang semakin merenggang. The Party sendiri adalah sebuah event seksualitas untuk beberapa orang pasangan yang diikuti oleh kalangan menengah atas, di dalam event itu tidak ada lagi norma-norma tabu, para peserta bisa bebas melakukan pemenuhan hasrat birahi mereka tanpa aturan mengikat. Bagaimana akhir dari kisah panas ini?

GENRE : DRAMA EROTIC

FORMAT : FILE PDF

JUMLAH HALAMAN : 110 HALAMAN

HARGA : Rp 15.000


PROLOG


“Lu yakin ini bakal membawa perubahan?” Tanyaku semakin berdebar-debar seiring semakin mendekatnya tujuan kami.

“Hopefully say, this is our last effort.” Kata Ricky sambil menggenggam telapak tanganku dengan hangat,

“Kalau sampai ini gak berhasil dan kita harus cerai, kita masih teman baik kan?” dia menoleh ke arahku, kami saling pandang. Aku tersenyum kecil dan mengangguk,

“Belum married dulu kita emangnya teman baik, mungkin udah takdir kita sebagai teman bukan sebagai suami istri. Eh, jalan tuh!” Kataku menyadari lampu hijau sudah menyala dan mobil di belakang mengklakson. Ricky buru-buru menjalankan mobil meneruskan perjalanan.

Hari itu Sabtu, cuaca cerah namun tidak dengan hati kami, kegundahan memenuhi hatiku dan suamiku ini. Empat tahun lebih pernikahan kami sedang di ujung tanduk menuju perceraian. Secara materi kami bisa dibilang sangat berkelimpahan, Ricky mempunyai karier mapan, dalam usia 34 tahun ia telah menjabat wakil direktur di perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi.

Aku sendiri Leni, 29 tahun, dikarunia wajah yang cantik oriental dengan tubuh ideal berpostur sedang. Semua mengatakan kami pasangan yang sempurna, yang pria tampan dan yang wanita cantik, dan sudah hidup mapan pula. Ooohh... seandainya saja mereka tahu yang sebenarnya, semua tidaklah seindah yang mereka lihat. Ingin rasanya aku berteriak pada mereka, “WHAT DO YOU KNOW, BITCH!!??”. Buah hati yang belum kunjung lahir adalah awal segala masalah, Ricky adalah satu-satunya anak laki-laki di keluarganya sehingga orang tuanya sangat berharap cucu darinya. Ini yang menyebabkan mama mertuaku sering sinis padaku. Kami sudah berusaha dan berkonsultasi dengan beberapa dokter, namun semua hasilnya tidak memuaskan, ada dokter yang mengatakan masalahnya di Ricky yang spermanya lemah, tapi dokter lain mengatakan ada masalah di rahimku.

Aku tidak tahu mana yang benar, sejauh ini kami berhubungan intim normal-normal saja. Di tengah kesibukan Ricky yang karirnya makin menanjak dan diriku yang mengelola bisnis catering dari rumah, waktu kami berdua semakin berkurang, sehingga yang ada malah pertengkaran yang dipicu hal-hal sepele. Setelah berkonsultasi ke psikiater dan juga pendeta, kami mulai saling terbuka satu sama lain untuk mendekatkan diri. Dari situ keluarlah pengakuan bahwa kami masing-masing pernah melakukan selingkuh selama empat tahun pernikahan kami.

Ricky pernah melakukan dua kali dengan wanita panggilan ketika perjalanan bisnis ke luar negeri, sedangkan aku sendiri dengan mantan pacarku yang sudah tinggal di kota lain. Kami berhubungan lagi lewat medsos dan aku bercinta sekali dengannya ketika ia datang ke kota ini sekalian mengunjungiku. Kekhilafan yang terjadi karena kesepian dan jenuh dengan rutinitas ini memang akhirnya kusesali. Saat itu aku merasakan hatiku hancur dan aku tahu Ricky juga merasakan hal yang sama sampai kami kehilangan kata-kata waktu itu. Malam itu kami sepakat untuk mengakhiri saja pernikahan kami.

Namun besok lusanya, Ricky berubah pikiran, ia cerita padaku setelah curhat dengan sepupunya di Bandung, sang sepupu mengusulkan sebuah solusi terakhir. Sebuah solusi yang nyeleneh kalau tidak mau dibilang gila. Menurut sepupu suamiku itu, kami mengalami kejenuhan dalam pernikahan ditambah tekanan karena belum memiliki keturunan, kuakui yang satu ini memang benar, sehingga kami memerlukan sebuah treatment. Namun ini bukan treatment biasa yang diisi dengan meditasi atau doa untuk menenangkan diri, ini adalah treatment dimana peserta dapat melampiaskan birahi seliar-liarnya bahkan di depan pasangan. Eksplorasi seksual seperti ini membuat peserta lebih jujur ke pasangan sekaligus mendapat kenikmatan yang berbeda.

“Sinting!” itu yang pertama keluar dari mulutku setelah mendengar penuturannya.

“Lu yah, masa dengerin si Ryan yang sex maniac itu?!”

“Leni honey... “ ia menggenggam tanganku dan menatapku.

“Ini kan cuma ide, jangan marah gitu dong.”

"Rick, gimana Gua gak marah, suami gua pengen gua ML sama orang lain, termasuk threesome, orgy, sama kegilaan lainnya!"

Aku memang pernah bercinta dengan dua orang mantan pacarku dan sekali terlibat one night stand dengan teman sebelum menikah dulu. Tapi soal cuckold, threesome, gangbang bahkan orgy tidak pernah terpikir olehku untuk melakukannya, memang ada fantasi ke arah sana namun aku tidak punya cukup keberanian untuk itu. Terlebih setelah menikah, Ricky adalah satu-satunya yang pernah bercinta denganku, kecuali sekali kekhilafan dengan mantanku itu.

"But we did it anyway, right? Gua, Lu, thats why kita sampai ke tahap ini kan? Terus apa bedanya kalau terjadi lagi di level yang lebih tinggi, kita sama-sama tahu bahkan saling menyaksikan, sensasi rasa cemburu itu yang bikin kita makin hot sama pasangan.”

“Jadi untuk itu kita berdua harus sama-sama melakukan penyelewengan?”

“Gua tanya Lu dulu, apa definisi menyeleweng itu? Seseorang itu dikatakan menyeleweng kalau dia melakukan hal di luar pengetahuan pasangannya, dengan kata lain dia melakukan secara sembunyi-sembunyi sehingga pasangannya gak tahu dan gak pernah menyetujuinya. Beda dengan event ini. Semuanya terbuka dan melalui persetujuan bersama antara kedua pasangan suami-istri itu!” jawab suamiku.

Aku terdiam meresapi kata-katanya, mungkin ada benarnya juga, kami perlu hiburan yang tidak biasa, perlu mencoba sesuatu yang baru untuk merefresh hubungan kita.

“Emang si Ryan udah pernah nyoba ke acara itu? Terus hasilnya gimana?”

“Justru dia udah pernah makanya dia cerita, katanya sex life dia sama bininya ML lebih bergairah setelah ikutan acara itu."

"Jadi Ryan melihat si Viona ML sama cowok lain?"

"Yup, dan sebaliknya, kadang juga mereka tukar pasangan atau rame-rame dengan orang lain." Aku mengernyitkan dahi mendengarnya, aku baru tahu ada klub yang membuat event segila itu di Indonesia.

"Kalaupun ngga ada hasilnya, ya anggaplah itu pesta perpisahan buat kita, gimana?” Ricky merangkul tubuhku dan mendekapnya. Aku menghela nafas dan mengambil rokoknya yang ia letakkan di bibir asbak lalu menghisapnya.

“Ya udah, kalau gitu Lu atur aja, gimana emang cara ikutnya?”

“Ini ngga bisa sembarang daftar, mereka dapat peserta itu lewat rekomendasi member, kalau kita mau ikut Gua besok hubungi Ryan minta rekomendasi dari dia, udah gitu baru kita dihubungi sama mereka.”

“Oke then, I’m just waiting.” jawabku kembali menghisap rokok di jariku.

“Hei! Sejak kapan lu ngerokok lagi? Sini!” Ricky merebutnya dari tanganku.

“Sejak barusan, nggak liat?” aku melepaskan pelukannya dan beranjak dari sofa.

“Gua mau cuci muka sikat gigi dulu, cape pengen bobo.”

Dalam hati aku diam-diam tersenyum, ia masih perhatian padaku seperti jaman pacaran dulu, aku selalu dilarangnya menyentuh rokok alasannya demi kebaikanku. Ia masih mencintaiku sebagaimana aku masih mencintainya di tengah ujian dalam pernikahan kami.

Tiga hari kemudian, Ricky memberitahu bahwa ia telah menerima email persetujuan atas rekomendasi dari sepupunya. Kami bersama melihat email tersebut dan mempelajari keterangan lengkapnya dalam dokumen PDF. The Party, itulah yang tertera pada kepala dokumen. Kami mempelajari dokumen yang berisi kontrak dan peraturan-peraturan yang wajib ditaati, antara lain, peserta harus berusia 21 tahun ke atas, dilarang membawa anak-anak dan orang lain yang bukan peserta ke lokasi treatment. Dilarang membawa dan mengkonsumsi narkoba, serta dokumentasi dalam bentuk apapun dilarang keras. Juga tercantum biaya yang terbilang mahal, untuk menjadi peserta satu paket per event saja dua puluh lima juta untuk tiga malam, sementara untuk menjadi member dikenai biaya tahunan dua ratus juta, bisa mengikuti acara kapan saja dengan koordinasi dengan pihak penyelenggara terlebih dahulu. Dengan biaya setinggi itu, sudah dapat dipastikan yang menjadi member pastilah kelas menengah atas.

Urusan selanjutnya, Ricky lah yang mengurus, kami memutuskan mencoba paket tiga hari dua malam. Setelah mengurus administrasi via online dan WA kami akhirnya mendapat tempat dua minggu kemudian. Kembali ke awal cerita, akhirnya tibalah kami pada hari yang ditentukan, mobil kami sudah memasuki gerbang kompleks perumahan elite di pinggir ibukota, sesuai alamat yang diberikan. Kini kami tinggal mencari kantor marketing propertinya. Tidak sulit menemukan tempat tersebut yang terletak di kompleks ruko di depan gerbang masuk, bangunannya yang bertingkat tiga dengan papan nama besar mencolok.

“Siang, saya mau bertemu dengan Bu Grace, udah janji atas nama Ricky Setiadi.” kata suamiku pada resepsionis.

“Baik Pak, ditunggu sebentar ya.” si resepsionis segera mengangkat telepon untuk menghubungi,

“Iya Bu, baik.” Resepsionis itu menutup telepon lalu berkata,

“Bapak ibu langsung saja ke lantai dua, ruangan Bu Grace yang di depannya ada bangku Panjang.”

Kami pun segera ke atas dan baru juga sampai di lantai dua, pintu yang dimaksud sudah membuka dan keluarlah seorang wanita cantik berambut sebahu dihighlight kemerahan tersenyum ke arah kami.

“Halo, Ricky dan Leni kan?” sapanya menghampiri kami dan mengulurkan tangannya.

“Saya Grace, kita selama ini udah berhubungan lewat WA.”

Kami berjabatan tangan, wanita itu nampak lebih cantik dari di picture profile WA, usianya kira-kira pertengahan tiga puluhan, sebaya dengan kami. Profil tubuhnya juga ideal, dengan tingginya sekitar 160an, terlihat seksi tapi anggun dalam gaun putih lengan panjang dengan V-neck serta potongan bawah yang rendah memamerkan keindahan pahanya. Kulihat Ricky curi-curi pandang ke bagian terbuka itu, aku sudah maklum dengan naluri pria seperti itu.

“Mari kita masuk dulu, ada beberapa hal yang harus diurus sebelum kita ke sana.” katanya ramah.

Di dalam ia mempersilakan kami duduk di sofa. Mataku memandangi ruangan ini dengan kagum. Sebagai public relation, kantor Grace lumayan mewah dan lega dilengkapi furniture berkelas. Setelah mengambil sebuah kotak jinjing dari dalam lemari, ia duduk di hadapan kami.

“Sebelumnya saya ucapkan selamat datang dulu di The Party!” katanya.

“Apa ada yang mau ditanyakan dulu?”

“Pertama-tama saya mau tahu dulu profil perusahaan yang mengadakan event ini, kok bisa ya ada bisnis seperti ini di Indonesia, itu yang bikin saya penasaran.” tanya Ricky.

Grace tersenyum, nampaknya ia sudah biasa menghadapi pertanyaan seperti ini, kemudian ia mulai menjelaskan bahwa klub treatment dan kompleks elite ini berada di bawah perusahaan yang sama, yang juga bergerak di bidang security, hiburan, dan perhotelan. Lebih lanjut lagi, ia mulai bercerita lebih jauh tentang The Party ini.

“Proyek ini tadinya hanyalah percobaan, namun di luar dugaan peminatnya ternyata banyak dan hingga kini sudah berjalan tujuh tahun, dan terus mengalami perkembangan. Kami menangkap peluang pasar kaum menengah atas akan kebutuhan rekreasi yang tidak biasa, rekreasi erotis yang biasa kita temui di beberapa negara Eropa Barat dan Jepang, namun karena budaya di kita belum bisa menerimanya, maka klub ini bisa dibilang semi underground, hanya untuk kalangan tertentu yang sudah terseleksi saja, dan kami sangat menjamin privasi dan kerahasiaan setiap klien kami.”

“Ehm, siapa saja yang menjadi klien kalian?” berikutnya aku yang bertanya.

“Oh sangat beragam dan dari berbagai kota di Indonesia, bahkan ada beberapa dari luar negeri, termasuk ekspatriat, seingat saya ada dari Singapura, Australia, Taiwan macem-macem. Dan seperti yang kalian ketahui, pangsa pasarnya adalah kelas menengah atas. Kami memiliki klien pejabat, anggota dewan, selebritis.”

“Selebitis? Jadi ada artis atau musisi juga?” tanyaku lagi. Grace mengangguk.

“Juga tercatat ada seorang atlet nasional, baru masuk tahun lalu, mereka mengambil VIP membership sehingga yang ikut hanya kalangan mereka saja, tidak ada orang luar, karena privacy sangat penting bagi tokoh publik kan?”

“Tempat treatment ini, apa hanya di sini aja?” tanya Ricky

“Ya untuk pulau Jawa dan ada satu lagi di Bali, we have secret beach there, kedepannya kemungkinan akan bertambah lagi tempatnya.”

Kami terdiam menghadapi kenyataan bahwa bisnis erotis seperti ini ternyata sudah ada di Indonesia dan kami akan segera menjadi bagian di dalamnya. Setelah menerangkan cukup detail mengenai event ini, ia membuka laci mejanya dan mengeluarkan dua kotak kecil berisi cincin platinum bergaris biru yang elegan.

“Ini adalah tanda pengenal peserta treatment dan menjadi milik kalian, harap dipakai selama acara.” Kami pun mengambil benda itu dan memakai di jari masing-masing, ukurannya pas. Pantas saja di formulir pendaftaran kami harus mengisi ukuran cincin, ternyata untuk ini.

“Peserta memakai cincin seperti itu, sementara aktor-aktor kami yang akan meramaikan acara memakai cincin hitam seperti ini.” ia membuka smartphone dan menunjukkan gambar sebentuk cincin berwarna hitam.

“Jadi kalau bertemu yang memakai ini dan melakukan sesuatu yang membuat terkejut, tenang saja, itu hanya skenario, keamanan dan kenyamanan kalian selama di treatment kami jamin sepenuhnya.”

“Satu lagi hal penting, di kontrak sudah tertulis bahwa dokumentasi dalam bentuk apapun dilarang di treatment, untuk itu bila kalian membawa kamera, smartphone, atau apapun untuk merekam harus dititip di sini!” kata wanita itu berjalan ke arah lemari mengeluarkan dua buah kotak.

“Kami telah menyediakan smartphone khusus agar kalian bisa tetap berkomunikasi dengan keluarga, selain itu admin acara akan selalu berhubungan kalian lewat pesan WA, sekarang pindahkan chip kalian dan tukar dengan smartphone kami!”

Smartphone itu adalah type Samsung pada umumnya, hanya telah dimodifikasi sehingga kameranya tidak berfungsi. Kami pun mengeluarkan chip dan memasukkannya ke smartphone yang diberikan oleh Grace.

“Kalau misalnya ada yang nakal diam-diam bawa alat buat dokumentasi acara gimana?” tanya Ricky sambil mengganti chip.

“Maka besoknya tubuhnya akan mengambang di Citarum.” jawaban itu membuat kami terhenyak dua detikan hingga akhirnya Grace tersenyum nakal melihat reaksi kami.

“Bercanda hihihi. Itu tidak akan terjadi karena kami punya semua rekaman CCTV kegiatan peserta, jadi baik perusahaan dan member memegang kartu as-nya masing-masing, tinggal ikuti saja peraturannnya, that simple.”

Setelah menerima kuitansi untuk mengambil barang kami bila mau pulang nanti, Grace mengajak kami ke tempat treatment.



Posting Komentar

0 Komentar