SEDARAH
GENRE : DRAMA EROTIC
JUMLAH HALAMAN : 202 HALAMAN
HARGA : Rp 30.000
PART 1
Aku berlari
sekuat tenaga masuk ke dalam rumah. Bukan untuk menyelamatkan diri tapi karena
malas harus basah-basahan badan ini. Sudah beberapa bulan ini setiap hari saat
pulang sekolah aku harus kehujanan. Kata Mama bulan yang akhirannya ber-beran
itu pasti akan turun hujan, apalagi kalau bulan Desember. Memang negara ini
hanya punya dua musim, hujan dan kemarau, jadi kita harus siap kalau nggak
kehujanan ya kekeringan.
Aku langsung
melempar kedua sepatuku pada sebuah rak kecil di depan pintu dapur bagian luar.
Setelahnya aku langsung menuju kamarku untuk meletakkan tas sekolahku dan
melepas baju seragamku.
“Bima, bajunya
taruh di mesin cuci, jangan tumpuk di kamar!”
“Iya Maa.”
Oiya, namaku Bima,
umurku sudah 19 tahun tapi masih kelas 12. Kalau ditanya kenapa masih sekolah
SMA, ya karena pas sekolah dasar dulu aku pernah tidak naik kelas sekali. Bukan
karena aku nakal atau melanggar aturan sekolah tapi karena saat kelas 5 SD aku
sakit sampai sering keluar masuk rumah sakit, makanya aku lama tak masuk
sekolah. Sebenarnya menyiksa banget kalau pas ketemu teman sekelas pas SD dulu.
Mereka saat ini sudah kuliah, sedangkan aku masih berseragam abu-abu putih.
Aku anak kedua
dari dua bersaudara. Kakakku perempuan, umurnya 21 tahun. Namanya Naura,
wajahnya cantik dengan sorot mata yang tajam namun teduh di baliknya. Alisnya
tebal dan matanya bulat. Dia kuliah semester 6 tahun ini di sebuah kampus yang
masih satu kota dengan rumahku, jadi dia setiap hari pulang ke rumah. Kakakku
itu orangnya supel dan rame kalau diajak pergi kemana gitu, jadi temannya
banyak dan sering gonta-ganti pacarnya sampai aku lupa hitungannya.
“Bim, langsung
mandi aja deh, daripada cuma ganti baju badannya bau.” ucap Mamaku dengan
lantang dari luar pintu kamarku.
“Iya Maaaa,
ini udah mau mandi kok.” jawabku.
Tanpa menunggu
lama aku segera melepaskan bajuku dengan menyisakan celana dalam lalu
kubelitkan handuk di tubuhku. Aku tak mau ada amukan dari Mama kalau aku tak
segera melakukan apa yang diperintahnya. Dengan segera kutenteng baju dan
celanaku menuju tempat mesin cuci yang ada di sebelah pintu kamar mandi.
Sebelum aku masuk ke dalam kamar mandi aku sempat melihat Mamaku sedang
menyiapkan sesuatu di dapur. Karena Mamaku saat itu memakai daster yang anggak
pendek jadi aku bisa melihat kedua paha Mama yang putih saat dia membungkuk.
“Maa…” ucapku
hendak mengingatkannya tapi entah kenapa terhenti.
“Iya dek, ada
apa sih?”
“Emm..ngga
jadi Ma..” balasku.
“Ya udah
cepetan mandi sana, ntar Kakakmu datang malah ribut lagi masalah kamar mandi.”
Aku tak
membalas ucapan Mama, langsung saja kututup pintu kamar mandi begitu aku berada
di dalamnya. Sejenak kukagumi wajah Mama yang masih cantik di umurnya yang 42
tahun itu. Begitu juga tubuhnya yang masih langsing terawat meski ada timbunan
lemak, itupun tak banyak. Sungguh tak menyiratkan kalau seumuran Mamaku itu
sudah pantas menimang cucu.
Setelah aku
masuk ke dalam kamar mandi dan telanjang bulat, sejenak kuamati tubuhku sendiri
pada sebuah kaca lebar. Kaca itu memang sengaja dipasang di dalam kamar mandi
atas permintaan Mama. Entah apa tujuannya aku juga belum tau sampai sekarang.
Bentuk tubuhku memang tak seatletis pemain bola atau teman-temanku yang sering
nge-gym, tapi bentuk perutku lumayan rata karena aku menyukai renang secara
teratur.
“Ahhh…..”
mulutku menggumam saat tanganku menyentuh permukaan batang kejantananku.
Rasanya memang
enak saat batang kontolku tersentuh jari-jemari tanganku. Tak manufik, aku
memang suka coli, bahkan sering melakukannya. Tanganku terus mengelus-elus
batang kebanggaanku itu sampai mengeras maksimal dan menunjukkan ukurannya yang
bisa aku bangnggakan. Tapi aku segera melepaskannya, aku lanjut mandi dulu biar
Mama tak curiga. Soalnya dari suaranya aku bisa mendengar Mama masih berada di
dapur yang letaknya tepat di depan pintu kamar mandi.
Kubalurkan
sabun keseluruh permukaan tubuhku seperti biasa sampai busanya melimpah. Namun
saat sapuan tanganku mengenai kontolku kembali kurasakan sensasi nikmat yang
memabukkan itu. Ahh, aku tak kuasa lagi menahannya. Langsung saja kukocok
kemaluanku itu pelan-pelan sampai kembali menegang dengan sempurna.
Braakkk!!
“Kyaaaa!!”
Tiba-tiba
seseorang membuka dengan cepat pintu kamar mandi. Setelah itu langsung
terdengar teriakan kaget dari depan pintu itu.
“Aduhhh Kaaakkk!!!
Main buka aja!” teriakku dari dalam kamar mandi saat kudapati kakak perempuanku
berdiri di depan pintu. Kulihat kak Naura sudah dalam balutan handuk merah yang
menutupi tubuhnya. Aku mengira dia juga mau mandi.
“Lhah, salah
sendiri ngapain mandi ngga dikunci pintunya!?” balas Kak Naura tanpa merasa
berdosa.
“Ya udah,
cepetan tutup pintunya!” sergahku lagi. Aku merasa malu dilihat telanjang oleh
kakak perempuanku itu, dan parahnya tangan kiriku juga masih memegang kontolku
yang masih tenggak mengacung.
“Eh dek, kamu
coli yah?”
“Ahh Kakak! Ngnggak
lah, ngawur aja!” balasku.
“Halahhh!
Jangan sok baik deh, lihat tuh tanganmu aja masih nempel di situ!” tunjuk kak Naura
pada kemaluanku.
“Eh,eh,kakak,
adek,apa sih ini rame-rame?!” tiba-tiba Mama ikut nimbrung juga.
“Tuh Ma, Bima
coli tuh! Hihihihi…” ucap kakak perempuanku tanpa merasa malu.
“Ehh sudah
tutup pintunya, ngga baik ngolok-olok adek sendiri seperti itu, tapi punya
adekmu itu lumayan juga ukurannya. Hahahahahaaa!!” tawa Mamaku pecah saat
mengomentari batang kontol anak laki-lakinya sendiri. Aku sungguh dibuat malu
oleh mereka berdua.
“Ihhh Mama,
apaan sih?”
Kak Naura lalu
menutup pintu kamar mandi. Aku yang sudah terlanjur hilang mood langsung
menghentikan elusan tanganku dan langsung meneruskan mandi seperti biasa. Entah
kenapa hari ini aku dibuat sial oleh orang-orang yang kusayangi. Tapi aku
bertekat untuk cuek saja di depan mereka. Toh bukan aku yang salah, bukan aku
pula yang memperlihatan tubuh telanjangku pada mereka.
Setelah
selesai mandi aku langsung keluar dengan belitan handuk pada pinggangku. Aku
berusaha pede dan tidak menganggap peristiwa tadi pernah terjadi, toh yang
melihat tubuh telanjangku adalah keluarnggaku sendiri. Kulihat hanya ada Mama
saja yang masih berdiri di depan kompor sambil mengaduk masakan yang dibuatnya.
“Kak Naura
kemana Ma?”
“Tau tuh, tadi
dia balik ke kamar kayaknya.” jawab Mama tanpa melihat ke arahku.
“Lhah tadi
buru-buru mau mandi, sekarang malah ngga ada.”
“Ya udah,
pergi ke kamar kakakmu, kasih tau kalo kamu udah selesai mandi.” Aku langsung
berjalan menuju kamar kak Naura. Meski perasaanku masih dongkol dan jengkel
pada kelakuannya tapi aku pergi juga memberi tahu kakak perempuanku itu.
“Kak, udah tuh
kamar mandinya.” ucapku membuka pintu kamar kak Naura yang memang terbuka
sedikit.
“Eh, iya,iya,”
balasnya.
Sejenak aku
terpana melihat kakak perempuanku. Bagimana tidak, kakakku yang cantik itu
tengah terbaring di atas tempat tidurnya hanya memakai bra dan celana dalam
saja. Sedangkan handuk merah yang tadi di pakainya nampak tergeletak di ujung
tempat tidur. Meski aku sempat terpesona tapi aku langsung pergi dari kamar kak
Naura, sebenarnya aku sudah sering melihat kakak perempuanku itu hanya memakai
bra dan celana dalam saja.
Sudah bukan
hal yang aneh kalau kakak perempuanku hanya memakai bra dan celana dalam saat
keluar dari kamar mandi menuju ke kamarnya. Papa dan Mama juga sering
melihatnya, entahlah, meski mereka sering melihatnya tapi tak pernah
menegurnya. Kalau begini terus siapa yang tahan.
***
Malam hari
sebelum tidur, aku sudah berbaring di atas tempat tidurku sambil memelototi
layar HP. Yah, namanya anak lagi puber pastinya seneng sekali sama film bokep
alias film porno. Di dalam memory HPku aja jumlahnya ada sekitar dua puluh
judul. Belum lagi yang ada dalam laptopku.
Aku sudah
bugil tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhku dan tangan kiriku sudah mulai
mengocok pelan batang kontolku. Di layar Hp sudah pula kuputar film bokep
jepang kesenanganku sebagai sumber inspirasi syahwatku. Ahh, aku paling suka
sekali momen seperti ini. Aku bisa bebas melampiaskan nafsuku tanpa ada yang
mengganggu. Apalagi tadi sore saat aku coli di kamar mandi diganggu sama
kakakku. Akhirnya birahiku pun menumpuk hingga membuat kulit kontolku semakin
nikmat saat disentuh.
Cklekk
Krieett
Brakk!!
Pintu kamarku
terbuka. Anjrit, aku lupa menguncinya tadi.
“Adeeekkkk!!”
teriak Kak Naura yang menangkap basah aku sedang coli di atas tempat tidurku.
Kakak perempuanku yang malam itu memakai tanktop hitam dan celana pendek ketat
itu masuk tanpa permisi. Kacau deh.
“Hadeeuuhh…apaan
sih Kak!? Gangguin orang lagi seneng aja!” protesku tanpa berusaha menutupi
ketelanjanganku. aku sudah cuek pada kak Naura.
“Eh, iya, maaf-maaf,
Kakak ngga sengaja tadi.” balasnya enteng.
“Trus, Kakak
maunya apa masuk kemari?” tanyaku sambil masih berbaring telanjang. Kurasa
kakak perempuanku tak hanya kali itu saja melihatku telanjang dengan batang kontol
tenggak mengeras.
“Hemm, Kakak
cuma mau pinjem charger laptop, punyaku ketinggalan di rumah temen.” ucapnya
polos, namun pandangan matanya beberapa kali melirik ke arah batang kontolku
yang tenggak menjulang.
“Iya deh, tuh
pake aja.” balasku.
Kak Naura
langsung menuju kolong meja belajarku lalu memungut kabel charger laptop
punyaku, kebetulan tipe laptop kami sama. Sambil menggulung kabel charger
kutemui tatapan mata kak Naura beberapa kali mengarah ke batang kontolku, iseng
kulepaskan tanganku yang sedari tadi menutupinya. Sekarang kakak perempuanku
itu bisa melihat kontolku dengan jelas.
“Napa Kak?
Kagum yah? Hehehe…” ucapku menggodanya.
“Helehhh, gitu
aja bangga, macam Kakak ngga pernah lihat laki-laki telanjang aja.” balasnya.
“Lhah, berarti
Kakak sering dong lihat laki-laki telanjang? Hayoo, siapa Kak? Jangan-jangan…?”
godaku lagi.
“Eh, itu, ya
lihat di foto-foto lah, di internet banyak!” balasnya beralasan. Aku pikir
ucapan kak Naura itu hanya alasannya saja, dari mimik wajahnya aku tahu dia
sedang berbohong.
“Ya udah, kalo
udah selesai cepetan keluar sono, gangguin orang lagi enak aja.” suruhku dengan
sengit.
“Dasar adek
mesum! Ya udah kamu lanjutian aja, moga tuh dengkul ngga kosong isinya, hihihi,”
ucap Kak Naura terkekeh sambil keluar dari dalam kamarku.
Setelah Kak Naura
keluar dari kamarku mendadak aku bengong sendirian. Entah dari mana datangnya
keberanian menghadapi kakak perempuanku seperti tadi. Bahkan dengan kondisi
mempertontonkan batang kontolku sendiri yang sedang tenggak mengeras. Ah, kacau
nih. Aku ngnggak bisa bayangin kalau sampai kak Naura melapor pada Mama atau
pada Papa. Bisa-bisa laptop dan HPku bakalan disita sama mereka.
Aku langsung
loncat dari tempat tidurku dan menuju ke kamar kak Naura yang ada di sebelah
kamarku. Saking bingungnya aku sampai tak menyadari kalau tubuhku masih belum
tertutup apa-apa. Itu baru aku sadari setelah kak Naura kaget melihat
kedatanganku.
“Dekkkk…
ngapain sih kamu kemari bugil gitu??”
“Halahh,
biarin, kakak kan udah lihat semuanya, percuma juga aku sembunyikan.” balasku
berusaha cuek saja.
“Dasar adek
mesumm!”
“Biarin mesum
tapi baik hati, eh Kak, tolong dong jangan lapor sama Papa Mama ya….” ujarku
sambil mendekati kak Naura. Batang kontolku yang tadi sempat lemas tiba-tiba
langsung tenggak mengeras kembali.
“Eh, ii-iya,
iya….” balas Kak Naura gugup, mungkin karena mukanya sedang ditodong sama
pistol berambut milikku. Haha.
“Beneran ya Kak!?”
“Iya dek, udah
ahh, kamu keluar sana! Mengganggu pemandangan aja!” usirnya.
Akupun
mengikuti apa permintaannya. Aku keluar dari dalam kamar Kak Naura, namun
terlebih dulu aku kecup pipinya tanda sayang, itu sudah biasa kami lakukan
semenjak kecil dulu. Semoga apa yang dijanjikannya untuk tidak melaporkan
perbuatanku pada Mama dan Papa dia pegang.
***
Suatu siang
yang terik dan panas aku menuju ke rumah temanku. Selepas sekolah tadi dia
berjanji mau memberiku file film bokep yang katanya bagus dan baru saja
didownload olehnya. Akupun sebagai penggemar film bokep merasa harus menambah
koleksiku. Itulah kenapa aku bergegas menuju rumahnya.
Temanku itu
hidup sendirian di rumahnya. Bukan karena dia yatim piatu tapi karena dia anak
tunggal, sedangkan kedua orang tuanya sudah cerai dan Mamanya pergi kerja ke
luar pulau. Kadang 5 bulan sekali baru pulang. Sampai sekarang akupun tak tahu Mama
temanku itu kerja dimana. Temanku itu termasuk dalam kategori laki-laki yang
ganteng dan menarik namun tak mengetahui kalau dia ganteng dan menarik. Apalagi
dengan penampilannya yang asal-asalan membuat kesan cuek dan introvert melekat
pada dirinya. Padahal semua anggapan orang lain itu salah besar.
“Don, Doni,
gua di depan nih!” panggilku di depan pintu rumahnya yang tertutup.
“Masuk bro! Udah
Gua siapin yang bakal bikin Lu kagum.” ucapnya saat aku sudah masuk ke dalam
rumahnya yang terlihat acak-acakan.
Begitu aku
masuk ke dalam, langsung bisa aku rasakan bau asap rokok yang menyengat dan tak
sedap. Aku tahu kalau temanku itu memang merokok, tapi tak lebih dari itu, dia
memang nakal tapi masih dalam batas.
“Apaan sih? Baru
yah?” tanyaku saat sudah masuk ke dalam rumahnya.
“Tonton aja.”
balasnya sambil melepas baju seragamnya, sebentar kemudian dia kembali duduk di
depan meja komputer dengan hanya memakai celana pendek boxer saja.
“Mana?” akupun
mendekatinya. Sejenak kemudian dia memutar sebuah film bokep asia yang file-nya
bejudul “Mommy Lust and Pleasure”.
“Tuh, cantik
kan!?” serunya saat pemeran wanita mulai melepas semua pakaiannya.
“Eh, ini
ceritanya Ibu sama anaknya yah Don?”
“Yupp!”
Aku semakin
tertarik dengan film yang diputarnya. Baru kali ini aku menonton film bokep
asia yang bertemakan hubungan ibu dan anaknya. Meskipun saat surfing di
internet sudah sering aku temui tapi entah kenapa aku tak tertarik. Baru
sekarang ini aku menontonnya secara keseluruhan.
“Bungkus ngnggak
bro??” tanya Doni melihatku.
“Eh iya, boleh
tuh.” balasku gelagapan karena kontolku mulai ngaceng.
“Yahh, baru
nonton dikit aja udah horni lu! cemen lu bro.” ejeknya melihatku yang memang
mulai menahan nafsu.
“Lhah, emang
lu kanggak?”
“Udah,udah mana
HP lu, sini!”
Akhirnya file
yang ditawarkan oleh Doni berhasil masuk ke dalam HP ku. Setelah itu kami
ngobrol ngalor-ngidul tanpa ada hal penting yang dibicarakan.
“Bro, besok
kayaknya kita ngga bisa setenang ini nonton bokep di rumah gua.”
“Emang napa
Don?” tanyaku penasaran.
“Itu, emm. Mama
gua pulang, dia ngga kerja di luar pulau lagi.” balas Doni kemudian menghisap
rokoknya.
“Ya udah,
malah harusnya lu seneng, bisa ketemu sama Mama lu terus.”
“Hehhhhh…kita
lihat aja nanti bro.” balasnya dengan menghela nafas panjang. aku tak tahu itu
apa artinya tapi dari sorot mata Doni aku bisa melihat kegalauan yang dalam.
“Oke deh bro,
gua pulang aja dulu, ntar emak gua cariin.” Urusan selesai, aku langsung pulang
ke rumah tanpa mampir lagi ke tempat lainnya.
Posting Komentar
0 Komentar