RAMA


SINOPSIS:

Rama, seorang pemuda kampung yang merantau ke kota untuk memperbaiki nasib. Takdir mempertemukannya dengan Om Yosh, pengusaha sukses yang memiliki bisnis "gelap". Om Yosh mempekerjakan Rama sebagai seorang gigolo, karier pemuda itu sebagai alat pemuas birahi para wanita kaya begitu cepat melesat hingga akhirnya dia bertemu dengan Haruka, gadis Jepang, anak seorang boss Yakuza, anak sahabat Om Yosh.

Haruka datang ke Indonesia dengan dua tujuan, pertama adalah untuk menemukan Ibu kandungnya dan yang kedua adalah menghindari perjodohannya. Selama di Indonesia, Om Yosh memerintahkan Rama untuk menjaga Haruka. Kebersamaan mereka berdua lambat laun menimbulkan percikan cinta, bagaimanakah kisah ini akan berakhir?


FORMAT : PDF 
JUMLAH HALAMAN : 398 HALAMAN
HARGA : Rp 40.000



PART 1

Suasana remang di kamar hotel tak membuat Rama kesulitan mengamati gerak gerik tubuh wanita di depannya. Wanita itu terlihat menggeliat, kedua kakinya terus bergerak menendang-nendang permukaan seprei, sementara dua pergelangan tangannya terikat oleh tali yang terbuat dari bahan kulit pada besi ranjang hotel. Berbeda dengan Rama yang bisa mengamati keadaan sekitar, wanita itu justru tidak bisa melihat karena kedua matanya tertutup oleh selembar kain hitam. Perlahan Rama kembali mendekati tubuh wanita itu setelah sebelumnya sempat mencumbunya. Bibir pemuda tampan itu mulai menciumi kaki kemudian seluruh paha hingga perut ramping sang wanita. Bibirnya terus menjelajah tiap lekuk tubuh wanita itu, gerakan lidah Rama yang liar semakin membuat wanita itu menggelinjang dan memekik nikmat, apalagi saat Rama mulai nakal menggigit pelan dan meninggalkan tanda merah di beberapa bagian tubuh wanita itu.

"Aaaaaaahhhh! Raaamaa, please jangan siksa aku. Aaaaaahhh!" Teriak wanita itu dengan binal, tubuhnya yang masih terbungkus lingerie sutra hitam terus menggelinjang menikmati sentuhan demi sentuhan bibir Rama.

Mendengar permintaan sang wanita membuat Rama tersenyum, dia tau jika permintaan itu hanya ulah manja sang wanita. Rama tau betul jika wanita itu meminta lebih dibanding hanya menikmati kenakalan bibirnya. Rama mulai menyikap lingerie wanita itu ke arah atas, membiarkannya menggantung di atas dada sang wanita. Kali ini Rama lebih bebas memandangi tubuh polos sang wanita, sesaat dilihatnya permukaan vagina wanita itu sedikit basah.

"Aaaaaahhhhh!!! Nakal kamu Rama!! Arrgghhttt!!!" Teriak wanita itu saat dua jari tangan Rama mulai memainkan lubang vaginanya, membuatnya semakin basah.

Rama kembali tersenyum mendengar teriakan sang wanita, seolah dia bangga telah membuat wanita itu kembali berteriak. Di tengah kenakalan jarinya, Rama mulai mengarahkan mulutnya pada payudara sang wanita. Dengan telaten Rama mencium dan bahkan terkadang menghisap seluruh bagian payudara wanita itu.

"Ooooocchhhhh! Yeeesss baby!!! Yeeesss!!! Aaaargghhhttt!!!!" Tubuh wanita itu semakin bergerak tak beraturan mengahadapi kenakalan jari dan mulut Rama.

"Udah siap honey?" Bisik Rama sesaat setelah melepas hisapannya pada payudara sang wanita.

"Lakukan sayang. Lakukan!!"

Rama beranjak menjauh dari tubuh si wanita, pemuda tampan itu berdiri tepat di sisi tempat tidur, matanya masih menjelajahi tiap lekuk tubuh sang wanita sementara tangannya dengan cekatan melepas gesper dan kemudian melucuti celana dari tubuhnya. Kini Rama sudah polos tanpa sehelai benangpun yang menempel pada tubuh atletisnya. Penisnya sudah menegang sempurna, sesaat tangan kekar Rama mencoba mengocok batang kemaluannya, memastikan pusakanya itu telah siap untuk melakukan penetrasi pada vagina si wanita. Dengan lembut Rama kembali menciumi tiap jengkal bagian tubuh sang wanita, mulai dari ujung kaki kemudian terus naik dan berhenti sesaat pada daerah pusar si wanita.

"Ooooouugghhhtttt ! Shit!!! Kamu nakal banget Rama !!!" Lenguh sang wanita saat lidah Rama mulai menjilati lubang pusarnya, sebagian tubuhnya yang terikat pada ranjang membuat tubuh wanita itu hanya bergerak liar menahan kenakalan dari lidah Rama.

Puas bermain-main pada area pusar, kepala Rama kembali bergerak turun, kali ini Rama beralih pada vagina sang wanita. Perlahan lidah pria tampan itu mulai menjelajahi permukaan vagina sang wanita, gesekan lembut lidah dipadu dengan sensasi basah pada liur membuat si wanita kembali meraung keenakan. Tubuhnya terus bergerak tak beraturan menghadapi serangan demi serangan dari lidah Rama. Pria berusia 22 tahun itu ternyata tak berhenti sampai disitu saja, dua jarinya kembali menerobos liang si wanita, mengocoknya secara simultan dan cepat. Di tengah kocokan jari, bibir Rama juga tak berhenti menghisap permukaan vagina sang wanita, secara bersamaan jari dan bibir Rama menjahili area sensitif itu.

"AAARRGGHHTTTT!!! Stop Rama!!! Stop!!! AARRGGHHTTT!!" Teriakan si wanita tak membuat Rama menghentikan aksinya, bahkan semakin lama kocokan jari dan hisapan bibirnya pada vagina si wanita semakin cepat dan kasar.

Tak lama kemudian tubuh wanita itu mengejang, punggungnya melengkung ke atas, pinggulnya bergetar hebat, lalu tiba-tiba dari dalam vagina sang wanita menyemprotkan cairan dengan deras. Wajah dan sebagian rambut Rama dibuat basah kuyup oleh cairan itu.

"FUCK!!! AAARRGGHHTTTT!!! RAMAAAA!!!! FUCK!!!!" Teriak sang wanita bebarengan dengan proses squirt dan orgasme yang baru saja dialaminya.

Rama hanya tersenyum, ada kebanggaan yang terlihat pada raut wajah pria tampan itu. Kebanggan telah berhasil membuat si wanita tersebut orgasme dan squirt secara bersamaan. Rama mengarahkan wajahnya yang masih basah ke arah kepala si wanita, pelan-pelan dia membuka penutup mata yang sedari tadi menutupi pandangan wanita itu.

"Aaaaahhh ! Kamu nakal banget Rama." Bisik wanita itu sesaat setelah melihat wajah Rama tepat di sampingnya.

"Tapi Tante suka kan?" Jawab Rama lembut masih dengan senyum menawannya.

"Suka sih, tapi sorry ya udah bikin kamu basah kuyup kayak gini."

"Hehehhe. Nggak apa-apa kok Tante, udah resiko pekerjaan."

"Huh ! Dasar bandel kamu." Rama kembali tersenyum melihat raut wajah lelah si wanita.

"Masih mau lanjut Tante?" Tanya Rama, meskipun dia sudah tau jawaban dari pertanyaannya itu. Wanita itu membayarnya bukan hanya untuk menikmati ciuman dan penetrasi dari jarinya saja, bagaimanapun menu utama malam itu belum disajikan oleh Rama.

"Lanjut dong, tapi lepasin dulu tanganku, sakit kalo diiket kayak gini." Jawab si wanita dengan tatapan manjanya.

"Hmmm, bentar lagi ya lepasinnya ? Aku masih pengen nakalin Tante lagi."

Tanpa menunggu persetujuan, Rama segera mengambil posisi jongkok di depan tubuh sang wanita. Dengan lembut, Rama kembali membuka paha sang wanita, dengan gerakan menusuk tiba-tiba Rama menghujamkan batang penisnya dengan keras dan kasar ke dalam vagina wanita itu.

"AAARRGGHHTTT!!! FUCK YOU RAMA!!!! AAAARRGGHHTTT!!" Teriak wanita itu setelah dengan sengaja Rama menyodokkan penisnya ke dalam vagina secara keras dan kasar.

Meskipun lubang kewanitaannya telah basah akibat orgasme dan permainan jari serta mulut Rama, tapi tetap saja penetrasi yang barusan dilakukan oleh Rama menimbulkan rasa sakit pada selangkangannya, apalagi ukuran penis Rama yang jauh lebih besar dibanding standar laki-laki Indonesia pada umumnya. Rama seolah tak mempedulikan cacian dari si wanita, dengan kecepatan penuh dia mulai menggenjot tubuh wanita itu dari atas. Beberapa kali bahkan dengan sengaja Rama menghujamkan seluruh batang keperkasaannya ke dalam vagina secara kasar dan keras. Tubuh wanita itu seolah menjadi sasak hidup hujaman penis Rama.

"Aaaaahhh ! Aaaaaahhh Rama ! Pelan sayang ! Aaaahhhhhhh Fuck!!" Lenguh wanita itu.

Rama menelungkupkan badannya pada tubuh si wanita, kali ini selain menggenjot, Rama juga mulai menghisap puting wanita itu. Secara bergiliran kedua puting wanita tersebut terhisap oleh mulut Rama.

"Rama, lepasin tanganku, Aku mau gaya doggystyle. Please Rama ! Aaahhhhhh!!!"

Rama seolah tak menghiraukan permintaan wanita tersebut, dia masih terus menggerakkan pinggulnya naik turun dengan cepat, menghujamkan seluruh batang penisnya pada lubang vagina wanita itu. Bahkan Rama mulai menampar dua buah payudara wanita itu yang bergerak kencang akibat pergumulan mereka.

PLAK!!

PLAK!!

PLAK!!!

"Auuuuuww ! Brengsek Kau Rama!!! Aacchhhhh!!! Fuck!!!"

"Aaahhhh ! Aaahhh ! Tante suka permainan kasar seperti ini?! Hah?!!"

"Aarrrgghhhhhtt!!! Dont stop Baby ! Fuck Me!!! Aaaacchhhtttt!!!"

Tubuh wanita itu bergerak naik turun semakin cepat dan liar mengikuti irama genjotan tubuh Rama yang tak juga melambat. Tubuh Rama dan wanita itu sudah bermandi peluh, pergumulan yang terjadi membuat keduanya menguras energi yang tak sedikit. Terlebih percintaan mereka berlangsung dengan keras dan cenderung kasar, raungan serta teriakan seolah tak berhenti di dalam kamar hotel bintang 5 tersebut. Sore itu Rama untuk kesekian kalinya menjalankan tugasnya sebagai pria bayaran, gigolo bagi wanita-wanita yang haus akan kenikmatan permainan ranjang.

Rama sangat ahli dalam menjalankan tugas itu, baginya sex bukan hanya sekedar melepas birahi dan hasrat semata, baginya sex lebih dari itu. Bagi Rama, sex adalah seni yang harus dilakukan dengan sepenuh hati dan perasaan, meskipun Rama hanya seorang gigolo yang dibayar untuk memuaskan nafsu birahi para wanita tersebut, tapi Rama melakukan tugasnya tak asal-asalan. Rama selalu menempatkan orang yang membayar jasanya sebagai wanita yang istimewa, dia selalu berhasil membuat para wanita yang membayarnya merasa diperlakukan sebagai orang spesial, meskipun hanya dalam durasi tertentu.

Hal ini membuat Rama begitu terkenal sebagai seorang gigolo, tak jarang banyak para wanita yang ingin merasakan serviznya harus sabar menunggu jadwal kosong dari Rama. Hampir 1 tahun Rama menggeluti profesi ini, para customernya pun beragam. Tak hanya tante-tante berusia 30 tahun ke atas tapi juga wanita-wanita muda yang usianya tak jauh dari angka 20 tahunan. Bahkan pernah Rama melayani dua wanita sekaligus, seorang Ibu berusia 40 tahun dan anaknya yang masih berusia 18 tahun ! Gila! Yup, dunia memang sudah gila dan kacau, profesi yang dilakukan oleh Rama telah menggambarkan semua itu.

Rama juga dikenal sebagai gigolo yang selalu bisa dan mampu menuruti apa permintaan dari customernya, berbagai macam tema sex yang diinginkan oleh customer selalu bisa dituruti oleh Rama, dari mulai softcore sampai pada tema hardcore sekalipun Rama pasti bisa melayaninya, seperti malam ini, wanita yang membayar jasanya menginginkan permainan sex dengan tema bondage dan kasar. Dengan baik dan profesional Rama bisa memuaskan hasrat wanita tersebut.

*******

"Kamu minggu depan ada jadwal?" Tanya wanita yang 2 jam sebelumnya bergumul dengan Rama di atas ranjang.

"Belum tau sih Tante, kayaknya sih lagi kosong, emang kenapa Tant?" Jawab Rama sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk setelah selesai mandi.

"Kalo kosong nggak ada jadwal, Aku mau booking Kamu lagi minggu depan, tapi Aku maunya 1 minggu full, sekalian kita jalan-jalan ke Eropa."

"Tawaran yang menarik , tapi Tante tau sendiri kan, Aku nggak bakal diijinin sama Om Yosh kalo terima job lebih dari satu hari." Jawab Rama sambil tersenyum, senyum yang membuat para customernya selalu berhasil dibuat meleleh saat menatap barisan rapi gigi depan pria tampan tersebut.

"Aku berani bayar Kamu tiga kali lipat dari tarif standar Kamu." Tegas wanita itu dengan mimik serius, seolah tak mau jika keinginannya ditolak oleh Rama. Rama mendekati tubuh wanita itu yang masih tertutup selimut, perlahan dia mendaratkan kecupan lembut pada kening customernya itu.

"Ini bukan masalah uang Tante, tapi aturan yang harus aku taati. Aku harap Tante bisa ngertiin ya." Kata Rama lembut.

"Baru kali ini aku ketemu orang kayak kamu Ram."

"Orang kayak Aku? Maksudnya Tant..?" Tanya Rama dengan raut menyelidik.

"Maksudku, orang yang begitu profesional melakukan pekerjaannya, nggak buta akan materi." Jawab wanita itu.

Rama hanya tersenyum mendengar ucapan wanita tersebut, sekali lagi Rama mengecup kening wanita itu, kali ini lebih lembut dan lama. Rama selalu berhasil menebar pesona pada wanita yang telah membayar jasanya.

"Satu ronde lagi mau? Nanti Aku tambahin tipsnya." Bisik sang wanita dengan mimik binal.

"Nggak usah pake ditambahin segala , Aku bakal layanin Tante sampai Tante bener-bener puas."

Keduanya kembali bergumul di atas ranjang, mengacak-acak sprei ranjang, dan detik berikutnya lenguhan berbaur dengan erangan kembali terdengar dari dalam kamar hotel. Rama kembali bekerja memuaskan birahi customernya.

*****

Sebuah mobil sedan mewah produksi negeri sakura keluaran tahun 2015 melaju tenang menembus pekatnya malam jalanan di daerah Jakarta Pusat. Di depan kemudi terlihat Rama sedang mengendarai mobil itu seorang diri. Hari ini dia telah melayani 3 customer, cukup melelahkan, dan itu membuat Rama ingin segera sampai di apartemennya kemudian merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Rama mengamati area ruas jalan yang dilaluinya, lenggang tak begitu ramai karena memang sudah memasuki waktu dinihari. Di kota ini Rama mulai mengerti arti sepi.

KLING!!!

Layar smartphone yang tergeletak di atas dashboard menyala terang, tanda ada pesan masuk untuk Rama. Rama meraih gadgetnya itu, dilihatnya sesaat si pengirim pesan, Om Yosh.

"Mampir ke rumah dulu, ada yang perlu Om omongin"

Rama tak membalas pesan itu, dia langsung mengarahkan mobilnya menuju arah Bandung, tempat dimana Om Yosh tinggal. Sepertinya keinginannya untuk segera istirahat setelah memuaskan para customernya harus ditunda. Perintah dari Om Yosh dari dulu tak pernah Rama bantah, sebisa mungkin selalu dia laksanakan meskipun itu terasa berat. Hutang budi, begitulah dia menganggap keberadaan Om Yosh bagi hidup Rama. Karena Om Yosh lah kehidupan Rama bisa berubah 180 derajat seperti saat ini. 2 tahun yang lalu Rama bukanlah siapa-siapa, dia hanya pemuda kampung yang mencari peruntungan, berharap bisa merubah nasib di dalam kerasnya kehidupan ibukota. Pertemuannya dengan Om Yosh membuat mimpi mudanya untuk meneguk nikmat kesuksesan berhasil terwujudkan. Materi yang berlimpah, penampilan elegant, gaya hidup highclass dan berbagai macam kemewahan lain berhasil Rama dapatkan, semua karena jasa dari Om Yosh.

Om Yosh adalah pria paruh baya berusia 45 tahun, selain memiliki bisnis retail yang berkembang pesat di kawasan Jawa Barat, pria ini juga memiliki bisnis sampingan "service underground" jasa pelayanan sex, bisnis yang mempertemukan Rama dengannya. Bisnis sampingan ini membuat Om Yosh dikenal dengan julukan "Papi", sebutan yang sering digunakan oleh para customer maupun oleh para pekerja sex nya untuk memanggil Om Yosh. Untuk bisnis sex ini, Om Yosh mengklamufasekannya sebagai agensi model pria untuk menghindari kecurigaan dari masyarakat luas. Kamuflase yang terbukti berhasil, terbukti sampai detik ini agensi yang dimiliki oleh Om Yosh tak pernah tersentuh isu miring, semua itu terjadi karena Om Yosh menerapkan standar pelayanan tinggi.

Om Yosh mengelola bisnis ini dengan sangat rapi dan profesional, hal ini membuat anak buahnya memiliki SOP tersendiri dalam memberikan pelayanan pada customer. Penampilan dan pembawaan Om Yosh yang elegant bahkan terkesan tegas tanpa kompromi, jauh dari kesan lebay seperti mucikari pada umumnya, membuat pria ini begitu disegani oleh anak buah dan para customer. Om Yosh lebih pantas disebut sebagai pimpinan agensi daripada seorang mucikari gigolo. Selain Rama, Om Yosh juga mempekerjakan 12 pria lain dalam bisnis undergroundnya, pria-pria ini biasa disebut "kucing" oleh para customer Om Yosh. Dari kesemua koleksi "kucing" Om Yosh, Rama lah yang selalu menjadi primadona, maka tak heran jika Om Yosh benar-benar memproteksi Rama dalam menjalankan bisnis ini. Jika "kucing" lain bisa menerima full job lebih dari 3 hari untuk satu costomer, Rama maksimal hanya bisa menerima full job 24jam untuk satu costomer, lebih dari itu Rama wajib untuk menolaknya.

Rama bertemu Om Yosh 6 tahun lalu dengan cara yang tidak disengaja. Awal tahun 2014, Rama menginjakkan kakinya di ibukota, hanya bermodalkan ijazah SMA dan sedikit uang tabungan dia mencoba peruntungan di kota besar ini. Tanpa teman dan sanak famili di Jakarta Rama bersusah payah mewujudkan mimpinya, mimpi untuk bisa mapan secara ekonomi, mimpi untuk bisa membahagiakan Ibunya di kampung. Kerasnya hidup di Jakarta membuat Rama membanting tulang, semua pekerjaan kasar telah dia lakukan, mulai dari menjadi kuli panggul di pelabuhan, tukang sapu di pasar, hingga menjadi penjaga toilet di sebuah Mall dilakukan oleh Rama untuk tetap bertahan hidup. Profesi terakhirnya sebagai penjaga toilet itulah yang mempertemukan Rama dengan Om Yosh.

Suatu hari di pertengahan tahun 2014, seorang pria yang akhirnya diketahui sebagai pengawal pribadi Om Yosh meninggalkan tas di dalam toilet. Rama yang pada waktu itu sedang berjaga menemukan tas tersebut, Rama sempat mencari keberadaan orang yang meninggalkan tas itu di sekitar Mall tapi tak ditemukannya. Akhirnya Rama memberanikan diri untuk membuka tas tersebut, berharap menemukan petunjuk si pemilik tas tersebut. Betapa terkejutnya Rama saat melihat isi tas itu, beberapa gepok uang seratus ribuan dan kertas-kertas dokumen berada di dalamnya. Seumur hidup, Rama tidak pernah melihat apalagi memegang uang sebanyak itu.

Bagi sebagian orang peristiwa seperti itu sering diartikan sebagai rejeki nomplok, kesempatan untuk meraup rupiah dengan cara instan. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Rama, mengambil sesuatu yang bukan miliknya bukan bagian dari prinsip hidupnya. Meskipun hidup susah, Rama tidak pernah sekalipun mengambil hak orang lain, terlintas di pikirannya pun tidak. Berbekal petunjuk dari supervisornya dan sebuah kartu nama yang dia temukan di dalam tas, malam harinya setelah pulang kerja, Rama menuju alamat yang tertera pada kartu nama itu untuk mengembalikan tas itu pada pemiliknya. Malam itu akhirnya Rama bertemu dengan Om Yosh sang pemilik tas. Menemukan orang baik dan jujur di ibukota saat ini sangatlah sulit, hal itu juga disadari oleh Om Yosh setelah pertemuannya dengan Rama.

Bagaimana mungkin seorang pemuda kampung, miskin, memiliki peluang untuk mendapatkan uang puluhan juta tanpa harus susah-susah mengembalikannya pada sang pemilik tas, tapi itu tak dilakukannya. Rama justru memilih untuk bersusah payah menemukan alamat sang pemilik, hal itu membuat kesan mendalam pada Om Yosh terhadap pribadi Rama.

Orang seperti Rama inilah yang dicari oleh Om Yosh, seorang pemuda yang memiliki prinsip hidup, tidak mudah menyerah, dan tentu saja memiliki intregitas tinggi tentang nilai-nilai kejujuran. Singkat cerita, akhirnya Rama bekerja pada Om Yosh, awalnya Rama hanya bertugas sebagai asisten Om Yosh, tugasnya adalah menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan Om Yosh sebagai bos perusahaan retail. Om Yosh tidak pernah sekalipun menyinggung bisnis "sampingannya" kepada Rama, dan Om Yosh memang awalanya tidak berencana mengikutsertakan Rama dalam bisnis itu, apalagi memposisikan Rama sebagai salah satu koleksi kucing dari agensi. Sampai pada suatu hari Om Yosh mengetahui sisi lain dari seorang Rama.

********

Mobil Rama sudah berada di depan pagar tinggi sebuah rumah mewah di kawasan Dago Bandung. Beberapa saat kemudian pintu pagar itu terbuka, terlihat seorang pria dengan perawakan tinggi besar dengan memakai pakaian safari gelap membukakan pintu pagar itu untuk Rama. Rama membuka kaca mobilnya, melongokkan kepalanya keluar.

"Om Yosh ada?" Tanya Rama pada pria besar itu.

"Ada Mas, sudah ditunggu di dalam" Jawab pria itu dengan senyum ramah pada Rama.

"Oke, makasih ya." Balas Rama yang kemudian kembali memacu mobilnya menuju halaman rumah mewah itu.

Setelah memarkirkan mobilnya tepat di bawah altar rumah, Rama beranjak menuju ruang tamu, tempat dimana Om Yosh sudah menunggunya. Sesaat dia melirik jam tangan rolex miliknya, sudah hampir subuh, ada maksud apa Om Yosh memanggilnya selarut ini? Apa ada masalah dengan pekerjaannya? Pertanyaan-pertanyaan itu sedari tadi telah dipikirkan oleh Rama karena memang tidak biasanya Om Yosh memanggilnya pada jam-jam istirahat seperti ini. Rama memasuki ruang tamu rumah mewah itu, matanya menjelajah seluruh isi ruangan tapi sosok Om Yosh tak ditemukannya berada di sana.

"Baru datang Ram?" Rama mendongakkan kepalanya, mencari sumber suara itu, didapatinya Om Yosh sedang berjalan menuruni tangga menuju ruang tamu.

"Iya Pi, baru aja nyampek." Jawab Rama.

"Ayo duduk dulu, mau minum apa? Wine? Vodka? "

"Duh jangan Pi, ntar nggak bisa balik ke Jakarta kalo minumnya kayak gitu, hehehe."

"Kenapa harus buru-buru? Ada urusan mendesak di Jakarta? Hmmm?" Tanya Om Yosh sambil menyodorkan gelas yang berisi cairan bening pada Rama.

"Enggak sih Pi." Jawab Rama dengan intonasi ragu.

"Kalo nggak ada yang mendesak hari ini Kamu tidur di sini saja, nanti kalo udah nggak terlalu capek baru balik ke Jakarta. Ayo minum dulu." Kata Om Yosh, pelan tapi tegas, permintaan yang seperti biasa tidak akan bisa ditolak oleh Rama.

"Ehhmmm, gimana hari ini? Lancar kerjaan kamu Ram?" Tanya Om Yosh kembali.

"Lancar kok Pi, standar seperti biasanya? Kalo boleh tau apa ada masalah dengan pekerjaan saya Pi? Kok sampai harus ketemu Papi selarut ini?"

"Hmmm,nggak ada masalah, tenang aja, justru karena kerjaan kamu sangat memuaskan selama ini, Aku memanggilmu sekarang."

"Maksudnya gimana Pi?" Tanya Rama bingung.

"Begini Ram." Om Yosh berdiri dari tempat duduknya sambil memegang gelas.

"Aku ingin beberapa hari ke depan Kamu menjaga putri sahabatku dari Jepang."

"Menjaga? Seperti seorang bodyguard gitu Pi?" Tanya Rama masih dengan mimik wajah bingung.

"Yaahh kurang lebih seperti itu, tapi lebih pada tugas seorang guide. Putri sahabatku ini baru pertama kali datang ke Indonesia, sebelum dia menikah akhir bulan nanti dia ingin menikmati liburan di negeri yang sama sekali belum pernah dia kunjungi." Jelas Om Yosh, Rama memperhatikan dengan detail tiap kalimat yang diucapkan oleh bos nya itu.

"Tapi ingat Rama, tugasmu hanya menemaninya saja. Jangan sekalipun coba-coba untuk menyentuhnya, nama baikku dipertaruhkan dalam tugas ini." Tegas Om Yosh dengan mimik wajah serius.

"Baik Pi, saya sanggup menjalankan tugas itu, tapi kalo boleh tau, kenapa Papi menyerahkan tugas itu pada saya?"

"Karena cuma kamu yang bisa Papi percaya."

*****

FLASHBACK-September 2014

Rama POV

Aku masih duduk menunggu Bu Mayang di sebuah cafe kawasan Sudirman, seseorang yang diutus oleh Perusahaan ansuransi Adhy Raksa untuk menegosiasikan kesepakatan asuransi untuk seluruh karyawan Om Yosh. Ya, Om Yosh punya rencana untuk memberikan fasilitas ansuransi kesehatan bagi seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan retailnya. Untuk membicarakan detail kesepakatan sebelum penandatanganan kontrak, Om Yosh mengutusku untuk menegosiasikannya.

Sudah hampir 5 bulan aku bekerja untuk Om Yosh, sebenarnya tidak ada jabatan tertentu yang aku emban dalam pekerjaan ini. Tugasku seperti seorang sekretaris, membuat notulen pertemuan bisnis dan menyiapkan berkas-berkas tertentu untuk kepentingan pertemuan bisnis adalah job desk utamaku, tapi tetap saja sebutan sekretaris membuatku risih mendengarnya karena profesi itu identik dengan perempuan. Aku lebih suka disebut sebagai orang kepercayaan Om Yosh, terdengar lebih macho, yah meskipun kualifikasi tugasnya adalah sebagai sekretaris.

Bekerja pada Om Yosh merupakan lompatan karier yang luar biasa bagiku, tidak pernah sekalipun terpikir di benakku akan bekerja dengan suasana perkantoran seperti ini. Hanya dengan bermodalkan ijazah SMA kini aku digaji 10 juta/per bulan, sulit rasanya membayangkan bagaimana mimpi-mimpiku tentang kesuksesan terwujud begitu cepat. Pertemuanku dengan Om Yosh seolah menjadi jalan pembuka mimpi-mimpiku, kini aku tak perlu lagi menahan lapar saat uang dikantong hanya menyisakan beberapa lembar puluhan ribu, tempat tinggalkupun sudah sangat layak tak seperti kamar kos kecil berukuran tak lebih dari 3x3 meter yang hampir 1 tahun aku tempati setibanya di Jakarta. Belum lagi satu bulan ini Aku sudah mendapat fasilitas tambahan lain dari Om Yosh, yaitu mobil pribadi, hanya dalam rentang waktu tak lebih dari 1 tahun aku sudah mendapat berbagai macam kemewahan dari Om Yosh.

Awalnya aku sempat menolak ajakan Om Yosh untuk ikut membantunya dalam menjalankan bisnis retail, bukan karena maksud tertentu, Aku hanya merasa tidak nyaman jika keputusanku mengembalikan tas Om Yosh dianggap sebagai tindakan yang membutuhkan pamrih. Tapi Om Yosh meyakinkanku jika pekerjaan yang dia tawarkan memerlukan kualifikasi orang sepertiku, kejujuran dan loyalitas. Akhirnya aku menerima tawaran itu, sebisa mungkin aku menjalankan tugasku dengan baik, aku tidak ingin mengecewakan kepercayaan dari orang yang telah menyelamatkanku dari lubang kemiskinan.

Satu bulan terakhir tugasku bertambah, Om Yosh mulai sering memintaku untuk mewakili dirinya dalam hal menegosiasikan berbagai macam kesepakatan dengan pihak lain sehubungan dengan bisnis retailnya. Entah apa pertimbangan beliau mempercayakan urusan ini kepadaku, yang pasti aku menjadi bangga karena ternyata kinerjaku selama ini cukup memuaskan Om Yosh hingga aku diberi kepercayaan untuk mewakili dirinya dalam urusan bisnis. Seperti halnya hari ini, sudah hampir 1 jam aku menunggu orang yang bernama Mayang untuk menegosiasikan kesepakatan asuransi karyawan. Aku tipe orang yang sangat menghargai waktu, bagiku intregitas seseorang diukur dari ketepatan waktunya dalam menjalankan tugas. Telat 1 jam sudah memberikan gambaran padaku tentang kualitas orang bernama Mayang ini.

"Sorry, benar ini Pak Rama?" Suara seorang perempuan muda kira-kira berusia 23 tahun tiba-tiba menyadarkanku dari lamunan.

"Iii..iya benar" Jawabku gugup.

"Saya Mayang, sorry telat, udah lama ya nunggunya?" Cerocosnya sambil menarik tempat duduk di depanku.

Aku masih mengamati wanita itu, wajahnya yang putih bersih dengan khas oriental terbalut blazer gelap dan rok hitam setinggi lutut membuat tubuhnya yang langsing dan padat d daerah dada membuat pandangan mataku teralihkan untuk sesaat. Jujur saja selama tinggal di Jakarta interaksiku dengan lawan jenis tidak begitu banyak, jadi wajar saja jika pikiranku menjadi kacau hingga membuat mulutku tergagap saat melihat Mayang untuk pertama kali. Tanpa aku sadari Mayang ternyata mengetahui kegugupanku itu, senyumnya mengembang, sungguh itu senyum termanis yang pernah aku lihat.

"So, kita jadi kan membicarakan masalah pekerjaan?" Sekali lagi Mayang berhasil mengagetkanku.

"Eh, iya..iya..Ehhmm...Kita mulai sekarang?" Jawabku terbata-bata sambil mengalihkan pandanganku pada isi tas, mencoba mencari beberapa berkas yang sebetulnya sudah aku hapal di luar kepala.

Entah kenapa siang ini Aku bertindak random sekali saat bertemu Mayang. Selanjutnya selama hampir 30 menit Kami berdua membicarakan tentang detail-detail kontrak, sebisa mungkin Aku curahkan konsentrasi pada pekerjaan meskipun pesona Mayang begitu menyita perhatianku.

"Well, jadi untuk realisasi kontrak bisa kita lakukan kapan Pak?" Tanya Mayang setelah membereskan beberapa berkas ke dalam tas kerjanya.

"Secepatnya, biasanya paling lama satu minggu udah bisa tanda tangan." Jawabku.

"Oke, sekarang kita mau gimana?" Tanya Mayang kembali, dan itu membuatku bingung.

"Maksudnya?" Tanyaku dengan muka bengong.

"Iyaa, Kita gimana habis ini?"

"Sorry, Saya bener-bener nggak ngerti dengan maksud Mayang." Mayang bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri kursi yang Aku duduki.

Tiba-tiba buluku dibuat merinding oleh Mayang saat bibirnya mendekati telingaku dan membisikkan sesuatu yang sama sekali tidak pernah Aku duga sebelumnya.

"Saya akan muasin Bapak hari ini, dimanapun Bapak mau."

*****

"AAAAARRGGHHTTT!!! FUCK ME RAMA!!! YEEEESSS FUCK ME !!"

Dengan posisi menungging seperti ini tubuh Mayang terlihat makin sexy, ditambah buliran keringatnya yang mengalir di seluruh tubuh membuatku semakin bertambah beringas menghajar lubang vaginanya dari belakang. Sudah hampir setengah jam aku menyetubuhi gadis cantik ini di ruang kerjaku, meja kerjaku sudah berantakan akibat kenakalan kami yang menjadikannya sebagai ranjang dadakan.

Referensiku yang begitu minim tentang tempat mesum aman di sore hari membuatku akhirnya membawa Mayang ke kantor untuk melepaskan nafsu birahi. Satu-satunya pertimbanganku untuk melakukan aktifitas sex di kantorku adalah suasana ruanganku yang terpisah jauh dari ruang kerja karyawan lain. Ya, ruang kerjaku terletak di lantai paling atas, hanya ada dua ruangan di situ, ruangan Om Yosh dan ruanganku. Kenyataan bahwa hari ini Om Yosh sedang berada di Jepang membuatku terpikir untuk menggunakan ruang kerja sebagai lokasi eksekusi.

Aku masih menggerakan pinggulku maju mundur, tanganku memegang erat pinggul Mayang yang menungging di depanku. Dua tangan Mayang memegang erat permukaan meja kerjaku agar tubuh rampingnya tak terhempas terlalu jauh saat penisku mengoyak-ngoyak isi vaginanya.

"Oooohhhhh ! Oooohhhh!! Yeesss!! Lebih keras Rama!! Fuck !!"

Aku semakin bersemangat menggenjot tubuh wanita itu dari belakang, gerakanku semakin cepat dan keras. Satu tanganku menjambak rambut Mayang dari belakang, membuat kepalanya terdongak ke atas. Ini adalah pengalaman pertamaku bercinta dengan seorang wanita, baru kali ini aku bisa mempraktekan adegan dalam porn movie yang terkadang aku tonton saat memiliki waktu senggang. Ternyata benar kata orang, praktek itu lebih mengasyikkan dibanding dengan hanya teori.

"Aaaaarrgghhhtttt!!!"

Aku mengerang kencang saat aku rasakan dorongan kuat dari batang penisku, seperti ada sesuatu yang harus segera aku semprotkan keluar. Segera aku cabut batang penisku dari dalam vagina Mayang, Aku mengocok sebentar batang penisku yang terasa lengket dan basah akibat cairan vagina Mayang. Sesaat kemudian tubuhku mengejang hebat saat dari ujung penisku menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke atas pantat Mayang yang masih berdiri menungging di depanku.

"AAAARRGGHHTTTT!!! AAARRGGHHHTTTT!!! "

Sekali lagi Aku berteriak kencang, ejakulasi pertamaku benar-benar membuat tubuhku merasakan sensasi yang luar biasa, sensasi yang sampai sekarang sulit aku gambarkan. Semprotan terakhirku pada tubuh Mayang membuat lututku sedikit gontai dan lemas, Aku rebahkan badanku pada sofa yang terletak di belakang tempatku berdiri. Tubuhku benar-benar lemas setelah menyemprotkan sperma, aku mencoba mengatur nafas yang tersenggal-senggal. Mayang tiba-tiba membalikkan badannya, mata sipitnya menatapku dengan tatapan lucu, senyumnya kembali merekah saat melihat tubuhku yang lemas di atas sofa. Perlahan Mayang menghampiriku, sungguh wanita ini masih terlihat sangat cantik meskipun keringat telah membasahi tubuhnya. Mayang menjongkokan tubuhnya di hadapanku, Aku menatapnya dengan heran karena Aku tidak tau apalagi yang akan dia lakukan padaku.

"Aku bersihin ya." Katanya lembut.

Sebelum aku memberikan ijin, mulut Mayang sudah berada di dekat penisku yang masih mengeras, dia kembali mengulum penisku, menghisapnya dengan lembut, menyedot semua sisa sperma yang mungkin masih tersisa di dalam penisku. Mayang benar-benar membuatku bertambah lemas, tapi meskipun begitu hisapan mulutnya kembali membangkitkan gairahku untuk kembali bercinta, entah harus sampai berapa ronde lagi, tapi yang pasti Aku benar-benar ingin kembali melepaskan semua nafsu birahiku pada tubuh Mayang.

"Keras lagi nih." Goda Mayang sesaat setelah melepaskan batang penisku dari dalam mulutnya.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya, tak menunggu lama Aku mengangkat tubuh Mayang, memangkunya dengan posisi saling berhadapan, Aku menciumi bibir ranum Mayang yang sedari tadi menjahili batang penisku, ciuman yang kemudian berlanjut pada ronde-ronde berikutnya. Sore itu dari dalam ruang kerjaku suara erangan dan teriakan saling bersahutan, Mayang benar-benar telah berhasil membangkitkan sisi lain dari dalam diriku, sisi liar tentang fantasy sex yang selama ini aku tahan dan aku pendam.

******

FLASHBACK 2015

RAMA POV

Pengalamanku bercinta untuk pertama kali dengan Mayang ternyata seperti membuka beberapa sisi lain pandora dalam hidupku. Sex ternyata menjadi salah satu obsesiku, Aku ternyata satu dari beberapa orang yang dikategorikan sebagai maniak sex. Entah itu sebuah kelainan atau bukan, yang pasti nafsu sex ku sulit untuk bisa dibendung. Dalam satu hari Aku bisa bercinta lebih dari 8 ronde, baik itu dengan satu orang wanita atau mungkin lebih. Awalnya Aku begitu menikmati "rutinitas" baruku ini, bahkan menggemarinya. Berbagai macam situasi sex telah Aku coba untuk memuaskan semua hasrat fantasiku, threesome,foursome, sampai dengan orgy party sudah aku lakukan baik dengan orang sudah Aku kenal, maupun dengan orang-orang baru yang Aku temui di beberapa club malam. Berbagai macam tema sex juga telah Aku ciptakan untuk menumpahkan semua pikiran-pikiran mesum dalam otakku. Office affair, masterchef, workout sex, bahkan sampai dengan tema BDSM sudah Aku coba semua. Tapi dari semua keliaranku itu tak ada satupun yang bisa membuatku benar-benar puas, Aku merasa bahwa kecanduaanku terhadap sex sudah dalam taraf akut.

Kegemaranku terhadap sex ternyata mempengaruhi kinerjaku di kantor, Aku menjadi tidak terlalu fokus pada tugas yang diberikan oleh Om Yosh. Beberapa kali komplain rekan bisnis akibat kelalaianku diterima oleh bosku itu. Beberapa kali juga Om Yosh menegurku dengan keras, sempat juga amarah Om Yosh meluap karena Aku lupa menghadiri pertemuan penting saat masih asyik menggenjot tubuh Lina, sekretaris pribadi Om Yosh. Atau juga beberapa kali Aku lupa menyiapkan berkas penting karena asyik menerima serviz blowjob dari therapis plus-plus langgananku. Kecanduanku terhadap sex benar-benar membuat karierku sempat berada di ujung tanduk. Tapi ternyata kegemaranku ini justru membuka pintu lain dalam perjalanan hidupku, semua itu terjadi karena orang yang sama, Om Yosh.

Pada suatu malam di bulan Maret 2015, Om Yosh menyuruhku untuk menemuinya di sebuah klub malam di daerah Kemang. Sempat terpikir mungkin ini merupakan pertemuan terakhirku dengan Om Yosh karena beliau akan memecatku sebagai karyawannya, Aku merasa telah mengecewakan kepercayaannya. Meskipun demikian, malam itu Aku sudah siap dengan segala macam kemungkinan buruk yang akan terjadi , pantang buatku untuk lari dari tanggung jawab.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam saat Aku sampai di depan klub yang dimaksud oleh Om Yosh, dari luar terdengar dentuman musik yang begitu keras, biasanya Aku akan bersemangat saat memasuki klub malam, tapi tidak untuk malam itu. Suasana klub itu sudah begitu ramai di dalam, Aku mencoba menerobos kerumunan muda mudi Jakarta yang menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan music dari DJ yang sudah aku hapal wajahnya. Aku melangkahkan kakiku ke arah meja bar, maksudku untuk menanyakan keberadaan Om Yosh pada bartender.

"Liat Om Yosh?!" Tanyaku dengan sedikit berteriak pada salah satu bartender yang sedang asyik meracik minuman.

"Hah?! Siapa?!!" Tanyanya dengan nada yang tak kalah tinggi dari suara musik yang memekakkan telinga.

"Om Yosh!!" Teriakku kembali.

Tanpa menjawab bartender itu menunjuk ke salah satu privat room di lantai dua, pandanganku tertuju pada arah jari bartender tersebut, mencoba mencari posisi persis privat room yang dimaksud. Setelah benar-benar yakin dengan petunjuk yang Aku terima, langsung Aku langkahkan kakiku menuju lantai dua klub ini, kembali aku terjebak kerumunan orang-orang yang ayik berjoget di atas floor club, dengan susah payah akhirnya Aku sampai juga di depan pintu romm privat, ruangan yang ditunjuk oleh bartender tadi. Belum sempat Aku mengetuk pintu, seseorang dari dalam ruangan membukakan pintu untukku.

Aku pun masuk ke dalam ruangan itu, dan kejutan malam itu benar-benar membuatku tercengang. Di dalam ruangan itu tengah berlangsung orgy party, pesta sex brutal terdiri dari 5 wanita dan 8 pria. Aku melihat Om Yosh hanya duduk menyaksikan berbagai adegan sex berlangsung di depannya, raut wajahnya begitu tenang, sesekali bibirnya tersenyum melihat tingkah wanita yang berteriak keenakan akibat menikmati hantaman penis yang mengoyak lubang vaginannya. Aku sendiri masih berdiri mematung, keterkejutanku membuat sendi-sendi lututku sulit untuk digerakkan.

"Hei Rama!!! Ayo sini duduk!" Teriak Om Yosh saat melihat kehadiranku. Tanpa menjawab Aku langsung menempati sofa tepat disamping Om Yosh, sementara mataku masih menatap heran adegan pesta sex yang terlihat di depan mata kepalaku.

"Kamu mau gabung?" Tanya Om Yosh menyadarkanku yang masih melongo melihat satu orang wanita melayani tiga orang pria.

"Oh,Eh....Eng..Enggak Pak, terimakasih" Jawabku dengan gugup, jawaban yang sama sekali bertolak belakang dengan pikiran bawah sadarku yang sudah mulai terbakar birahi.

"Hahahahaaahha ! Hahahahhahahahah !!" Tiba-tiba om Yosh tertawa terbahak-bahak setelah mendengar jawabanku barusan. Aku menatap pria itu dengan tampang bloon, tampang orang yang kebingungan, menerka sesuatu yang sama sekali tidak pernah dibayangkan.

"Ayo ikut Aku dulu sebentar" Om Yosh berdiri dari tempat duduknya, melangkahkan kaki keluar dari room privat itu. Aku mengikutinya dari belakang seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Kami berdua masuk ke dalam lift yang terletak di samping room privat, Aku lihat Om Yosh memencet tombol angka 7, lantai paling atas di klub ini, Aku hanya terdiam di dalam lift. Tak sampai 5 menit kami sudah sampai di lantai 7 klub, tak ada apa-apa di lantai paling atas tersebut karena lantai 7 adalah balkon, yang terlihat hanya hamparan langit malam dan kelap-kelip lampu Jakarta.

"Rama, Kamu suka sex?" Tanya Om Yosh tiba-tiba.

"Maksudnya Pak?"

"Iya, maksudku apa Kamu suka dengan kegiatan sex?"

"Sebagai laki-laki normal tentu saja Saya suka Pak." Jawabku dengan hati-hati, Aku sudah mulai bisa menerka arah pembicaraan ini.

"Seberapa kuat Kamu bisa melakukan kegiatan sex?"

"Hah? Maksud Bapak apa menanyakan hal ini kepada Saya?" Jujur saja menghadapi pertanyaan tentang rutinitas sex dari seorang pria membuat Aku dan mungkin beberapa pria lain diluar sana terasa tidak nyaman.

"Hahahahahahahah ! Please jangan salah paham dulu Rama."

"Saya benar-benar tidak mengerti maksud pertanyaan Bapak barusan." Kataku, kali ini dengan nada tegas, memberi tanda pada Om Yosh jika Aku merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang dia ajukan.

" Aku sudah tau semuanya Rama. Bagaimana kehidupan sex mu yang tidak terkontrol, semua pesta-pesta sex, affairmu dengan beberapa wanita di kantor, Aku juga telah menyadari karena kebiasaan itu berdampak buruk pada kinerjamu." Aku mendengarkan dengan seksama tiap detail ucapan Om Yosh, Aku semakin yakin bahwa malam ini Aku akan dipecat.

"Jadi bagaimana menurutmu Rama?" Tanya Om Yosh.

"Saya siap menerima semua keputusan Bapak pada karier Saya, Saya juga menyadari bahwa akhir-akhir ini kinerja Saya menurun dan Saya siap bertanggung jawab atas hal itu."

"Rama..Rama...Aku sudah menduga Kau akan menjawab seperti itu." Aku kembali tertegun mendengar ucapan Om Yosh, Aku kembali dibuat menerka-nerka maksud ucapan pria itu.

"Begini Rama, jika Kau mau, Aku punya satu tawaran pekerjaan yang sangat menarik. Bahkan dengan pekerjaan ini Kau akan mendapatkan uang yang lebih banyak, dan yang lebih penting hobi sex mu juga akan terfasilitasi."

"Pekerjaan apa yang Bapak maksudkan?" Tanyaku dengan muka heran.

"Gigolo."

Posting Komentar

0 Komentar