YOUTUBER
SINOPSIS:
Malam telah
larut di perkampungan itu, seorang lelaki terlihat mengendap-endap di samping
rumah tetangganya. Kepalanya celingukan melihat sekeliling, salah satu
tangannya menenteng kursi plastik ukuran sedang. Begitu dirasa aman, lelaki itu
menempatkan kursi plastiknya tepat di bawah celah ventilasi salah satu kamar.
Seolah sudah tahu apa yang ada di baliknya, dengan hati-hati lelaki itu naik ke
kursi plastik sehingga tingginya sampai di celah ventilasi kamar itu. Kedua
bola matanya segera menatap tajam mengawasi keadaan di dalam kamar itu.
Seorang wanita
bertubuh sintal terlihat sedang memakai pakaian menggoda dan tengah merayu
lelaki yang sepertinya adalah suaminya. Lelaki pengintip menahan nafasnya yang
menderu akibat keseksian tubuh wanita itu. Sementara itu suami si wanita malah
terlihat ogah-ogahan dan membelakangi wanita itu, entah kecapekan atau apa yang
membuat sang suami memilih tidur alih-alih menanggapi rayuan istrinya sendiri.
Kecewa karena
ditinggal tidur, apalagi terlanjur memakai pakaian yang menggoda, wanita itu
memilih untuk meraba dan menggerayangi tubuhnya sendiri. Sepertinya itu yang
ditunggu oleh si pengintip, matanya tidak berkedip menyaksikan pemandangan yang
telah dinantikan sedari tadi. Sang suami telah lelap dalam tidurnya ketika
wanita itu mulai mendesah penuh nafsu, tangan kirinya bergerak lincah meremas
salah satu bongkahan payudaranya, sedang tangan kanannya turun ke bawah dan
menyusup di balik celana dalamnya sendiri.
Cukup lama
wanita itu bermain dengan birahinya, desahan dan lenguhannya semakin terdengar
menggoda, kedua tangannya bergerak semakin liar merangsang tubuhnya sendiri,
hingga tak lama kemudian sampailah dia di titik puncaknya. Perlahan tubuh
wanita itu melemas, kemudian tertidur dalam kondisi pakaian acak-acakan. Si
pengintip cukup puas melihatnya, meski dalam hatinya menuntut lebih.
***
"Yoo
mamen, balik lagi dengan gua, Roberto Carlos, di makan keliling dunia"
opening yang familiar itu lagi-lagi terdengar di telingaku. Bagaimana tidak,
hampir setiap hari aku menyaksikan video dari Youtuber panutanku itu. Aku
memberanikan diri terjun sebagai food vlogger karena terinspirasi
darinya.
Di era media
sosial sekarang ini, semua orang berlomba-lomba untuk eksis di dunia maya.
Selain menjadi jalan pintas untuk terkenal, belakangan ini media sosial juga
menjadi alat paling populer untuk menghasilkan pundi-pundi uang. Sebagai contoh
si Roberto Carlos Youtuber panutanku, hanya dari satu video saja dia sudah bisa
mendapatkan belasan hingga puluhan juta.
Tapi tentu saja
hal itu baru bisa dicapai setelah berusaha keras mati-matian mengumpulkan
penonton atau penggemar yang tertarik dengan konten buatan kita. Tidak ada hal
yang instan di dunia ini, aku yakin sebelumnya si Roberto Carlos beserta timnya
telah melewati berbagai masalah dan rintangan hingga bisa seperti sekarang.
Sejak dulu Rio memang gemar membawa kamera kemana-mana, acapkali dia menjadi
tukang foto keliling untuk segala kegiatan sekolah yang kita jalankan. Tidak
hanya karena punya kamera, Rio memang memiliki bakat di bidang itu, terbukti
hasil jepretannya selalu bagus dan memuaskan semua orang yang melihatnya.
Tidak hanya
itu, Rio juga mulai belajar editing foto dan video untuk melengkapi bakatnya
itu. Semua video yang telah kami unggah di Youtube merupakan hasil kreasinya,
aku hanya tinggal ngobrol ngalor ngidul aja sesuai kebiasaanku sehari-hari.
Sebagai Youtuber pemula, tentu saja aku tidak bisa mengandalkan Youtube saja
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski masih tinggal bersama orang tua,
sungkan rasanya kalau masih meminta uang jajan di usiaku yang sudah melewati
belasan ini. Demi menunjang kegiatan per-Youtube-an kami, aku melakukan
berbagai macam pekerjaan sambilan yang bisa kulakukan, sementara Rio sudah
mantap bertugas sebagai penjaga warnet.
Seperti biasa,
setiap malam aku mampir ke warnet yang dijaga Rio untuk melihat hasil editing
videonya. Selama ini kami konsisten membuat satu video setiap minggu karena
menurut perhitungan kami itu adalah waktu yang cukup untuk membuat konten
sekaligus mengeditnya. Sudah cukup banyak video yang kami unggah dalam channel
Youtube bertajuk Makan Unik. Sesuai rencana awal, kami memang
fokus membuat konten makanan yang unik dan jarang diketahui orang. Sayangnya
saking jarangnya malah yang lihat videonya juga jarang.
Sedangkan aku
sendiri masih tergolong sangat baru dalam industri ini, channel Youtube
buatanku masih sepi peminat. Setiap video yang kubuat juga tidak banyak yang
melihat, bisa dihitung dengan jari lah. Itu pun paling yang nonton ya saudara
atau temen sendiri. Meski demikian aku tidak patah semangat dan berusaha tetap
konsisten membuat video bersama sahabatku yang bertugas sebagai kameramen. Rio
nama sahabatku, aku mengenalnya cukup lama sejak masa SMA. Sama-sama tidak
mampu untuk lanjut kuliah, kami berdua mencoba peruntungan di dunia Youtube. Meski
demikian, aku dan Rio tetap konsisten membuat satu video setiap minggunya.
Bukan karena tidak mau menyerah, tapi kami sudah terbiasa melakukan itu
sehingga malah ada yang kurang rasanya jika dalam seminggu tidak membuat konten
video.
***
Orang bijak
selalu bilang,
"Hasil
tidak akan mengkhianati usaha". Setelah hampir belasan video kami
buat, perlahan-lahan peminat konten kami mulai meningkat, meski tidak terlalu
signifikan. Sekarang mulai ada orang lain yang melihat video kami, selain
saudara dan teman kami. Mereka juga mulai meninggalkan komentar meski ala
kadarnya.
Sampai suatu
hari Rio menemukan komentar yang cukup unik. Jika biasanya komentar yang masuk
hanya sekedar basa-basi atau memberikan semangat untuk terus berkarya, kali ini
si pemberi komentar itu menuliskan saran untuk konten kami selanjutnya.
"Coba
bikin konten di warung daerah xxx kak, denger-denger di sana sangat laris
karena makanannya murah dan enak, plus yang jualan cantik pula" begitu
kira-kira komentar yang ditunjukkan oleh Rio kepadaku. Wajahnya terlihat cukup
antusias, mungkin dia telah mengetahui daerah sana atau pernah mendengarnya.
"Alah,
paling kamu tertarik sama yang jualan aja kan?" sindirku cepat, sudah lama
aku bergaul dengannya dan bagiku Rio tergolong pemuda yang mesum. Sebagai
penjaga warnet paling veteran, tidak terhitung koleksi film porno yang dia
simpan di komputer operator.
"Tapi ini
termasuk unik juga cuy" elaknya tidak mau kalah. Padahal biasanya kami
menilai keunikan suatu tempat itu dari makanan yang disajikan, bukan dari
penjualnya. Tapi demi menuruti hasrat Rio yang tidak tertahankan, aku mengalah
saja deh, lagipula baru kali ini dia begitu bersemangat untuk membuat konten.
"Oke deh,
sikat" balasku akhirnya, wajah Rio terlihat puas, kami pun mulai menyusun
rencana dan melakukan persiapan seperti biasanya.
Tidak banyak
informasi tentang tempat itu di internet, aku jadi ikut antusias untuk membuat
konten di sana. Semakin sedikit yang tahu, maka semakin berharga lah informasi
dari konten yang akan kami buat nanti. Setelah menelusuri cukup lama, akhirnya
Rio bisa mendapatkan lokasi lengkap dari tempat tersebut, termasuk jam buka dan
tutupnya. Karena tempat itu baru buka malam hari, aku dan Rio berangkat ke sana
setelah matahari benar-benar terbenam. Tempatnya agak terpelosok dan melewati
cukup banyak gang kecil. Anehnya saat bertanya kepada beberapa orang di jalan,
ternyata jarang yang mengetahui tempat itu, padahal berdasarkan peta lokasinya
sudah sangat dekat. Aku merasa ada yang tidak beres dengan lokasi yang kita
tuju.
Firasat buruk
memang jarang meleset, setelah bertanya pada satu orang yang mengetahui lokasi
yang kami maksud, aku dan Rio akhirnya sampai di tempat tujuan. Sebuah warung
makanan yang ditempatkan di depan rumah pemiliknya, warung Bu Joko. Bentuknya
sih biasa saja, sama saja lah dengan warung makanan pada umumnya, tapi yang
membuatku merasa tidak nyaman adalah suasananya yang sepi dan hening. Praktis
hanya ada sepeda motor kami di tempat parkir yang terletak di bagian depan
warung.
Posting Komentar
0 Komentar