DEVIL

 


SINOPSIS :

Ketidakpercayaannya pada mitos sebuah patung membuat hidup seorang pria dalam satu malam berubah menjadi teror mencekam. Teror yang membuka tabir gelap masa lalunya.

FORMAT : PDF Book Series

GENRE : MISTERY-HOROR-ROMANTIC SEX-CUCKCOLD-BRUTAL SEX

JUMLAH HALAMAN : 124 HALAMAN

HARGA : Rp 15.000


PROLOG

“Kyaaaaaaaaaaaaaa!!!”

Munculnya sang mentari disambut jeritan wanita berpakaian serba hitam. Suaranya menggema di lembah yang mengelilingi taman tempatnya berdiri.Udara dingin menusuk, tetapi wajah Si Wanita terlihat merah seolah terbakar. Panas! Tegang! Bagaimana tidak, beberapa menit yang lalu ketika dia sedang enak-enaknya merenggangkan badan sambil menghirup udara segar . Tiba-tiba di depanya melintas seorang gadis berpakaian berantakan, berjalan sempoyongan dengan wajah pucat seperti mayat. Masih terbayang di benaknya, tatapan mata tak bersahabat si gadis. Meskipun beradu pandang hanya sesaat,wanita itu dapat melihat pancaran mata tanpa emosi dan penuh rasa putus asa. Gadis itu menyeret langkah dengan bibir bergetar hebat kemudian mencengkram tembok pembatas dan naik.

Buuuuuggg

Sreeek

Sreeekkk

Dalam hitungan detik, gadis itu lenyap. Hanya menyisakan suara bergedebuk . Tubuh gadis itu sudah berguling di lereng curam yang dipenuhi semak dan pohon besar. Si wanita hanya mampu menatap kosong ke tempat gadis itu meloncat. Tubuhnya bergetar hebat dan tak bergerak. Hanya teriakan pilunya yang sempat mengiringi.  Semua terjadi begitu cepat. Samar-samar dia mendengar derap langkah di belakangnya, wanita itu menoleh. Seorang pemuda dengan wajah tak kalah pucat berlari ke arahnya.

“Mbak, apa liat orang ke sini ? Pake baju putih dan....” Belum sempat pemuda itu menyelesaikan ucapan, tangan si wanita terangkat dan menunjuk ke arah gadis itu terjun.

“Ddiiia.. loncat ..” Ucap si wanita terbata-bata.

Si pemuda panik, dia memegang tembok pembatas setinggi 1,5 meter yang di tunjuk si wanita, kemudian menunduk, menggerakan kepala ke kiri dan ke kanan dengan cepat. Berkonsentrasi pada indera pengelihatanya, namun yang dicarinya tidak tampak. Hanya terlihat semak yang patah dan pohon-pohon besar menyeramkan. Pemuda itu bergidik, lereng itu sungguh curam. Kalau manusia jatuh ke sana, kemungkinan akan hilang dan susah di cari. Dia hendak naik ke tembok tetapi mengurungkan niat karena orang-orang mulai berdatangan mengerumuninya. Pemuda itu bercerita dengan memperlihatkan gestur tubuh linglung dan menunjuk ke arah lembah. Orang yang mendengarkan kebanyakan hanya melonggo kebingungan.

Si pemuda merasa putus asa dan bergerak keluar dari kerumunan orang, kemudian duduk bersandar di tembok pembatas. Dia mengatur nafasnya yang tersengal. Kedua telapak tanganya bergerak menutupi wajah. Bahunya berguncang. Dia menangis sesegukan sambil menghentak-hentakan kaki. Selang beberapa menit dia mendengar suara orang berteriak ke arahnya. Pemuda itu mengangkat kepala. Dia melihat orang-orang mengerumuni sesuatu. Dia berdiri, kemudian berlari sambil mengusap air mata, dengan terburu-buru menerobos kerumunan orang.

Pemandangan di depannya membuat pemuda itu memejamkan mata. Tanah yang di pijaknya seolah berputar cepat. Dia sebisa mungkin mempertahankan agar tubuhnya tidak rubuh dan mencoba menenangkan perasaan yang campur aduk. Dia menarik nafas dalam kemudian memberanikan diri membuka mata. Hatinya merasa teriris melihat gadis yang terbaring di rumput. Kepala gadis itu berada di pangkuan seorang lelaki tua. Pakaiannya robek dan tubuhnya penuh luka. Matanya terpejam, kepalanya lunglai dan tubuhnya tidak bergerak sama sekali.

“Dia nyangkut di semak-semak, kalau terus meluncur turun, entah bagaimana cara menemukanya.” Ucap lelaki itu.

“Aaa..apa.. dia baik-baik saja ?” Tanya si pemuda dengan suara bergetar.

“Kita harus bawa dia ke Rumah Sakit, nafasnya lemah sekali. “ Ucap lelaki itu sambil mengangkat tubuh si gadis.  Gadis itu mengerang lemah tanpa membuka mata. Terbersit secercah harapan di wajah si pemuda.

“Saya ikut !” Teriak si pemuda tanpa sadar, si lelaki memandangnya sangsi.

”Saya pacarnya..!” Ucap si pemuda tegas. Lelaki itu menganguk. Mereka bergegas masuk ke dalam mobil yang berada tidak jauh dari sana. Mobil itu kemudian melaju cepat meninggalkan tempat itu. Beberapa orang masih berkerumun di taman. Si wanita yang berpakaian hitam kini dikerumuni orang-orang. Wajahnya sudah tidak tegang, malah terlihat bersinar ceria. Dia bertingkah seperti artis dadakan yang sedang di kerubungi fans.

“Apa yang terjadi ?”

“Kenapa bisa seperti itu ?”

Wanita itu bercerita dengan antusias mengenai apa yang dilihatnya. Orang yang mendengar ceritanya menunjukan reaksi yang berbeda-beda.

“Tubuh gadis itu banyak luka aneh dan bekas cakar,aku sempat melihatnya ! “ Seorang berucap dengan suara dibuat seseram mungkin.

“Ahhhh...palingan dia kena kutukan Sang Putri! Ngeyel sih, kemarin sudah Saya peringatkan tetapi enggak mau denger. Dasar anak kota !” ucap seorang wanita.

***

1 TAHUN SEBELUMNYA

“WOW !! “

Aku takjub. Sungguh mengangumkan pemandangan di depanku, wanita dengan kecantikan luar biasa. Dia berdiri tegak. Tangan kanannya lurus ke depan dan memegang selendang berwarna emas, sementara tangan kirinya menekuk dan berkacak pinggang. Dua ekor anjing yang gagah mengapit wanita itu. Kami berjarak sekitar 5 meter. Aku terpaksa menengadahkan kepala untuk menatapnya karena tingginya hampir 3 kali tinggi tubuhku. Bukan karena aku pendek,tapi karena dia memang tinggi.

Wanita itu tidak bergerak sama sekali. Yap! Dia hanyalah karya seni. Sebuah patung wanita dengan bentuk tubuh hampir sempurna, mengalahkan keindahan wanita yang pernah aku lihat di dunia nyata. Patung yang terbuat dari material utama benda keras dan dikombinasi dengan berbagai macam penghias lain itu berdiri di atas sebuah bangunan berbentuk kotak yang dihias ukiran tradisonal yang indah. Ada tulisan cukup besar ‘REINKARNA’ di tengahnya. Reinkarna adalah nama orang yang di gambarkan patung tersebut. Konon,wanita cantik itu dahulu pernah hidup di sana. Dia adalah putri seorang raja.

Saat ini, aku berlibur di Taman Indah yang terletak di dataran tinggi pulau Pasaki, pulau tempatku lahir. Sebuah pulau kecil yang dihuni sekitar 1 juta orang. Taman Indah adalah nama tempat, luasnya kira-kira 2,000 meter persegi, posisinya di puncak sebuah gunung bernama Gunung Kopi. Tempat ini masih alami. Ada banyak pohon besar dan juga semak-semak liar. Mungkin juga banyak ada binatang buas di dalam hutan. Aku menginap di sebuah penginapan kecil berjarak kurang lebih 300 meter dari sini. Kemarin aku memesan dua kamar. Satu untukku dan satu lagi untuk pacarku yang akan datang hari ini.

Rendra,itulah namaku.Aku seorang lelaki dan aku tidak meragukan hal itu.Aku tahu bedanya alat kelamin pria dan wanita.Tinggiku sekitar 180 cm. Umurku sebentar lagi 22 tahun. Aku tahu dari KTP-ku.Aku lahir tangal 6 september.Tapi jangan salah, 69 bukan angka favoritku. Aku tidak mau diangap lelaki mesum.

Aku mempunyai seorang pacar bernama Reine. Dia cantik, kalau tidak cantik, tidak mungkin kujadikan pacar . Aku tidak pernah mengukur tinggi badannya. Satu hal yang aku sukai yaitu dia lebih pendek dariku sedikit saja, sekitar 10 cm mungkin. Jadi, terasa nyaman ketika dia merebahkan kepala di bahuku.

Aku mengenal Reine dari kecil . Kami satu sekolah ketika SD,SMP,dan SMA. Koleksi fotoku sebagai buktinya. Kulit Reine putih dan bersih . Selain karena pembawaan lahir, juga karena dia rajin mandi dan merawat diri. Matanya indah dihiasi bulu mata yang lentik menambah kesan cantik pada dirinya, apalagi alisnya yang melengkung rapi. Alis yang sangat spesial bagiku, karena alis alami dan bukan hasil mengambar. Aku tidak suka wanita yang sering merubah bentuk alis dengan menggambar. Rambut Reine hitam dan lurus.

Reine, yang kadang kupanggil Rein, cukup lama mencerahkan hariku dengan pandangan matanya yang berbinar-binar. Aku suka senyum Reine , apalagi tawanya yang menghipnotis sehingga aku tidak berkedip melihat deretan gigi putihnya yang dibingkai bibir kemerahan nan tipis. Selain itu, aku begitu suka wajahnya yang mendadak mendung berawan ketika jengkel, sangat menggemaskan.

Bentuk tubuh Reine begitu menggoda. Perut rata dan pinggangnya ramping . Pantatnya juga agak menonjol ke belakang dan terangkat, aku tidak tahu apa sebutan itu. Ukuran payudara Reine aku tidak tahu. Aku tidak pernah mengukur atau menanyakan kepadanya. Aku juga belum pernah menyentuhnya. Meskipun begitu, tetap saja aku sering meliriknya. Dari luar baju , kulihat cukup mengunung dan sepertinya sangat berisi dan kencang. Beberapa kali dia memeluku dari belakang dan aku merasakan ada sesuatu yang kenyal menempel di punggungku.

Kalau kupikir-pikir, keelokan tubuh Reine mungkin mirip dengan patung Putri Reinkarna yang berdiri anggun di depanku sekarang. Itu hanya pendapatku, karena aku mengagumi kedua wanita itu. Meskipun satu makhluk hidup dan satu lagi benda mati. Memikirkan hal tersebut,membuatku hampir lupa kalau pandangan mataku masih belum lepas dari patung itu dan leherku mulai terasa sakit.

“Huuuffffffttt!!” Kuhembuskan nafas kuat, lalu aku menunduk, kugoyangkan kepala untuk mengurangi pegal di leher. Hawa dingin yang menelusup celah pakaian membuatku sedikit mengigil. Kupejamkan mata sambil menarik nafas dalam. Udara yang memenuhi Paru-paruku terasa begitu bersih, sangat berbeda dengan udara kota tempat tinggalku yang penuh polusi.

Selain keindahan patung Putri Reinkerna, pemandangan dari tempat ini juga sangat memukau. Di sebelah Timur terlihat deretan rapat pohon-pohon besar dan tinggi, sinar Matahari pagi berkilauan menembus celah-celahnya. Saat aku menghadap ke Selatan dan menunduk,aku bergidik karena di bawahku adalah lereng yang curam dipenuhi pohon dan semak. Tidak bisa kubayangkan apa jadinya kalau aku menggelinding ke sana. Untung saja,ada pembatas yang terbuat dari tembok kokoh, tingginya mungkin 1,5 meter. Tetapi saat aku memandang tegak jauh ke Selatan, aku merasa tentram. Terlihat garis pantai yang memisahkan laut dan daratan,sangat indah.

“Hmmm..masih lama.” Aku bergumam sambil melirik jam tangan. Sekarang masih jam 7 pagi dan aku berjanji dengan Reine jam 9. Sebenarnya, aku sudah tidak sabar bertemu denganya tapi aku bosan menunggu. Aku memutuskan untuk berjalan menjauh dari patung itu dan duduk di kursi kayu di ujung taman. Kusandarkan kepalaku sambil memejamkan mata. Aku merasa begitu nyaman sampai kesadaranku berkurang.

Suara orang-orang berbicara membuat kesadaranku kembali. Aku melirik ke jalan undakan di bawahku, kulihat beberapa orang berjalan menuju taman ini. Aku juga melihat ke arah taman ,ternyata tanpa kusadari sudah ada beberapa orang di sana. Aku sempat tertidur dan tanpa mimpi. Aku menguap dan mengucek mataku. Kuperhatikan lagi sekelilingku, Reine tidak ada. Kulirik jam tangan, ternyata belum jam 9.

Untuk menghilangkan bosan, aku mencoba mencari kegiatan lain. Ya,kegiatanku adalah mengamati orang-orang yang mengambil foto. Terutama di area patung Putri Reinkarna. Aku mulai mengamati pasangan muda mudi yang sekiranya berpacaran dan ternyata tidak ada satupun yang mengambil foto berduaan di samping patung Putri Reinkarna. Mereka hanya mengambil foto dengan patung sendiri-sendiri. Kalau bukan hanya Si Wanita , ya Si Pria saja.

“Jangan berfoto bersama pacar di depan patung Sang Putri,itu akan menghancurkan hubungan kalian !! Kalian akan di kutuk!!“ Ucapan dari orang yang baru kukenal mengiang di telingaku. Aku teringat kejadian kemarin sore.



Posting Komentar

0 Komentar