RAMA
SINOPSIS:
PART 1
Suasana remang
di kamar hotel tak membuat Rama kesulitan mengamati gerak gerik tubuh wanita di
depannya. Wanita itu terlihat menggeliat, kedua kakinya terus bergerak
menendang-nendang permukaan seprei, sementara dua pergelangan tangannya terikat
oleh tali yang terbuat dari bahan kulit pada besi ranjang hotel. Berbeda dengan
Rama yang bisa mengamati keadaan sekitar, wanita itu justru tidak bisa melihat
karena kedua matanya tertutup oleh selembar kain hitam. Perlahan Rama kembali
mendekati tubuh wanita itu setelah sebelumnya sempat mencumbunya. Bibir pemuda
tampan itu mulai menciumi kaki kemudian seluruh paha hingga perut ramping sang
wanita. Bibirnya terus menjelajah tiap lekuk tubuh wanita itu, gerakan lidah
Rama yang liar semakin membuat wanita itu menggelinjang dan memekik nikmat,
apalagi saat Rama mulai nakal menggigit pelan dan meninggalkan tanda merah di
beberapa bagian tubuh wanita itu.
"Aaaaaaahhhh!
Raaamaa, please jangan siksa aku. Aaaaaahhh!" Teriak wanita itu
dengan binal, tubuhnya yang masih terbungkus lingerie sutra hitam terus
menggelinjang menikmati sentuhan demi sentuhan bibir Rama.
Mendengar
permintaan sang wanita membuat Rama tersenyum, dia tau jika permintaan itu
hanya ulah manja sang wanita. Rama tau betul jika wanita itu meminta lebih
dibanding hanya menikmati kenakalan bibirnya. Rama mulai menyikap lingerie
wanita itu ke arah atas, membiarkannya menggantung di atas dada sang wanita.
Kali ini Rama lebih bebas memandangi tubuh polos sang wanita, sesaat dilihatnya
permukaan vagina wanita itu sedikit basah.
"Aaaaaahhhhh!!!
Nakal kamu Rama!! Arrgghhttt!!!" Teriak wanita itu saat dua jari tangan
Rama mulai memainkan lubang vaginanya, membuatnya semakin basah.
Rama kembali
tersenyum mendengar teriakan sang wanita, seolah dia bangga telah membuat
wanita itu kembali berteriak. Di tengah kenakalan jarinya, Rama mulai
mengarahkan mulutnya pada payudara sang wanita. Dengan telaten Rama mencium dan
bahkan terkadang menghisap seluruh bagian payudara wanita itu.
"Ooooocchhhhh!
Yeeesss baby!!! Yeeesss!!! Aaaargghhhttt!!!!" Tubuh wanita itu
semakin bergerak tak beraturan mengahadapi kenakalan jari dan mulut Rama.
"Udah
siap honey?" Bisik Rama sesaat setelah melepas hisapannya pada
payudara sang wanita.
"Lakukan
sayang. Lakukan!!"
Rama beranjak
menjauh dari tubuh si wanita, pemuda tampan itu berdiri tepat di sisi tempat
tidur, matanya masih menjelajahi tiap lekuk tubuh sang wanita sementara
tangannya dengan cekatan melepas gesper dan kemudian melucuti celana dari
tubuhnya. Kini Rama sudah polos tanpa sehelai benangpun yang menempel pada
tubuh atletisnya. Penisnya sudah menegang sempurna, sesaat tangan kekar Rama
mencoba mengocok batang kemaluannya, memastikan pusakanya itu telah siap untuk
melakukan penetrasi pada vagina si wanita. Dengan lembut Rama kembali menciumi
tiap jengkal bagian tubuh sang wanita, mulai dari ujung kaki kemudian terus
naik dan berhenti sesaat pada daerah pusar si wanita.
"Ooooouugghhhtttt
! Shit!!! Kamu nakal banget Rama !!!" Lenguh sang wanita saat lidah
Rama mulai menjilati lubang pusarnya, sebagian tubuhnya yang terikat pada
ranjang membuat tubuh wanita itu hanya bergerak liar menahan kenakalan dari
lidah Rama.
Puas
bermain-main pada area pusar, kepala Rama kembali bergerak turun, kali ini Rama
beralih pada vagina sang wanita. Perlahan lidah pria tampan itu mulai
menjelajahi permukaan vagina sang wanita, gesekan lembut lidah dipadu dengan
sensasi basah pada liur membuat si wanita kembali meraung keenakan. Tubuhnya
terus bergerak tak beraturan menghadapi serangan demi serangan dari lidah Rama.
Pria berusia 22 tahun itu ternyata tak berhenti sampai disitu saja, dua jarinya
kembali menerobos liang si wanita, mengocoknya secara simultan dan cepat. Di
tengah kocokan jari, bibir Rama juga tak berhenti menghisap permukaan vagina
sang wanita, secara bersamaan jari dan bibir Rama menjahili area sensitif itu.
"AAARRGGHHTTTT!!!
Stop Rama!!! Stop!!! AARRGGHHTTT!!" Teriakan si wanita tak
membuat Rama menghentikan aksinya, bahkan semakin lama kocokan jari dan hisapan
bibirnya pada vagina si wanita semakin cepat dan kasar.
Tak lama
kemudian tubuh wanita itu mengejang, punggungnya melengkung ke atas, pinggulnya
bergetar hebat, lalu tiba-tiba dari dalam vagina sang wanita menyemprotkan
cairan dengan deras. Wajah dan sebagian rambut Rama dibuat basah kuyup oleh
cairan itu.
"FUCK!!!
AAARRGGHHTTTT!!! RAMAAAA!!!! FUCK!!!!" Teriak sang wanita
bebarengan dengan proses squirt dan orgasme yang baru saja dialaminya.
Rama hanya
tersenyum, ada kebanggaan yang terlihat pada raut wajah pria tampan itu.
Kebanggan telah berhasil membuat si wanita tersebut orgasme dan squirt secara
bersamaan. Rama mengarahkan wajahnya yang masih basah ke arah kepala si wanita,
pelan-pelan dia membuka penutup mata yang sedari tadi menutupi pandangan wanita
itu.
"Aaaaahhh
! Kamu nakal banget Rama." Bisik wanita itu sesaat setelah melihat wajah
Rama tepat di sampingnya.
"Tapi
Tante suka kan?" Jawab Rama lembut masih dengan senyum menawannya.
"Suka
sih, tapi sorry ya udah bikin kamu basah kuyup kayak gini."
"Hehehhe.
Nggak apa-apa kok Tante, udah resiko pekerjaan."
"Huh !
Dasar bandel kamu." Rama kembali tersenyum melihat raut wajah lelah si
wanita.
"Masih
mau lanjut Tante?" Tanya Rama, meskipun dia sudah tau jawaban dari
pertanyaannya itu. Wanita itu membayarnya bukan hanya untuk menikmati ciuman
dan penetrasi dari jarinya saja, bagaimanapun menu utama malam itu belum
disajikan oleh Rama.
"Lanjut
dong, tapi lepasin dulu tanganku, sakit kalo diiket kayak gini." Jawab si
wanita dengan tatapan manjanya.
"Hmmm,
bentar lagi ya lepasinnya ? Aku masih pengen nakalin Tante lagi."
Tanpa menunggu
persetujuan, Rama segera mengambil posisi jongkok di depan tubuh sang wanita.
Dengan lembut, Rama kembali membuka paha sang wanita, dengan gerakan menusuk
tiba-tiba Rama menghujamkan batang penisnya dengan keras dan kasar ke dalam
vagina wanita itu.
"AAARRGGHHTTT!!!
FUCK YOU RAMA!!!! AAAARRGGHHTTT!!" Teriak wanita itu setelah dengan
sengaja Rama menyodokkan penisnya ke dalam vagina secara keras dan kasar.
Meskipun
lubang kewanitaannya telah basah akibat orgasme dan permainan jari serta mulut
Rama, tapi tetap saja penetrasi yang barusan dilakukan oleh Rama menimbulkan
rasa sakit pada selangkangannya, apalagi ukuran penis Rama yang jauh lebih
besar dibanding standar laki-laki Indonesia pada umumnya. Rama seolah tak
mempedulikan cacian dari si wanita, dengan kecepatan penuh dia mulai menggenjot
tubuh wanita itu dari atas. Beberapa kali bahkan dengan sengaja Rama
menghujamkan seluruh batang keperkasaannya ke dalam vagina secara kasar dan
keras. Tubuh wanita itu seolah menjadi sasak hidup hujaman penis Rama.
"Aaaaahhh
! Aaaaaahhh Rama ! Pelan sayang ! Aaaahhhhhhh Fuck!!" Lenguh wanita itu.
Rama
menelungkupkan badannya pada tubuh si wanita, kali ini selain menggenjot, Rama
juga mulai menghisap puting wanita itu. Secara bergiliran kedua puting wanita
tersebut terhisap oleh mulut Rama.
"Rama,
lepasin tanganku, Aku mau gaya doggystyle. Please Rama !
Aaahhhhhh!!!"
Rama seolah
tak menghiraukan permintaan wanita tersebut, dia masih terus menggerakkan
pinggulnya naik turun dengan cepat, menghujamkan seluruh batang penisnya pada
lubang vagina wanita itu. Bahkan Rama mulai menampar dua buah payudara wanita
itu yang bergerak kencang akibat pergumulan mereka.
PLAK!!
PLAK!!
PLAK!!!
"Auuuuuww
! Brengsek Kau Rama!!! Aacchhhhh!!! Fuck!!!"
"Aaahhhh
! Aaahhh ! Tante suka permainan kasar seperti ini?! Hah?!!"
"Aarrrgghhhhhtt!!!
Dont stop Baby ! Fuck Me!!! Aaaacchhhtttt!!!"
Tubuh wanita
itu bergerak naik turun semakin cepat dan liar mengikuti irama genjotan tubuh
Rama yang tak juga melambat. Tubuh Rama dan wanita itu sudah bermandi peluh,
pergumulan yang terjadi membuat keduanya menguras energi yang tak sedikit.
Terlebih percintaan mereka berlangsung dengan keras dan cenderung kasar,
raungan serta teriakan seolah tak berhenti di dalam kamar hotel bintang 5
tersebut. Sore itu Rama untuk kesekian kalinya menjalankan tugasnya sebagai
pria bayaran, gigolo bagi wanita-wanita yang haus akan kenikmatan permainan
ranjang.
Rama sangat
ahli dalam menjalankan tugas itu, baginya sex bukan hanya sekedar melepas
birahi dan hasrat semata, baginya sex lebih dari itu. Bagi Rama, sex adalah
seni yang harus dilakukan dengan sepenuh hati dan perasaan, meskipun Rama hanya
seorang gigolo yang dibayar untuk memuaskan nafsu birahi para wanita tersebut,
tapi Rama melakukan tugasnya tak asal-asalan. Rama selalu menempatkan orang
yang membayar jasanya sebagai wanita yang istimewa, dia selalu berhasil membuat
para wanita yang membayarnya merasa diperlakukan sebagai orang spesial,
meskipun hanya dalam durasi tertentu.
Hal ini
membuat Rama begitu terkenal sebagai seorang gigolo, tak jarang banyak para
wanita yang ingin merasakan serviznya harus sabar menunggu jadwal kosong dari
Rama. Hampir 1 tahun Rama menggeluti profesi ini, para customernya pun beragam.
Tak hanya tante-tante berusia 30 tahun ke atas tapi juga wanita-wanita muda
yang usianya tak jauh dari angka 20 tahunan. Bahkan pernah Rama melayani dua
wanita sekaligus, seorang Ibu berusia 40 tahun dan anaknya yang masih berusia
18 tahun ! Gila! Yup, dunia memang sudah gila dan kacau, profesi yang dilakukan
oleh Rama telah menggambarkan semua itu.
Rama juga
dikenal sebagai gigolo yang selalu bisa dan mampu menuruti apa permintaan dari
customernya, berbagai macam tema sex yang diinginkan oleh customer selalu bisa
dituruti oleh Rama, dari mulai softcore sampai pada tema hardcore sekalipun
Rama pasti bisa melayaninya, seperti malam ini, wanita yang membayar jasanya
menginginkan permainan sex dengan tema bondage dan kasar. Dengan baik dan
profesional Rama bisa memuaskan hasrat wanita tersebut.
*******
"Kamu
minggu depan ada jadwal?" Tanya wanita yang 2 jam sebelumnya bergumul
dengan Rama di atas ranjang.
"Belum
tau sih Tante, kayaknya sih lagi kosong, emang kenapa Tant?" Jawab Rama
sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk setelah selesai mandi.
"Kalo
kosong nggak ada jadwal, Aku mau booking Kamu lagi minggu depan, tapi Aku
maunya 1 minggu full, sekalian kita jalan-jalan ke Eropa."
"Tawaran
yang menarik , tapi Tante tau sendiri kan, Aku nggak bakal diijinin sama Om
Yosh kalo terima job lebih dari satu hari." Jawab Rama sambil tersenyum,
senyum yang membuat para customernya selalu berhasil dibuat meleleh saat
menatap barisan rapi gigi depan pria tampan tersebut.
"Aku
berani bayar Kamu tiga kali lipat dari tarif standar Kamu." Tegas wanita
itu dengan mimik serius, seolah tak mau jika keinginannya ditolak oleh Rama.
Rama mendekati tubuh wanita itu yang masih tertutup selimut, perlahan dia
mendaratkan kecupan lembut pada kening customernya itu.
"Ini
bukan masalah uang Tante, tapi aturan yang harus aku taati. Aku harap Tante
bisa ngertiin ya." Kata Rama lembut.
"Baru
kali ini aku ketemu orang kayak kamu Ram."
"Orang
kayak Aku? Maksudnya Tant..?" Tanya Rama dengan raut menyelidik.
"Maksudku,
orang yang begitu profesional melakukan pekerjaannya, nggak buta akan
materi." Jawab wanita itu.
Rama hanya
tersenyum mendengar ucapan wanita tersebut, sekali lagi Rama mengecup kening
wanita itu, kali ini lebih lembut dan lama. Rama selalu berhasil menebar pesona
pada wanita yang telah membayar jasanya.
"Satu
ronde lagi mau? Nanti Aku tambahin tipsnya." Bisik sang wanita dengan
mimik binal.
"Nggak
usah pake ditambahin segala , Aku bakal layanin Tante sampai Tante bener-bener
puas."
Keduanya
kembali bergumul di atas ranjang, mengacak-acak sprei ranjang, dan detik
berikutnya lenguhan berbaur dengan erangan kembali terdengar dari dalam kamar
hotel. Rama kembali bekerja memuaskan birahi customernya.
*****
Sebuah mobil
sedan mewah produksi negeri sakura keluaran tahun 2015 melaju tenang menembus
pekatnya malam jalanan di daerah Jakarta Pusat. Di depan kemudi terlihat Rama
sedang mengendarai mobil itu seorang diri. Hari ini dia telah melayani 3
customer, cukup melelahkan, dan itu membuat Rama ingin segera sampai di
apartemennya kemudian merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Rama mengamati area
ruas jalan yang dilaluinya, lenggang tak begitu ramai karena memang sudah
memasuki waktu dinihari. Di kota ini Rama mulai mengerti arti sepi.
KLING!!!
Layar smartphone
yang tergeletak di atas dashboard menyala terang, tanda ada pesan masuk untuk
Rama. Rama meraih gadgetnya itu, dilihatnya sesaat si pengirim pesan, Om Yosh.
"Mampir
ke rumah dulu, ada yang perlu Om omongin"
Rama tak
membalas pesan itu, dia langsung mengarahkan mobilnya menuju arah Bandung,
tempat dimana Om Yosh tinggal. Sepertinya keinginannya untuk segera istirahat
setelah memuaskan para customernya harus ditunda. Perintah dari Om Yosh dari
dulu tak pernah Rama bantah, sebisa mungkin selalu dia laksanakan meskipun itu
terasa berat. Hutang budi, begitulah dia menganggap keberadaan Om Yosh bagi
hidup Rama. Karena Om Yosh lah kehidupan Rama bisa berubah 180 derajat seperti
saat ini. 2 tahun yang lalu Rama bukanlah siapa-siapa, dia hanya pemuda kampung
yang mencari peruntungan, berharap bisa merubah nasib di dalam kerasnya
kehidupan ibukota. Pertemuannya dengan Om Yosh membuat mimpi mudanya untuk
meneguk nikmat kesuksesan berhasil terwujudkan. Materi yang berlimpah,
penampilan elegant, gaya hidup highclass dan berbagai macam kemewahan lain
berhasil Rama dapatkan, semua karena jasa dari Om Yosh.
Om Yosh adalah
pria paruh baya berusia 45 tahun, selain memiliki bisnis retail yang berkembang
pesat di kawasan Jawa Barat, pria ini juga memiliki bisnis sampingan
"service underground" jasa pelayanan sex, bisnis yang mempertemukan
Rama dengannya. Bisnis sampingan ini membuat Om Yosh dikenal dengan julukan
"Papi", sebutan yang sering digunakan oleh para customer maupun oleh
para pekerja sex nya untuk memanggil Om Yosh. Untuk bisnis sex ini, Om Yosh
mengklamufasekannya sebagai agensi model pria untuk menghindari kecurigaan dari
masyarakat luas. Kamuflase yang terbukti berhasil, terbukti sampai detik ini
agensi yang dimiliki oleh Om Yosh tak pernah tersentuh isu miring, semua itu
terjadi karena Om Yosh menerapkan standar pelayanan tinggi.
Om Yosh
mengelola bisnis ini dengan sangat rapi dan profesional, hal ini membuat anak
buahnya memiliki SOP tersendiri dalam memberikan pelayanan pada customer.
Penampilan dan pembawaan Om Yosh yang elegant bahkan terkesan tegas tanpa
kompromi, jauh dari kesan lebay seperti mucikari pada umumnya, membuat pria ini
begitu disegani oleh anak buah dan para customer. Om Yosh lebih pantas disebut
sebagai pimpinan agensi daripada seorang mucikari gigolo. Selain Rama, Om Yosh
juga mempekerjakan 12 pria lain dalam bisnis undergroundnya, pria-pria
ini biasa disebut "kucing" oleh para customer Om Yosh. Dari kesemua
koleksi "kucing" Om Yosh, Rama lah yang selalu menjadi primadona,
maka tak heran jika Om Yosh benar-benar memproteksi Rama dalam menjalankan
bisnis ini. Jika "kucing" lain bisa menerima full job lebih dari 3
hari untuk satu costomer, Rama maksimal hanya bisa menerima full job 24jam
untuk satu costomer, lebih dari itu Rama wajib untuk menolaknya.
Rama bertemu
Om Yosh 6 tahun lalu dengan cara yang tidak disengaja. Awal tahun 2014, Rama
menginjakkan kakinya di ibukota, hanya bermodalkan ijazah SMA dan sedikit uang
tabungan dia mencoba peruntungan di kota besar ini. Tanpa teman dan sanak
famili di Jakarta Rama bersusah payah mewujudkan mimpinya, mimpi untuk bisa
mapan secara ekonomi, mimpi untuk bisa membahagiakan Ibunya di kampung.
Kerasnya hidup di Jakarta membuat Rama membanting tulang, semua pekerjaan kasar
telah dia lakukan, mulai dari menjadi kuli panggul di pelabuhan, tukang sapu di
pasar, hingga menjadi penjaga toilet di sebuah Mall dilakukan oleh Rama untuk
tetap bertahan hidup. Profesi terakhirnya sebagai penjaga toilet itulah yang
mempertemukan Rama dengan Om Yosh.
Suatu hari di
pertengahan tahun 2014, seorang pria yang akhirnya diketahui sebagai pengawal
pribadi Om Yosh meninggalkan tas di dalam toilet. Rama yang pada waktu itu
sedang berjaga menemukan tas tersebut, Rama sempat mencari keberadaan orang
yang meninggalkan tas itu di sekitar Mall tapi tak ditemukannya. Akhirnya Rama
memberanikan diri untuk membuka tas tersebut, berharap menemukan petunjuk si
pemilik tas tersebut. Betapa terkejutnya Rama saat melihat isi tas itu,
beberapa gepok uang seratus ribuan dan kertas-kertas dokumen berada di
dalamnya. Seumur hidup, Rama tidak pernah melihat apalagi memegang uang
sebanyak itu.
Bagi sebagian
orang peristiwa seperti itu sering diartikan sebagai rejeki nomplok, kesempatan
untuk meraup rupiah dengan cara instan. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Rama,
mengambil sesuatu yang bukan miliknya bukan bagian dari prinsip hidupnya.
Meskipun hidup susah, Rama tidak pernah sekalipun mengambil hak orang lain,
terlintas di pikirannya pun tidak. Berbekal petunjuk dari supervisornya dan
sebuah kartu nama yang dia temukan di dalam tas, malam harinya setelah pulang
kerja, Rama menuju alamat yang tertera pada kartu nama itu untuk mengembalikan
tas itu pada pemiliknya. Malam itu akhirnya Rama bertemu dengan Om Yosh sang
pemilik tas. Menemukan orang baik dan jujur di ibukota saat ini sangatlah
sulit, hal itu juga disadari oleh Om Yosh setelah pertemuannya dengan Rama.
Bagaimana
mungkin seorang pemuda kampung, miskin, memiliki peluang untuk mendapatkan uang
puluhan juta tanpa harus susah-susah mengembalikannya pada sang pemilik tas,
tapi itu tak dilakukannya. Rama justru memilih untuk bersusah payah menemukan
alamat sang pemilik, hal itu membuat kesan mendalam pada Om Yosh terhadap
pribadi Rama.
Orang seperti
Rama inilah yang dicari oleh Om Yosh, seorang pemuda yang memiliki prinsip
hidup, tidak mudah menyerah, dan tentu saja memiliki intregitas tinggi tentang
nilai-nilai kejujuran. Singkat cerita, akhirnya Rama bekerja pada Om Yosh,
awalnya Rama hanya bertugas sebagai asisten Om Yosh, tugasnya adalah menyiapkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan Om Yosh sebagai bos perusahaan
retail. Om Yosh tidak pernah sekalipun menyinggung bisnis
"sampingannya" kepada Rama, dan Om Yosh memang awalanya tidak
berencana mengikutsertakan Rama dalam bisnis itu, apalagi memposisikan Rama
sebagai salah satu koleksi kucing dari agensi. Sampai pada suatu hari Om Yosh
mengetahui sisi lain dari seorang Rama.
********
Mobil Rama
sudah berada di depan pagar tinggi sebuah rumah mewah di kawasan Dago Bandung.
Beberapa saat kemudian pintu pagar itu terbuka, terlihat seorang pria dengan
perawakan tinggi besar dengan memakai pakaian safari gelap membukakan pintu
pagar itu untuk Rama. Rama membuka kaca mobilnya, melongokkan kepalanya keluar.
"Om Yosh
ada?" Tanya Rama pada pria besar itu.
"Ada Mas,
sudah ditunggu di dalam" Jawab pria itu dengan senyum ramah pada Rama.
"Oke,
makasih ya." Balas Rama yang kemudian kembali memacu mobilnya menuju
halaman rumah mewah itu.
Setelah
memarkirkan mobilnya tepat di bawah altar rumah, Rama beranjak menuju ruang
tamu, tempat dimana Om Yosh sudah menunggunya. Sesaat dia melirik jam tangan
rolex miliknya, sudah hampir subuh, ada maksud apa Om Yosh memanggilnya selarut
ini? Apa ada masalah dengan pekerjaannya? Pertanyaan-pertanyaan itu sedari tadi
telah dipikirkan oleh Rama karena memang tidak biasanya Om Yosh memanggilnya
pada jam-jam istirahat seperti ini. Rama memasuki ruang tamu rumah mewah itu,
matanya menjelajah seluruh isi ruangan tapi sosok Om Yosh tak ditemukannya
berada di sana.
"Baru
datang Ram?" Rama mendongakkan kepalanya, mencari sumber suara itu,
didapatinya Om Yosh sedang berjalan menuruni tangga menuju ruang tamu.
"Iya Pi,
baru aja nyampek." Jawab Rama.
"Ayo
duduk dulu, mau minum apa? Wine? Vodka? "
"Duh
jangan Pi, ntar nggak bisa balik ke Jakarta kalo minumnya kayak gitu,
hehehe."
"Kenapa
harus buru-buru? Ada urusan mendesak di Jakarta? Hmmm?" Tanya Om Yosh
sambil menyodorkan gelas yang berisi cairan bening pada Rama.
"Enggak
sih Pi." Jawab Rama dengan intonasi ragu.
"Kalo
nggak ada yang mendesak hari ini Kamu tidur di sini saja, nanti kalo udah nggak
terlalu capek baru balik ke Jakarta. Ayo minum dulu." Kata Om Yosh, pelan
tapi tegas, permintaan yang seperti biasa tidak akan bisa ditolak oleh Rama.
"Ehhmmm,
gimana hari ini? Lancar kerjaan kamu Ram?" Tanya Om Yosh kembali.
"Lancar
kok Pi, standar seperti biasanya? Kalo boleh tau apa ada masalah dengan
pekerjaan saya Pi? Kok sampai harus ketemu Papi selarut ini?"
"Hmmm,nggak
ada masalah, tenang aja, justru karena kerjaan kamu sangat memuaskan selama
ini, Aku memanggilmu sekarang."
"Maksudnya
gimana Pi?" Tanya Rama bingung.
"Begini
Ram." Om Yosh berdiri dari tempat duduknya sambil memegang gelas.
"Aku
ingin beberapa hari ke depan Kamu menjaga putri sahabatku dari Jepang."
"Menjaga?
Seperti seorang bodyguard gitu Pi?" Tanya Rama masih dengan mimik
wajah bingung.
"Yaahh
kurang lebih seperti itu, tapi lebih pada tugas seorang guide. Putri sahabatku
ini baru pertama kali datang ke Indonesia, sebelum dia menikah akhir bulan
nanti dia ingin menikmati liburan di negeri yang sama sekali belum pernah dia
kunjungi." Jelas Om Yosh, Rama memperhatikan dengan detail tiap kalimat
yang diucapkan oleh bos nya itu.
"Tapi
ingat Rama, tugasmu hanya menemaninya saja. Jangan sekalipun coba-coba untuk
menyentuhnya, nama baikku dipertaruhkan dalam tugas ini." Tegas Om Yosh
dengan mimik wajah serius.
"Baik Pi,
saya sanggup menjalankan tugas itu, tapi kalo boleh tau, kenapa Papi
menyerahkan tugas itu pada saya?"
"Karena
cuma kamu yang bisa Papi percaya."
*****
FLASHBACK-September 2014
Rama POV
Aku masih
duduk menunggu Bu Mayang di sebuah cafe kawasan Sudirman, seseorang yang diutus
oleh Perusahaan ansuransi Adhy Raksa untuk menegosiasikan kesepakatan asuransi
untuk seluruh karyawan Om Yosh. Ya, Om Yosh punya rencana untuk memberikan
fasilitas ansuransi kesehatan bagi seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan
retailnya. Untuk membicarakan detail kesepakatan sebelum penandatanganan
kontrak, Om Yosh mengutusku untuk menegosiasikannya.
Sudah hampir 5
bulan aku bekerja untuk Om Yosh, sebenarnya tidak ada jabatan tertentu yang aku
emban dalam pekerjaan ini. Tugasku seperti seorang sekretaris, membuat notulen
pertemuan bisnis dan menyiapkan berkas-berkas tertentu untuk kepentingan
pertemuan bisnis adalah job desk utamaku, tapi tetap saja sebutan sekretaris
membuatku risih mendengarnya karena profesi itu identik dengan perempuan. Aku
lebih suka disebut sebagai orang kepercayaan Om Yosh, terdengar lebih macho,
yah meskipun kualifikasi tugasnya adalah sebagai sekretaris.
Bekerja pada
Om Yosh merupakan lompatan karier yang luar biasa bagiku, tidak pernah
sekalipun terpikir di benakku akan bekerja dengan suasana perkantoran seperti
ini. Hanya dengan bermodalkan ijazah SMA kini aku digaji 10 juta/per bulan,
sulit rasanya membayangkan bagaimana mimpi-mimpiku tentang kesuksesan terwujud
begitu cepat. Pertemuanku dengan Om Yosh seolah menjadi jalan pembuka
mimpi-mimpiku, kini aku tak perlu lagi menahan lapar saat uang dikantong hanya
menyisakan beberapa lembar puluhan ribu, tempat tinggalkupun sudah sangat layak
tak seperti kamar kos kecil berukuran tak lebih dari 3x3 meter yang hampir 1
tahun aku tempati setibanya di Jakarta. Belum lagi satu bulan ini Aku sudah
mendapat fasilitas tambahan lain dari Om Yosh, yaitu mobil pribadi, hanya dalam
rentang waktu tak lebih dari 1 tahun aku sudah mendapat berbagai macam
kemewahan dari Om Yosh.
Awalnya aku
sempat menolak ajakan Om Yosh untuk ikut membantunya dalam menjalankan bisnis
retail, bukan karena maksud tertentu, Aku hanya merasa tidak nyaman jika
keputusanku mengembalikan tas Om Yosh dianggap sebagai tindakan yang
membutuhkan pamrih. Tapi Om Yosh meyakinkanku jika pekerjaan yang dia tawarkan
memerlukan kualifikasi orang sepertiku, kejujuran dan loyalitas. Akhirnya aku
menerima tawaran itu, sebisa mungkin aku menjalankan tugasku dengan baik, aku
tidak ingin mengecewakan kepercayaan dari orang yang telah menyelamatkanku dari
lubang kemiskinan.
Satu bulan
terakhir tugasku bertambah, Om Yosh mulai sering memintaku untuk mewakili
dirinya dalam hal menegosiasikan berbagai macam kesepakatan dengan pihak lain
sehubungan dengan bisnis retailnya. Entah apa pertimbangan beliau mempercayakan
urusan ini kepadaku, yang pasti aku menjadi bangga karena ternyata kinerjaku
selama ini cukup memuaskan Om Yosh hingga aku diberi kepercayaan untuk mewakili
dirinya dalam urusan bisnis. Seperti halnya hari ini, sudah hampir 1 jam aku
menunggu orang yang bernama Mayang untuk menegosiasikan kesepakatan asuransi
karyawan. Aku tipe orang yang sangat menghargai waktu, bagiku intregitas
seseorang diukur dari ketepatan waktunya dalam menjalankan tugas. Telat 1 jam
sudah memberikan gambaran padaku tentang kualitas orang bernama Mayang ini.
"Sorry,
benar ini Pak Rama?" Suara seorang perempuan muda kira-kira berusia 23
tahun tiba-tiba menyadarkanku dari lamunan.
"Iii..iya
benar" Jawabku gugup.
"Saya
Mayang, sorry telat, udah lama ya nunggunya?" Cerocosnya sambil menarik
tempat duduk di depanku.
Aku masih
mengamati wanita itu, wajahnya yang putih bersih dengan khas oriental terbalut
blazer gelap dan rok hitam setinggi lutut membuat tubuhnya yang langsing dan
padat d daerah dada membuat pandangan mataku teralihkan untuk sesaat. Jujur
saja selama tinggal di Jakarta interaksiku dengan lawan jenis tidak begitu
banyak, jadi wajar saja jika pikiranku menjadi kacau hingga membuat mulutku
tergagap saat melihat Mayang untuk pertama kali. Tanpa aku sadari Mayang
ternyata mengetahui kegugupanku itu, senyumnya mengembang, sungguh itu senyum
termanis yang pernah aku lihat.
"So,
kita jadi kan membicarakan masalah pekerjaan?" Sekali lagi Mayang berhasil
mengagetkanku.
"Eh,
iya..iya..Ehhmm...Kita mulai sekarang?" Jawabku terbata-bata sambil
mengalihkan pandanganku pada isi tas, mencoba mencari beberapa berkas yang
sebetulnya sudah aku hapal di luar kepala.
Entah kenapa
siang ini Aku bertindak random sekali saat bertemu Mayang. Selanjutnya
selama hampir 30 menit Kami berdua membicarakan tentang detail-detail kontrak,
sebisa mungkin Aku curahkan konsentrasi pada pekerjaan meskipun pesona Mayang
begitu menyita perhatianku.
"Well,
jadi untuk realisasi kontrak bisa kita lakukan kapan Pak?" Tanya Mayang
setelah membereskan beberapa berkas ke dalam tas kerjanya.
"Secepatnya,
biasanya paling lama satu minggu udah bisa tanda tangan." Jawabku.
"Oke,
sekarang kita mau gimana?" Tanya Mayang kembali, dan itu membuatku
bingung.
"Maksudnya?"
Tanyaku dengan muka bengong.
"Iyaa,
Kita gimana habis ini?"
"Sorry,
Saya bener-bener nggak ngerti dengan maksud Mayang." Mayang bangkit dari
tempat duduknya dan berjalan menghampiri kursi yang Aku duduki.
Tiba-tiba
buluku dibuat merinding oleh Mayang saat bibirnya mendekati telingaku dan
membisikkan sesuatu yang sama sekali tidak pernah Aku duga sebelumnya.
"Saya
akan muasin Bapak hari ini, dimanapun Bapak mau."
*****
"AAAAARRGGHHTTT!!!
FUCK ME RAMA!!! YEEEESSS FUCK ME !!"
Dengan posisi
menungging seperti ini tubuh Mayang terlihat makin sexy, ditambah buliran
keringatnya yang mengalir di seluruh tubuh membuatku semakin bertambah beringas
menghajar lubang vaginanya dari belakang. Sudah hampir setengah jam aku
menyetubuhi gadis cantik ini di ruang kerjaku, meja kerjaku sudah berantakan
akibat kenakalan kami yang menjadikannya sebagai ranjang dadakan.
Referensiku
yang begitu minim tentang tempat mesum aman di sore hari membuatku akhirnya
membawa Mayang ke kantor untuk melepaskan nafsu birahi. Satu-satunya
pertimbanganku untuk melakukan aktifitas sex di kantorku adalah suasana
ruanganku yang terpisah jauh dari ruang kerja karyawan lain. Ya, ruang kerjaku
terletak di lantai paling atas, hanya ada dua ruangan di situ, ruangan Om Yosh
dan ruanganku. Kenyataan bahwa hari ini Om Yosh sedang berada di Jepang
membuatku terpikir untuk menggunakan ruang kerja sebagai lokasi eksekusi.
Aku masih
menggerakan pinggulku maju mundur, tanganku memegang erat pinggul Mayang yang
menungging di depanku. Dua tangan Mayang memegang erat permukaan meja kerjaku
agar tubuh rampingnya tak terhempas terlalu jauh saat penisku mengoyak-ngoyak
isi vaginanya.
"Oooohhhhh
! Oooohhhh!! Yeesss!! Lebih keras Rama!! Fuck !!"
Aku semakin
bersemangat menggenjot tubuh wanita itu dari belakang, gerakanku semakin cepat
dan keras. Satu tanganku menjambak rambut Mayang dari belakang, membuat
kepalanya terdongak ke atas. Ini adalah pengalaman pertamaku bercinta dengan
seorang wanita, baru kali ini aku bisa mempraktekan adegan dalam porn movie
yang terkadang aku tonton saat memiliki waktu senggang. Ternyata benar kata
orang, praktek itu lebih mengasyikkan dibanding dengan hanya teori.
"Aaaaarrgghhhtttt!!!"
Aku mengerang
kencang saat aku rasakan dorongan kuat dari batang penisku, seperti ada sesuatu
yang harus segera aku semprotkan keluar. Segera aku cabut batang penisku dari
dalam vagina Mayang, Aku mengocok sebentar batang penisku yang terasa lengket
dan basah akibat cairan vagina Mayang. Sesaat kemudian tubuhku mengejang hebat
saat dari ujung penisku menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke atas
pantat Mayang yang masih berdiri menungging di depanku.
"AAAARRGGHHTTTT!!!
AAARRGGHHHTTTT!!! "
Sekali lagi
Aku berteriak kencang, ejakulasi pertamaku benar-benar membuat tubuhku
merasakan sensasi yang luar biasa, sensasi yang sampai sekarang sulit aku
gambarkan. Semprotan terakhirku pada tubuh Mayang membuat lututku sedikit
gontai dan lemas, Aku rebahkan badanku pada sofa yang terletak di belakang
tempatku berdiri. Tubuhku benar-benar lemas setelah menyemprotkan sperma, aku
mencoba mengatur nafas yang tersenggal-senggal. Mayang tiba-tiba membalikkan
badannya, mata sipitnya menatapku dengan tatapan lucu, senyumnya kembali
merekah saat melihat tubuhku yang lemas di atas sofa. Perlahan Mayang
menghampiriku, sungguh wanita ini masih terlihat sangat cantik meskipun
keringat telah membasahi tubuhnya. Mayang menjongkokan tubuhnya di hadapanku,
Aku menatapnya dengan heran karena Aku tidak tau apalagi yang akan dia lakukan
padaku.
"Aku
bersihin ya." Katanya lembut.
Sebelum aku
memberikan ijin, mulut Mayang sudah berada di dekat penisku yang masih
mengeras, dia kembali mengulum penisku, menghisapnya dengan lembut, menyedot
semua sisa sperma yang mungkin masih tersisa di dalam penisku. Mayang
benar-benar membuatku bertambah lemas, tapi meskipun begitu hisapan mulutnya
kembali membangkitkan gairahku untuk kembali bercinta, entah harus sampai
berapa ronde lagi, tapi yang pasti Aku benar-benar ingin kembali melepaskan
semua nafsu birahiku pada tubuh Mayang.
"Keras
lagi nih." Goda Mayang sesaat setelah melepaskan batang penisku dari dalam
mulutnya.
Aku hanya
tersenyum mendengar ucapannya, tak menunggu lama Aku mengangkat tubuh Mayang,
memangkunya dengan posisi saling berhadapan, Aku menciumi bibir ranum Mayang
yang sedari tadi menjahili batang penisku, ciuman yang kemudian berlanjut pada
ronde-ronde berikutnya. Sore itu dari dalam ruang kerjaku suara erangan dan
teriakan saling bersahutan, Mayang benar-benar telah berhasil membangkitkan
sisi lain dari dalam diriku, sisi liar tentang fantasy sex yang selama ini aku
tahan dan aku pendam.
******
FLASHBACK 2015
RAMA POV
Pengalamanku
bercinta untuk pertama kali dengan Mayang ternyata seperti membuka beberapa
sisi lain pandora dalam hidupku. Sex ternyata menjadi salah satu obsesiku, Aku
ternyata satu dari beberapa orang yang dikategorikan sebagai maniak sex. Entah
itu sebuah kelainan atau bukan, yang pasti nafsu sex ku sulit untuk bisa
dibendung. Dalam satu hari Aku bisa bercinta lebih dari 8 ronde, baik itu
dengan satu orang wanita atau mungkin lebih. Awalnya Aku begitu menikmati
"rutinitas" baruku ini, bahkan menggemarinya. Berbagai macam situasi
sex telah Aku coba untuk memuaskan semua hasrat fantasiku, threesome,foursome,
sampai dengan orgy party sudah aku lakukan baik dengan orang sudah Aku kenal,
maupun dengan orang-orang baru yang Aku temui di beberapa club malam. Berbagai
macam tema sex juga telah Aku ciptakan untuk menumpahkan semua pikiran-pikiran
mesum dalam otakku. Office affair, masterchef, workout sex,
bahkan sampai dengan tema BDSM sudah Aku coba semua. Tapi dari semua keliaranku
itu tak ada satupun yang bisa membuatku benar-benar puas, Aku merasa bahwa
kecanduaanku terhadap sex sudah dalam taraf akut.
Kegemaranku
terhadap sex ternyata mempengaruhi kinerjaku di kantor, Aku menjadi tidak
terlalu fokus pada tugas yang diberikan oleh Om Yosh. Beberapa kali komplain
rekan bisnis akibat kelalaianku diterima oleh bosku itu. Beberapa kali juga Om
Yosh menegurku dengan keras, sempat juga amarah Om Yosh meluap karena Aku lupa
menghadiri pertemuan penting saat masih asyik menggenjot tubuh Lina, sekretaris
pribadi Om Yosh. Atau juga beberapa kali Aku lupa menyiapkan berkas penting
karena asyik menerima serviz blowjob dari therapis plus-plus langgananku.
Kecanduanku terhadap sex benar-benar membuat karierku sempat berada di ujung
tanduk. Tapi ternyata kegemaranku ini justru membuka pintu lain dalam
perjalanan hidupku, semua itu terjadi karena orang yang sama, Om Yosh.
Pada suatu
malam di bulan Maret 2015, Om Yosh menyuruhku untuk menemuinya di sebuah klub
malam di daerah Kemang. Sempat terpikir mungkin ini merupakan pertemuan
terakhirku dengan Om Yosh karena beliau akan memecatku sebagai karyawannya, Aku
merasa telah mengecewakan kepercayaannya. Meskipun demikian, malam itu Aku
sudah siap dengan segala macam kemungkinan buruk yang akan terjadi , pantang
buatku untuk lari dari tanggung jawab.
Waktu sudah
menunjukkan pukul 11 malam saat Aku sampai di depan klub yang dimaksud oleh Om
Yosh, dari luar terdengar dentuman musik yang begitu keras, biasanya Aku akan
bersemangat saat memasuki klub malam, tapi tidak untuk malam itu. Suasana klub
itu sudah begitu ramai di dalam, Aku mencoba menerobos kerumunan muda mudi
Jakarta yang menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan music dari DJ yang sudah
aku hapal wajahnya. Aku melangkahkan kakiku ke arah meja bar, maksudku untuk
menanyakan keberadaan Om Yosh pada bartender.
"Liat Om
Yosh?!" Tanyaku dengan sedikit berteriak pada salah satu bartender yang
sedang asyik meracik minuman.
"Hah?!
Siapa?!!" Tanyanya dengan nada yang tak kalah tinggi dari suara musik yang
memekakkan telinga.
"Om
Yosh!!" Teriakku kembali.
Tanpa menjawab
bartender itu menunjuk ke salah satu privat room di lantai dua, pandanganku
tertuju pada arah jari bartender tersebut, mencoba mencari posisi persis privat
room yang dimaksud. Setelah benar-benar yakin dengan petunjuk yang Aku terima,
langsung Aku langkahkan kakiku menuju lantai dua klub ini, kembali aku terjebak
kerumunan orang-orang yang ayik berjoget di atas floor club, dengan susah payah
akhirnya Aku sampai juga di depan pintu romm privat, ruangan yang ditunjuk oleh
bartender tadi. Belum sempat Aku mengetuk pintu, seseorang dari dalam ruangan
membukakan pintu untukku.
Aku pun masuk
ke dalam ruangan itu, dan kejutan malam itu benar-benar membuatku tercengang.
Di dalam ruangan itu tengah berlangsung orgy party, pesta sex brutal terdiri
dari 5 wanita dan 8 pria. Aku melihat Om Yosh hanya duduk menyaksikan berbagai
adegan sex berlangsung di depannya, raut wajahnya begitu tenang, sesekali
bibirnya tersenyum melihat tingkah wanita yang berteriak keenakan akibat
menikmati hantaman penis yang mengoyak lubang vaginannya. Aku sendiri masih
berdiri mematung, keterkejutanku membuat sendi-sendi lututku sulit untuk
digerakkan.
"Hei
Rama!!! Ayo sini duduk!" Teriak Om Yosh saat melihat kehadiranku. Tanpa
menjawab Aku langsung menempati sofa tepat disamping Om Yosh, sementara mataku
masih menatap heran adegan pesta sex yang terlihat di depan mata kepalaku.
"Kamu mau
gabung?" Tanya Om Yosh menyadarkanku yang masih melongo melihat satu orang
wanita melayani tiga orang pria.
"Oh,Eh....Eng..Enggak
Pak, terimakasih" Jawabku dengan gugup, jawaban yang sama sekali bertolak
belakang dengan pikiran bawah sadarku yang sudah mulai terbakar birahi.
"Hahahahaaahha
! Hahahahhahahahah !!" Tiba-tiba om Yosh tertawa terbahak-bahak setelah
mendengar jawabanku barusan. Aku menatap pria itu dengan tampang bloon, tampang
orang yang kebingungan, menerka sesuatu yang sama sekali tidak pernah dibayangkan.
"Ayo ikut
Aku dulu sebentar" Om Yosh berdiri dari tempat duduknya, melangkahkan kaki
keluar dari room privat itu. Aku mengikutinya dari belakang seperti
kerbau yang dicucuk hidungnya. Kami berdua masuk ke dalam lift yang terletak di
samping room privat, Aku lihat Om Yosh memencet tombol angka 7, lantai paling
atas di klub ini, Aku hanya terdiam di dalam lift. Tak sampai 5 menit kami
sudah sampai di lantai 7 klub, tak ada apa-apa di lantai paling atas tersebut
karena lantai 7 adalah balkon, yang terlihat hanya hamparan langit malam dan
kelap-kelip lampu Jakarta.
"Rama,
Kamu suka sex?" Tanya Om Yosh tiba-tiba.
"Maksudnya
Pak?"
"Iya,
maksudku apa Kamu suka dengan kegiatan sex?"
"Sebagai
laki-laki normal tentu saja Saya suka Pak." Jawabku dengan hati-hati, Aku
sudah mulai bisa menerka arah pembicaraan ini.
"Seberapa
kuat Kamu bisa melakukan kegiatan sex?"
"Hah?
Maksud Bapak apa menanyakan hal ini kepada Saya?" Jujur saja menghadapi
pertanyaan tentang rutinitas sex dari seorang pria membuat Aku dan mungkin
beberapa pria lain diluar sana terasa tidak nyaman.
"Hahahahahahahah
! Please jangan salah paham dulu Rama."
"Saya
benar-benar tidak mengerti maksud pertanyaan Bapak barusan." Kataku, kali
ini dengan nada tegas, memberi tanda pada Om Yosh jika Aku merasa tidak nyaman
dengan pertanyaan yang dia ajukan.
" Aku
sudah tau semuanya Rama. Bagaimana kehidupan sex mu yang tidak terkontrol,
semua pesta-pesta sex, affairmu dengan beberapa wanita di kantor, Aku
juga telah menyadari karena kebiasaan itu berdampak buruk pada kinerjamu."
Aku mendengarkan dengan seksama tiap detail ucapan Om Yosh, Aku semakin yakin
bahwa malam ini Aku akan dipecat.
"Jadi
bagaimana menurutmu Rama?" Tanya Om Yosh.
"Saya
siap menerima semua keputusan Bapak pada karier Saya, Saya juga menyadari bahwa
akhir-akhir ini kinerja Saya menurun dan Saya siap bertanggung jawab atas hal
itu."
"Rama..Rama...Aku
sudah menduga Kau akan menjawab seperti itu." Aku kembali tertegun
mendengar ucapan Om Yosh, Aku kembali dibuat menerka-nerka maksud ucapan pria
itu.
"Begini
Rama, jika Kau mau, Aku punya satu tawaran pekerjaan yang sangat menarik.
Bahkan dengan pekerjaan ini Kau akan mendapatkan uang yang lebih banyak, dan
yang lebih penting hobi sex mu juga akan terfasilitasi."
"Pekerjaan
apa yang Bapak maksudkan?" Tanyaku dengan muka heran.
"Gigolo."
Posting Komentar
0 Komentar