LELAKU

 


SINOPSIS:

GENRE : HORROR EROTIC

FORMAT : PDF

JUMLAH HALAMAN : 50 HALAMAN

HARGA : Rp 10.000


PROLOG

Sore ini langit menunjukkan wajah sendunya. Iring iringan orang yang tadi begitu ramai kini menghilang dan mulai terasa sepi. Sementara rintik gerimis masih saja enggan berhenti. Dan aku masih berdiri memandang nanar tulisan yang ada dihadapanku. Air mataku sudah kering tetapi naluriku masih berusaha menyangkal kenyataan yang terjadi. Dan disebelahku, orang yang kini tinggal satu satunya yang kusayangi, masih terisak sambil mengelus elus batu nisan.

LAKSMONO

Lahir : 12 April 1971

Wafat : 19 Desember 2021

Ya, takdir memutuskan bahwa hari ini bapakku harus kembali menghadap kepadaNya. Serangan jantung pada saat beliau bekerja membuat kami harus bisa menerima kepergiannya yang mendadak. Aku yang saat itu masih berada di sekolah langsung di jemput oleh Pakde. Sementara ibu yang ada di rumah, hanya bisa menangis histeris saat ada teman bapak yang datang menyampaikan kabar duka ini.

Namaku Hendro Prasetyo. Sedangkan Ibuku bernama Hayati. Kini hanya tinggal kami berdua yang akan melanjutkan hidup tanpa ada bapak di samping kami lagi. Ku pegang pelan sambil ku elus pundak ibu. Mencoba memberi kekuatan pada beliau agar bisa ikhlas menerima semua ini. Sebagai anak satu satunya, aku harus bisa membantu ibu bersikap tegar.

“Bu, ayo kita pulang, bapak pasti sedih kalau lihat ibu kayak gini.” ucapku pelan. Ibuku hanya menggelengkan kepalanya. Tangannya masih saja memegang batu nisan sambil menangis.

“Bu, ayolah. Ibu harus ikhlas. Masih ada aku yang akan menemani ibu. Sekarang kita pulang sambil nyiapin buat tahlilannya bapak nanti.” rayuku lagi.

Kali ini ibuku menoleh saat mendengar ucapanku barusan. Dipandanginya wajahku sambil menyeka air matanya. Bibirnya seolah mau berkata sesuatu tapi aku segera mengangkat tangannya dan membantunya berdiri.

“Ibu tidak sendirian. Ibu harus kuat. Aku akan selalu menjaga ibu” ucapku lagi sambil berusaha memeluk beliau. Memberinya ketenangan dan kekuatan. Ku coba menahan agar air mataku tak sampai keluar lagi. Aku tak boleh terlihat lemah. Aku harus kuat.

Ibuku hanya terisak dipelukanku. Lalu perlahan lahan ku papah ibu untuk mulai berjalan meninggalkan makam bapak. Angin yang bertiup agak kencang dan aroma bunga kamboja sedikit menegakkan bulu kudukku. Langit kini mulai berubah menjadi agak gelap. Aku dan ibu berjalan perlahan sambil memilih jalan agar tidak sampai menginjak makam orang.

Sreeekkkk...

Sreeekkk...

Sepintas ku dengar suara seperti orang sedang menyapu. Ku alihkan pandanganku ke segala penjuru. Nihil. Lalu ku toleh ke belakang untuk memastikan apa yang ku dengar tadi. Namun hanya deretan batu nisan yang ku lihat. Tak ada satupun orang yang berada di area kuburan ini. Bulu kudukku semakin berdiri.Cepat cepat aku memapah ibu agar segera meninggalkan kuburan. Kami harus secepatnya tiba di rumah untuk mempersiapkan acara tahlilan nanti.

***

Tahlilan adalah suatu ritual pemanjatan doa bersama bagi seseorang yang sudah meninggal. Biasanya dilakukan selama 7 hari berturut turut. Waktunya bisa dilakukan antara habis ashar sampai habis isya. Tahlilan dilakukan oleh keluarga yang mengalami musibah kematian untuk memperingati atau mengenang almarhum. Urut urutan tahlil adalah 3 hari , 7 hari , 40 hari , 100 hari , 1 tahun , 2 tahun dan terakhir 1000 hari. Namun tidak semua daerah melakukan tahlilan ini. Ada beberapa daerah yang meyakini tidak perlu diadakan tahlil. Hal ini dikarenakan perbedaan keyakinan yang sudah terlanjur melekat pada masyarakat. Dalam ajaran agama pun tidak disebutkan hukum melakukan tahlil. Jadi semuanya tergantung masyarakat bagaimana menyikapinya.

Setelah selesai melakukan tahlil, aku lalu bergegas ke kamar. Perasaanku masih campur aduk antara percaya dan tidak. Kepergian Bapak untuk selamanya, benar benar memukul jiwa dan ragaku. Semakin aku berusaha menyangkalnya, semakin dalam pula kesedihan yang ku rasakan.

Sekitar satu jam kemudian, aku baru keluar kamar. Suasana rumah mulai tampak sepi. Hanya ada beberapa orang yang terlihat masih diluar. Mungkin mereka akan begadang. Ku lihat kamar ibu masih menyala terang. Tampaknya beliau juga masih belum tidur.

Ku langkahkan kaki menuju kamar ibu. Namun begitu aku hendak membuka pintu, terdengar suara isak tangis dari dalam. Aku hanya berdiri mematung. Suara tangis ibu menambah perih yang ku rasakan. Segera aku berbalik badan dan menuju kamarku lagi. Ku tumpahkan lagi air mataku.

“Kenapa Bapak pergi secepat ini?” ratapku pilu dalam tangis.

Tanpa terasa malam semakin larut. Suara orang orang yang ada di luar rumah tak terdengar lagi. Sementara aku masih belum bisa memejamkan mata karena mataku terasa sembab kebanyakan menangis.

Took Took Tokkk..

Terdengar suara jendela kamar diketuk. Siapa gerangan yang mengetuknya malam malam begini ? Dan aku masih malas untuk beranjak dari tempat tidurku.

Took Took Tokkk..

Suara ketukan itu terdengar lagi.

“Siapa?” tanyaku lalu turun dan membuka jendela.

Namun tak ada seorang pun yang ku lihat begitu aku membukanya. Ku tolehkan kepala sambil bersijingkat mencari orang yang tadi mengganggu istirahatku. Kosong. Tak ada apapun yang ku lihat, hanya hembusan angin malam yang menerpa tubuhku.

“Dasar orang kurang kerjaan!” sungutku lalu menutup jendelanya lagi. Begitu aku hendak merebahkan badan, suara ketukan itu muncul lagi.

Took Took Tokkk..

“Siapa sih yang kurang ajar begini!” ucapku kesal lalu membuka lagi jendelanya. Namun tetap saja tak ada satupun mahluk yang terlihat.

“Jangan usil dong. Nggak lucu tau!” teriakku lantang sambil menutup agak keras jendela kamarku.

Begitu aku melangkahkan kaki balik ke ranjang, suara ketukan itu terdengar lagi. Kali ini bulu kudukku langsung merinding. Teringat akan suara yang tadi sempat ku dengar saat berada di kuburan, ditambah ketukan yang misterius ini membuat darahku berdesir.

Jangan jangan itu…”

Aku langsung meloncat ke ranjang, menutup seluruh tubuhku dengan selimut dan komat kamit membaca doa sebisaku.



Posting Komentar

0 Komentar