LAWAN YANG SALAH

 


GENRE : THRILLER EROTIC

JUMLAH HALAMAN : 42 HALAMAN

HARGA : Rp 10.000


Sudah seminggu ini aku coba untuk menyelesaikan proposal proyek, tapi selalu gagal. Aku benar-benar kehilangan konsentrasi padahal proposal itu harus sudah kuajukan minggu depan. Akhirnya kuputuskan untuk berlibur sambil menyelesaikan proposal tersebut. Siang itu aku bersama istriku, Mayang, berangkat ke sebuah daerah wisata di pegunungan, berjarak 3 jam perjalanan dari tempat tinggalku. Singkat cerita aku dan Mayang tiba di sana dan mulai mencari villa, sayangnya banyak villa yang sudah terisi.

Ketika masih mencari, aku melihat sebuah papan petunjuk tentang keberadaan sebuah villa yang agak masuk ke dalam gang. Aku segera memasuki jalan kecil yang di sebelahnya adalah perkebunan. Kira-kira 200 meter dari jalan utama kami tiba di sebuah halaman villa yang tak begitu besar. Aku matikan mobilku dan segera turun. Suasana di sekitar villa tersebut cukup lenggang, bahkan bangunan villa ini menjadi satu-satunya yang berdiri, sementara di kanan kirinya dikelilingi oleh area perkebunan dan persawahan milik warga sekitar. Dari dalam bangunan bercat putih tersebut muncul seorang pria muda berjalan mendekat sambil tersenyum ramah kepadaku. Usianya mungkin sekitar 20 tahunan.

“Selamat sore Pak, ada yang bisa saya bantu?” tanya pemuda itu.

“Sore, apa villa ini disewakan?” tanyaku.

“Disewakan Pak. Mau lihat-lihat dulu mungkin?“ jawab pemuda itu.

“Ah nggak usah, langsung aja saya sewa untuk  tiga malam.”

“Baik Pak, mari saya antar masuk ke dalam.”

Ujang, nama pemuda itu. Tugasnya adalah menjaga serta melayani tamu yang menyewa villa ini. Di bagian belakang villa ternyata ada bangunan kecil yang berfungsi sebagai tempat istirahat untuk Ujang. Tak hanya bertugas membersihkan serta menjaga keamanan bangunan, rupanya Ujang juga bertugas sebagai juru masak. Jenis layanan yang belum pernah Aku temui di villa lain.

***

Malam menjelang, aku dan Mayang menikmati makan malam nasi goreng yang dibuatkan oleh Ujang. Selesai makan, aku segera membuka laptopku dan mulai mengerjakan sisa proposal yang harus kuselesaikan. Mayang menemaniku sambil menonton TV. Lumayan lancar pekerjaanku. Menjelang jam 10 malam aku menghentikan pekerjaan dan bergabung dengan Mayang menonton TV. Sambil nonton, aku membelai pahanya hingga ke selangkangannya.

Di selangkangannya, jariku langsung bertemu dengan bibir kemaluan gundul yang mulai lembab. Mayang memang jarang menggunakan CD. Kugosok bibir kemaluannya yang bersih dari bulu. Sebenarnya bulu kemaluannya luar biasa lebat hingga tumbuh sampai ke pangkal pahanya. Hanya di bagian bibir kemaluannya selalu dicukur bersih.

“Suasananya mendukung untuk threesome ya Ma?“ kataku sambil mencium tengkuknya. Kami memang sering melakukan hubungan sex bertiga dengan pria lain yang tidak mengenal kami. Bahkan tak jarang Aku menyewa gigolo untuk memuaskan hasrat istriku.

“Iya sih, tapi kalo sekarang mau main sama siapa?” Tanya Mayang sambil meremas kontolku di balik boxer yang kupakai.

Kami sama sama terdiam sesaat. Aku menggosok gosok klitorisnya. Mayang melebarkan kedua pahanya sehingga aku semakin mudah menggosok bibir kemaluanya sambil terus berpikir. Akhirnya terbayang seseorang di benakku.

“Bagaimana kalau si Ujang saja Ma?” kataku.

“Ujang? Cowok yang jaga villa tadi?” tanya istriku sambil memasukkan tangannya ke dalam boxerku untuk meraih kemaluanku.

“Iya, gimana? Not bad lah, tampangnya memang kayak pemuda kampung, tapi postur tubuhnya oke lah.” Kataku.

“Hmmm, nggak apa-apa sih. Tapi gimana cara kita ngomongnya nanti?”

“Ah tenang, itu jadi bagianku.”

“Oke deh Pa, Mama ngikut maunya Papa aja.”

Setelah itu kami bercinta dengan sangat panas, pikiranku sudah membayangkan bagaimana nanti vagina Mayang disesaki oleh kontol lain selain kontolku. Sebuah obsesi yang sejak dulu selalu membuatku bersemangat.

***

Keesokan harinya kami bangun sekitar jam 9 pagi, Aku keluar kamar lebih dahulu dan duduk di kursi santai di beranda villa. Tak lama Ujang datang sambil membawakan 2 cangkir kopi hangat.

“Mau sarapan apa Pak?” Tanya Ujang, senyumnya masih seramah kemarin.

“Nanti saja, nunggu istriku bangun ya.”

“Ah, baik Pak. Kalo Bapak butuh sesuatu bisa panggil Saya di belakang.”

“Ok Jang, makasih ya.”

Ketika Ujang belum sempat beranjak dari tempatnya, Mayang keluar dari dalam kamar. Istriku tampak super sexy. Ia menggunakan lingerie hitam sebatas paha. Bahannya dari satin yang tipis nyaris tembus pandang. Kulit Mayang yang putih sangat kontras dengan warna lingerie itu, kemolekan tubuhnya seperti tercetak jelas. Seolah istriku telanjang bulat, karena dia tidak menggunakan BH dan CD.

Payudara Mayang montok walau sudah sedikit kendor, maklum istriku sudah berumur 40 tahun dan aku sendiri 42 tahun. Bulu kemaluannya kelihatan kontras dengan paha dan perutnya yang putih. Pantat istriku yang besar dan pinggulnya melebar seperti sesak di balik lingerie yang kekecilan. Mayang lalu duduk tepat di sampingku.

“Selamat pagi Bu, mau sarapan apa?” Tanya Ujang yang melirik malu-malu ke arah Mayang. Aku pura tak melihatnya padahal dalam hati Aku tau satu rencanaku telah berhasil membuat Ujang masuk ke dalam perangkap.

“Nasi goreng kayaknya enak pagi-pagi gini Jang.” Jawab Mayang.

“Baik Bu, ada yang lain mungkin Bu?” Tanya Ujang memastikan.

“Itu aja Jang, makasih ya.”

“Saya buatkan dulu kalo begitu, permisi.”

Aku bisa melihat perubahan ekspresi wajah Ujang saat menatap tubuh Mayang. Aku yakin benar jika pemuda itu mulai tergoda akan kemolekan tubuh istriku. Ketika Ujang telah beranjak ke dapur Aku langsung mempersiapkan peralatan yang selalu Aku bawa ketika staycation bersama Mayang. Beberapa minicam yang terkoneksi dengan laptopku langsung Aku pasang di beberapa sudut ruangan villa.

“Nanti kamu maen dulu sama Ujang waktu Aku pergi ya Ma.” Kataku memberi perintah pada Mayang.

“Yakin Pa? Kenapa nggak langsung liat di sini aja sih?”

“Jangan, Ujang bukan seperti gigolo yang sering kita sewa. Pemuda itu masih polos, kita harus cari cara agar dia merasa nyaman dan nggak canggung.” Kataku menjelaskan, Mayang tampak mengerti akan maksudku.

“Pokoknya kamu bikin dia senyaman mungkin, nanti kalo udah mencair suasananya baru Aku ikut gabung.” Lanjutku.

“Oke deh Pa.”

Setelah memastikan semua kamera terpasang dengan rapi dan tak mengundang kecurigaan, Aku bergegas menuju ke dapur, menyusul Ujang yang masih sibuk menyiapkan sarapan.

“Jang, Aku pergi dulu ya. Ada yang mau Aku beli di kota.” Kataku beralasan.

“Loh mau kemana Pak? Apa nggak sebaiknya sarapan dulu? Biar nanti Ujang yang beli kebutuhan Bapak.” Kata Ujang setelah meletakkan alat penggorengan.

“Nggak usah, biar Aku berangkat sendiri aja, cuma sebentar kok. Nitip Ibu sebentar ya Jang, jangan diapa-apain. Hehehehe.” Godaku.

“Ba-baik Pak.” Jawab Ujang tergugup.

Aku tersenyum tipis sembari melangkah pergi meninggalkan dapur. Aku yakin jika Ujang sebentar lagi tidak akan bisa menutupi hasratnya pada tubuh Mayang, istriku yang binal. Di dalam mobil Aku sudah membayangkan bagaimana kebinalan istriku akan bertemu kepolosan pemuda kampung. Setelah yakin cukup jauh dari villa, Aku menghentikan mobil di tepi perkebunan yang sepi, segera Aku keluarkan laptop dan menyambungkannya dengan smartphoneku agar terkoneksi dengan internet.

Ketika layar monitor laptopku menyala, segera aku mengkoneksikan dengan kamera yang telah Aku pasang di dalam villa. Dari empat kamera yang terpasang, semuanya terlihat jelas. Aku bisa melihat secara jelas keadaan di sana, pandangaku terfokus pada satu kamera yang terpasang di ruang tamu. Istriku terlihat dudul di atas sofa, berpura-pura menonton TV, sementara Ujang tampak kikuk membersihkan meja makan. Sepertinya sebentar lagi Mayang akan segera beraksi. Aku tak sabar untuk meyaksikannya.

***

“Ujang, di dekat sini ada tukang pijit nggak?” tanya Mayang yang duduk di sofa tempat nonton TV, Ujang yang masih membereskan meja makan tampak terkejut.

“Ada Bu, tapi mungkin bisa datang ke sini nanti sore atau malam Bu karena kalo siang begini tukang pijatnya masih kerja di kebun.” jawab Ujang.

“Duh, badanku pegel-pegel banget nih Jang. Kalo nunggu nanti sore bakal nggak keburu.” Ucap Mayang sembari berpura-pura memijit tengkuknya sendiri sambil perlahan memutar kepalanya beberapa kali, area lehernya yang jenjang dan putih seketika bisa terlihat jelas oleh Ujang. Pemuda itu berusaha untuk bersikap senormal mungkin, meskipun jiwa kelaki-lakiannya berontak bukan main.

“Kamu nggak bisa mijit Jang?” Tanya Mayang, kali ini wanita bertubuh sintal itu beranjak dari sofa dan melangkah pelan menuju meja makan. Gerak gerik Mayang yang gemulai makin membuat Ujang salah tingkah.

“Sa-Saya belum pernah mijit Bu.“ Ucap Ujang sedikit tergagap, kini di hadapannya sudah berdiri sosok Mayang yang hanya mengenakan lingerie sexy berwarna hitam tanpa dalaman. Ujang bisa dengan jelas meyaksikan lekuk tubuh sintal nan menggoda dari balik kain satin tipis itu.

“Gampang kok Jang, tinggal dipijit kayak gini. Nanti juga pake lotion jadi nggak keset…” Mayang tiba-tiba meraih lengan Ujang dan mempraktekan gerakan memijat pada lengan pemuda itu. Ujang terhenyak, dia tak menyangka jika akan disentuh tangan lembut milik Mayang.

“Ta-Tapi Bu…”

“Udah nggak usah banyak alasan, bentar doang kok. Ayo pijitin Aku.”

Mayang tanpa ragu menarik tangan Ujang dan mengajaknya ke sofa di depan TV. Bak kerbau yang dicokok hidungnya Ujang hanya bisa menuruti langkah kaki Mayang yang mendahuluinya. Pemuda itu makin salah tingkah menyaksikan istriku tanpa malu-malu langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Pemuda lugu itu berdiri mematung, seperti tak percaya menyaksikan dengan apa yang sedang dilihat oleh mata kepalanya sendiri.

“Loh kok malah bengong sih Jang?” Istriku duduk di sofa, buah dadanya yang besar menggantung indah di hadapan Ujang yang masih berdiri di depannya.

“A-Anu Bu…Itu…”

“Kenapa? Kamu baru pertama kali liat wanita telanjang ya?” Ujar Mayang dengan memberi tatapan menggoda, bahkan kini dia sengaja membuka kedua pahanya lebar-lebar, menunjukkan ceruk liang vaginanya pada Ujang. Pemuda itu hanya diam tertegun, jakunnya naik turun seraya kedua matanya memandangi kemolekan tubuh telanjang Mayang.

“Ayo lepas bajumu Jang.” Lanjut Mayang memberi perintah.

“Le-Lepas baju Bu…?”

“Iya dong, masa Aku doang yang telanjang, Kamu juga dong Jang.”

Terlihat di kamera, Ujang terlihat ragu-ragu tapi perlahan pemuda lugu itu perlahan mulai melepas kaosnya. Menyusul kemudian celana panjang yang dikenakannya hingga menyisakan celana dalam saja. Mayang tersenyum penuh arti, sepertinya istriku itu cukup puas dengan penampilan fisik Ujang yang lumayan kekar, apalagi di balik celana dalamnya

“Sempakmu juga dilepas dong Jang…” Perintah Mayang.

“I-Ini juga Bu…?” Ujar Ujang seraya menunjuk celana dalamnya sendiri.

“Iyalah, kayak Aku gini.” Jawab Mayang sambil melebarkan kedua bilah pahanya yang putih mulus.

“Ba-Baik Bu…”

Perlahan Ujang memelorotkan satu-satunya penutup yang masih melekat pada tubuhnya. Kontolnya yang hitam legam langsung mencuat begitu saja, ukurannya jauh lebih besar dibanding punyaku, panjang nan kekar. Mayang beringsut mendekati pemuda itu, matanya nanar menatap batang kontol di hadapannya.

“Gila...Kok udah keras gini Jang?” Ujar Mayang sembari menegelus pelan bagian kepala kontol Ujang, membuat pemuda itu bergidik kegelian.

“Ma-Maaf Bu..”

“Kok maaf? Kamu lucu banget sih Jang, hihihihi.”

“Saya takut ketauan Bapak.” Ucap Ujang dengan polosnya. Mayang tersenyum mendengarnya.

“Nggak usah takut, lagian di sini kan cuma kita berdua aja Jang. Nggak ada yang tau.”

“Ta-Tapi nanti kalo Bapak tiba-tiba kembali ke sini gimana Bu?”

Raut wajah Ujang tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Pemuda itu rupanya sangat segan terhadapku, bahkan begitu takut jika keadaannya sekarang bersama Mayang diketahui olehku. Ujang tak mengetahui jika sedari tadi Aku sudah mengamati gerak-geriknya bersama Mayang lewat kamera tersembunyi yang telah Aku pasang di beberapa sudut ruang villa.

“Ah nggak usah takut kayak gitu, suamiku pergi masih lama kok. Ayo sini Aku ajarin mijit bentar, habis itu giliranmu mijitin Aku.” Mayang menarik tangan Ujang menuju sofa. Pemuda itu menurut saja ketika istriku memerintahkannya untuk tiduran di atas sofa dengan posisi terlentang.

Mayang meraih botol lotion yang telah dipersiapkannya dari tadi, dituangkannya lotion pada kedua tangannya. Kemudian dengan perlahan dan lembut, Mayang mulai membalurkan lotion itu ke seluruh permukaan paha milik Ujang. Istriku mulai memijat paha Ujang mulai dari atas lutut terus naik hingga ke pangkalnya. Ujang sesekali memejamkan kedua matanya saat jemari lembut istriku menyentuh kantung buah pelirnya.

“Enak Jang?”

“E-Enak Bu…”

“Udah bisa kan Jang? Atau masih mau Aku pijitin lagi?”

“Bi-Bisa Bu..”

Ujang bangkit dari posisi tidurnya, kini giliran istriku yang rebahan di atas sofa. Ujang mulai mempraktekan apa yang telah dilakukan oleh istriku sebelumnya, setelah membalurkan lotion ke paha, pemuda itu mulai memijit istriku secara perlahan. Mata Ujang sama sekali tak pernah berpaling dari dua gundukan payudara dan lipatan kemaluan milik istriku. Mayang sepertinya sudah tau apa yang ada di dalam benak pemuda lugu itu, tangan kiri istriku itu pun mulai menjamah kontol Ujang yang makin menegang. Diremasnya sambil sesekali mengocoknya perlahan.

“Enak banget pijatanmu Jang.”

“I-Iya Bu..” Jawab Ujang tergugup.

“Tapi jangan pahanya doang Jang, yang lain juga dong.”

“Ba-Baik Bu…”

Pijatan tangan ujang beranjak ke atas, menyisir perut kemudian berhenti di area payudara istriku. Pemuda itu meremas pelan gundukan lembut itu, Mayang mendesis perlahan sambil menggigit bibirnya sendiri ketika remasan jemari kasar Ujang semakin intens. Sesekali Ujang juga memainkan kedua putting istriku yang sudah keras sedari tadi. Tak ayal desisan Mayang kini berubah menjadi desahan.

“Ouuuccchhh Jang….”

“Sakit Bu?”

“Nggak Jang, enak banget…Terusin…”

Ujang rupanya mudah menyerap pelajaran tentang teknik memijat. Gerakan tangannya makin luwes menjamah tiap jengkal bagian tubuh istriku. Tak hanya di bagian payudara saja, jemari Ujang merayap ke semua titik tubuh istriku hingga membuat Mayang kelejotan bak cacing kepanasan. Apalagi ketika jemari Ujang merayap turun dan berhenti di gundukan kemaluannya.

“Ouucchhhh Jang!!!”

Ujang tak bergeming, tanpa banyak bicara jemarinya mulai merayap, menggesek permukaan vagina Mayang dengan gerakan menusuk. Awalnya cuma bagian ujungnya saja, tapi lama kelamaan ujung jemari pemuda itu menerobos masuk kemudian mengocoknya. Diperlakukan seperti itu sontak membuat Mayang kelejotan, tubuhnya bergerak liar diiringi lenguhan manja dari bibirnya.

“Aaaccchh Jaang….Kamu apain memekku??? Ouucchhh…Sssstt….”

“Ujang kocokin Bu.”

“Ouucchhh…Enak Jang…Enak….”

Kepolosan serta keluguan pemuda itu seolah hilang begitu saja. Birahinya sebagai seorang pria menuntun seluruh gerak tubuh serta perilakunya untuk bertindak diluar batas kewajaran. Pada akhirnya jebakanku dengan Mayang berhasil membuat Ujang larut dalam nafsunya sendiri. Ujang kini merubah posisi duduknya, pemuda itu berpindah di sisi depan selangkangan istriku yang terbuka lebar. Sesaat dia kembali mengobel memek Mayang sebelum akhirnya merundukkan kepalanya mendekati liang senggama istriku.

Jemarinya membuka celah bibir kemaluan Mayang yang basah, hidungnya mendengus-dengus layaknya seekor anjing pelacak lalu diiringi lidahnya menjulur kasar dan mulai menjilati permukaan vagina Mayang. Istriku mendesah sambil meremas-remas rambut pemuda itu dan berusaha membenamkan kepala Ujang lebih dalam lagi. Ujang sedikit kesulitan bergerak karena kedua paha Mayang ikut menjepit tubuhnya.

“Ouucchhh Jang!! Iya di situ Jang! Jilatin di situ! Aaachh!!”

“Eeemmcchhhh…Eeemmchhhhh..” Ujang berusaha mengatur nafasnya sambil terus menjilati vagina Mayang yang semakin basah.

“Pinter banget kamu Jang! Aaachh enak banget Jang!!” Ceracau Mayang tak karuan. Aku yang menyaksikan adegan mesum itu dari layar laptop pun mulai ikut bernafsu, tak sabar rasanya ingin segera ikut bergabung.

“Sakit Bu…” Ujang menarik kepalanya, dengan wajah polos dia mengelap bibirnya yang basah seraya menatap wajah istriku yang sudah memerah akibat gairah.

“Enggak Jang, nggak sakit kok. Ini enak banget, kamu belajar darimana?” Ujar Mayang penasaran.

“Da-Dari film bokep Bu…” Jawab Ujang tersipu malu.

“Oh…Kamu suka nonton film gituan ya?” Selidik Mayang, kini istriku bangkit duduk hingga saling berhadapan dengan Ujang.

“Kadang-kadang suka nonton Bu, kalo lagi senggang.”

“Hehehee, udah nggak apa-apa Jang. Wajar kok, Ibu juga suka nonton film kayak gitu.”

“I-Iya Bu…”

“Terus, kok kontolmu bisa gede banget kayak gini Jang? Pake obat ya?” Tanya Mayang seraya meraih batang kontol Ujang yang masih mengeras sempurna. Sempat kaget, tapi pemuda itu pada akhirnya hanya diam saja, tak melawan sedikitpun.

“O-Obat apa ya Bu?” Tanya Ujang kebingungan, sementara jemari lembut Mayang mulai mengocok kontolnya naik turun.

“Ya obat buat gedein kontol, kamu kasih itu ya? Hmmm…Baru kali ini aku megang kontol sebesar dan sepanjang ini, mana keras banget lagi.” Puji Mayang sambil terus menggerakkan tangan kanannya naik turun.

“Enggak kok Bu, Ujang nggak pernah ngasih apa-apa. Cuma memang Ujang sering coli, mungkin karena itu bisa jadi gede kayak gini.” Suara Ujang terdengar lirih dan serak, mungkin dia mulai tak tahan dengan kocokan Mayang pada batang kontolnya.

“Eeemmcchh…Pantes kalo gitu. Kamu kalo coli seminggu berapa kali Jang?” Tanya Mayang kemudian.

“Ng-Nggak tentu Bu…Ucchhhhhh…Ka-Kadang seminggu tiga kali…Eeemmcchhh..”

“Ouch, masih normal itu Jang.”

“I-Iya Bu…Sssstttt…..”

“Kenapa Jang? Sakit ya?”

“Enggak Bu, enak banget malah…”

“Kalo diginiin enak nggak?”

Mayang  berpindah posisi berada di antara kaki Ujang memasukkan kontolnya ke dalam mulutnya. Ujang berbaring dan menikmati sepongan istriku itu, sesekali melihat apa yang Mayang lakukan. Seperti yang dibayangkan, rasa linu menyelimuti blowjob yang diberikan. Bibir tipisnya mengecup lembut kontol Ujang lalu menuruni hingga pangkal kontolnya. Suaranya terdengar cukup kencang, mirip dengan orang yang sedang menjilati es krim. Ujang merapikan rambut panjang Mayang sambil menyaksikan wajah cantik istriku yang sedang berada diantara kakinya.

"Awwhh…Hhmm enak banget…" desah Ujang yang dijawab dengan lirikan Mayang.

Ujang terdiam karena keahlian Mayang memainkan kontolnya. Ukuran kontol Ujang yang cukup besar itu bisa ia masukkan hingga pangkal, artinya kontolnya masuk hingga dalam kerongkongan Mayang. Saat ia mengeluarkan kontol Ujang dari mulutnya, torpedo milik pemuda polos itu pun sudah berlumur cairan kontol dan ludah. Saat ia mengocokkan kontol itu, rasanya sangat licin serta rasanya jauh lebih nikmat dari yang Ujang lakukan sendiri. Merasa tak tahan dengan kenikmatan yang dirasakan kontolnya, Ujang memohon,

"Ouucchhhh…Stop Bu…”

“Kenapa Jang? Mau muncrat ya?”

“I-Iya Bu…” Ujang sampai harus memejamkan kedua matanya, seolah tak tahan dengan geliat bibir Mayang pada batang kontolnya barusan.

“Hihihi..Ya udah kamu masukin sekarang ya kontolmu.”

“Ma-Masukin kemana Bu?” Tanya Ujang bak kambing congek yang tak tau apa-apa. Mayang makin tergelak, dia sama sekali tak mengira jika Ujang akan sepolos ini.

“Kamu lucu banget deh Jang!” Ucap Mayang sembari menyeka air matanya yang jatuh karena tawa.

“Ma-maf Bu…Saya belum pernah kayak gini…”

“Hah? Serius kamu belum pernah ngewe???” Pekik Mayang tak percaya, sementara Ujang hanya menggeleng pelan.

“Wah berarti kali ini Aku dapat perjakamu dong Jang?”

“I-Iya Bu..” Ujar Ujang lirih.

“Ya udah, sekarang kamu masukin kontolmu ke sini ya Jang. Pekan-pelan aja, nanti Aku bantuin.” Ucap Mayang seraya memposisikan tubuh sintalnya terlentang dengan kedua paha yang terbuka lebar. Ujang menatap nanar permukaan vagina istriku itu, seolah tau dengan apa yang akan dia lakukan sesaat lagi.


Posting Komentar

0 Komentar