BIDADARI KAMPUS
SINOPSIS:
Kisah wanita-wanita cantik di lingkungan kampus dengan berbagai macam problematika percintaan, skandal sex, dan lika-liku kehidupan mereka. Dikemas dengan alur menarik dan beberapa tokoh utama yang memiliki karakter kuat, temukan cerita cinta dan thriller menegangkan dalam cerita ini.
FORMAT : PDF
JUMLAH HALAMAN : 816 HALAMAN
HARGA : Rp.90.000
PART 1
Jika ada
kampus negeri yang populer dengan sebutan Kampus Biru, maka Universitas Jaya
Abadi atau UJA sering disebut Universitas Ungu karena warna itu yang menghiasi
logo dan juga tercermin dari jaket almamaternya. UJA adalah kampus yang cukup
populer di kalangan masyarakat, apalagi terletak di kawasan strategis di
wilayah yang memang bertebaran kampus swasta di salah satu sudut kota.
Kampusnya cukup besar dengan tiga fakultas , Ilmu Komputer, Sosial Politik
(SosPol), dan Ekonomi Bisnis. Popularitas UJA terbentuk karena berulang kali
mencetak bibit-bibit unggul dan berkembang pesat secara kualitas.
Kompleks
kampus UJA tersusun dari barisan blok beberapa gedung bertingkat yang
masing-masing memiliki lahan parkir tersendiri dengan gedung utama terdepan
adalah gedung rektorat, administrasi, marketing, ruang sidang, dan ruang
audience yang biasa digunakan untuk seminar atau rapat jajaran. Jika dibutuhkan
tempat yang lebih luas untuk keperluan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru,
maka UJA memiliki gedung pertemuannya sendiri
yang pada saat-saat tertentu juga disewakan untuk acara pernikahan.
Sebuah mobil
BMW hitam baru saja berhenti di lahan parkir kendaraan di Gedung 2 Universitas
Jaya Abadi. Dari dalam kendaraan mewah itu, turun pasangan kekasih yang sering
dijadikan acuan apabila seseorang ingin menunjukkan hubungan percintaan yang
ideal di kampus swasta tersebut. Ya, bisa lah disebut couple goals.
Safira
Maharani adalah kembang paling populer di kampus UJA. Mahasiswi jurusan
Komunikasi tersebut merupakan anak dari pengusaha kaya asal Pulau Borneo. Ia
sengaja menempuh pendidikan di Universitas Jaya Abadi demi meraih mimpinya
untuk menjadi praktisi hubungan masyarakat (PR) ternama, karena kampus tersebut
memang dikenal memiliki program studi yang berhasil mencetak sosok-sosok
populer di tanah air.
Hari ini,
Safira mengenakan kemeja lengan panjang berwarna pink dibalut jilbab modis yang
berwarna senada. Ia pun mengenakan rok panjang berwarna putih untuk menutupi
kakinya yang panjang dan jenjang. Untuk ukuran perempuan di usia 21 tahun,
Safira memang lebih tinggi dibanding teman-teman sebayanya. Di bahu sebelah
kanannya, tergantung tas tangan berwarna coklat yang merupakan keluaran brand
ternama asal Prancis.
Meski
mengenakan pakaian yang cenderung tertutup, tetapi kemolekan tubuh dara
berkulit putih tersebut tetap saja terlihat karena payudaranya yang besar
cenderung membuat kemejanya membusung, serta bokongnya yang montok pun tidak
bisa disembunyikan oleh rok longgar yang sehari-hari ia kenakan. Jika bersama
dengan kekasihnya dia disebut couple goals, maka tubuh indahnya bisa dikatakan
sudah memenuhi persyaratan sebagai body goals. Bidadari dengan keindahan
yang mendekati nilai sepuluh, sangat indah dari ujung kepala ke ujung kaki.
Perempuan
cantik itu kini tengah bergandengan tangan dengan Arga Hartanto, pria tampan
yang juga berasal dari keluarga berada. Mobil BMW keluaran terbaru yang ia
kendarai adalah hadiah dari orang tuanya saat Arga resmi masuk kuliah di
Universitas Jaya Abadi.
Bila Safira
merupakan sosok perempuan sempurna, maka Arga adalah wujud lelaki idaman.
Wajahnya sangat tampan dengan kulit putih, mirip dengan kebanyakan penyanyi
asal Korea Selatan yang menjadi idola para perempuan di seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Badannya pun begitu berotot karena rutinnya ia berolahraga untuk
menjaga kebugaran. Hal itu makin terlihat karena ia sering hanya mengenakan
baju basket tanpa lengan yang menunjukkan otot lengannya yang begitu berisi,
seperti yang ia pakai hari ini misalnya - baju kuning emas dengan garis ungu
yang mewakili warna Los Angeles Lakers bernomor punggung enam, milik sang
legenda hidup LeBron James.
“Kamu mau
langsung ke kelas? Atau mau ke tempat lain dulu?” Tanya Arga saat keduanya
telah sampai di gerbang utama Gedung 2, tempat Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
berada. Safira melirik ke arah Apple Watch keluaran terbaru yang ia kenakan.
Baru jam segini, masih terlalu dini baginya kalau langsung jalan ke kelas.
“Kayaknya
mending ke kantin dulu aja deh, Sayang. Baru jam segini. Paling Amira sama
Naura juga masih nongkrong di sana,” ujar sang bidadari rupawan tersebut.
“Oke, aku
antar yuk,” ujar Arga.
“Ihh, baik
banget sih pacarku. Jadi makin sayang,” ucap Safira manja, sambil mengecup
lembut pipi sang pacar.
“Duh,
cium-cium. Nanti dilihat orang bagaimana?”
“Jadi gak mau
neh? Ya udah besok-besok gak usah aku cium lagi,” ujar Safira sambil memasang
raut wajah pura-pura ngambek.
“Bukan begitu
maksudnya, hee. Gak jadi deh, mulai sekarang kamu bebas mau cium aku di mana
saja, dan kapan saja,” ujar Arga sambil memeluk tubuh pacarnya yang seksi. Pria
tersebut tidak mengenakan apa-apa lagi di balik kaos basketnya, sehingga
payudara Safira yang menonjol pun bisa langsung terasa di dadanya.
Safira pun
tersenyum dengan interaksi yang penuh dengan kemesraan tersebut. Menjalani
hubungan dengan Arga rasanya seperti jalan tol yang bebas hambatan. Mereka
tidak pernah sama sekali bertengkar, dan selalu saling memberi perhatian tanpa
pamrih. Saling mengerti dan saling memahami satu sama lain.
Hal itu bahkan
membuat perempuan tersebut sempat bertanya dalam hati, apakah hubungan seperti
ini normal dan wajar? Apabila suatu saat nanti ada tantangan besar dalam
hubungan mereka, apakah hubungan ini bisa bertahan? Apakah ia bisa bertahan?
Namun Safira
merupakan tipe perempuan yang tidak terlalu mau ambil pusing, apalagi menerima
mentah-mentah ocehan para netizen di Twitter yang sering membagikan tips
relationship atau pernikahan, padahal mereka sendiri belum pernah menjalaninya.
Karena itu, ia pun menyerahkan semuanya pada Tuhan Yang Maha Esa, ke mana
takdir mau mengarahkan Safira dan hubungan dengan Arga ini.
Kantin yang
disebutkan Safira berada di bagian belakang lantai dasar Gedung 2. Di sana ada
sekitar selusin outlet makanan dan minuman yang membentuk huruf ‘U’ besar,
dengan bangku dan meja berderet di tengahnya. Dan benar saja perkiraan Safira,
di salah satu meja kantin tersebut sudah ada dua teman sekelasnya Amira
Ramadhani dan Naura Salsabila. Keduanya sedang mengobrol sambil menikmati
sepiring dimsum bersama-sama.
“Halo,
besties…” ujar Safira dengan gaya bercanda setengah genit saat ia dan Arga
telah sampai di meja yang ditempati rekan-rekannya. Perempuan berjilbab
tersebut pun langsung duduk di samping Amira.
“Heiiiiiii…
Raja dan ratu kampus sudah datang neh,” Teriak Naura dengan suara melengking,
membuat para mahasiswa yang sudah berada di kantin untuk mengikuti sesi kelas
pagi langsung menoleh ke arah mereka.
Sementara
Amira tampak lebih kalem, dan memilih untuk langsung memeluk tubuh sahabatnya
tersebut. Ketiga perempuan yang sama-sama mempunyai paras cantik itu memang
sangat akrab, karena telah menjadi teman dekat sejak awal perkuliahan.
Amira dan
Naura memang asli berasal dari kota tempat Universitas Jaya Abadi berada, dan
berasal dari SMA yang sama, sehingga mereka sudah lebih dahulu kenal. Saat itu,
mereka bertemu dengan Safira yang berasal dari luar kota dan terpaksa harus
menyewa kamar kos di kota tersebut. Safira yang baru datang di kota asing dan
tidak mempunyai teman, akhirnya menjalin persahabatan dengan Amira dan Naura,
yang juga menerimanya dengan baik.
Tak lama
setelah Safira duduk di bangkunya, terlihat ada dua orang mahasiswi yang
sepertinya merupakan angkatan baru, berjalan malu-malu mendekat ke arahnya. Tadinya
perempuan tersebut mengira mereka akan menghampiri dirinya dan dua rekannya,
tapi mereka ternyata justru mengincar pertemuan dengan lelaki tampan di
belakangnya.
“Kak Arga …
boleh minta tanda tangan?”
“Woooo …
Argaaaa!” Naura yang heboh langsung menyoraki pacar sahabatnya tersebut. Di
saat yang sama, Safira hanya tersipu malu menyaksikan popularitas pacarnya di
kalangan para mahasiswi baru. Arga yang menjadi pusat perhatian pun hanya
tertawa melihat kejadian tersebut.
“Untuk apa ya
minta tanda tangan saya?”
“Untuk tugas
masa orientasi, Kak. Kami diminta senior untuk meminta tanda tangan dari 20
kakak kelas, sepuluh lelaki dan sepuluh perempuan,” ujar salah satu dari
mahasiswi baru tersebut.
“Kalau boleh,
kami minta tanda tangan Kakak.”
“Pasti kerjaannya
si Johan tuh, hahaa,” ujar Naura tergelak. Ia menyebut nama seorang senior yang
seangkatan dengan dia, yang memang terkenal suka membuat repot mahasiswa dan
mahasiswi baru.
“Kalau gitu
kenapa gak minta tanda tangan sama kami saja?” untuk pertama kalinya Amira
membuka suara. Ia memang merupakan sosok yang tidak mau banyak bicara, tapi
bukan artinya ia akan menyia-nyiakan kesempatan untuk meledek Safira sahabatnya
dan sang pacar.
“Errr … untuk
yang perempuan sudah lengkap, Kak. Tinggal yang laki-laki saja.”
“Tadi kalian
datang dari arah Mang Asep tukang ketoprak kan? Kenapa gak minta tanda tangan
sama Tono yang lagi makan di depannya?” Tambah Amira sambil menunjuk ke arah
seorang mahasiswa gendut berkacamata yang sedang asyik makan ketoprak. Lelaki
tersebut sama sekali tidak menyadari bahwa ia sedang menjadi bahan obrolan
Safira dan teman-teman.
“Errr … anu
Kak. Hmm, bagaimana ya bilangnya …”
“Sudah-sudah,
kasihan ini mahasiswi baru masih kalian kerjain juga. Mana sini buku tugasnya
biar saya tanda tangan,” ujar Arga menengahi masalah. Amira dan Naura pun
menghentikan aksi mereka dan hanya tersenyum menahan tawa.
“Terima kasih
ya, Kak Arga,” ujar kedua mahasiswi baru tersebut hampir bersamaan. Begitu
keduanya pergi, Arga pun berpamitan kepada sang pacar.
“Aku ke
lapangan basket dulu ya, Sayang. Nanti kalau mau pulang kabari saja biar aku
jemput,” ujar Arga.
“He’em. Bye,
sayang,” jawab Safira dengan senyum termanisnya.
“Jangan lupa
siapin pulpen Kak Arga, nanti banyak yang minta tanda tangan lho, hahaa,” ujar
Naura begitu Arga telah berjalan menjauhi mereka.
Pria bertubuh
ideal tersebut membalikkan badan untuk sesaat. Tidak banyak yang menyadari
bahwa ia sempat sekilas mengedipkan mata, dan hal itu tidak ia lakukan untuk
Safira pacarnya. Begitu Arga telah hilang dari pandangan mereka bertiga, Safira
pun memesan es teh manis untuk menemani dia mengobrol dengan kedua temannya.
Masih ada waktu sekitar satu jam sebelum kelas pertama mereka hari ini dimulai,
sehingga mereka pun merasa santai.
“Saf, gue mau
tanya donk. Tapi janji jangan marah.” ujar Naura dengan nada suara yang
dipelankan. Mungkin ia sadar bahwa suaranya yang normal memang begitu kencang
dan bisa terdengar di seantero kantin dari ujung ke ujung.
“Mau tanya apa
sih, Say? Bagaimana gue bisa menentukan marah atau tidak kalau pertanyaannya
saja belum tahu?” jawab Safira.
“Lo sudah
pernah ML ya sama Arga?”
Pertanyaan
Naura tersebut membuat kedua sahabatnya yang lain kaget. Amira bahkan hampir
menyemprotkan jus jeruk yang tengah ia minum, saking terkejutnya.
“Gila lo!”
Amira mendengus.
“Lah? Kenapa
pada kaget sih, gue nanya sesuatu yang wajar kan? Habis kalian udah mesra
banget gitu, tiap berangkat sama pulang bareng, siapa tahu kan udah main di
kosan.”
“Ya gak di
sini juga kali Ra nanyanya?!” ujar Amira.
“Itu kan masalah privasi, lo tahu privasi
gak?”
“Udah, udah.
Gak usah ribut. Malah didengar orang banyak jadi malu kan,” ujar Safira
menengahi.
“Jadi, udah
belum?” Naura kembali ngotot bertanya.
Safira
menghela nafas sejenak sebelum menjelaskan masalah yang cukup sensitif ini. Ia
memang selalu terbuka kepada dua sahabatnya tersebut, tetapi tentu ia juga tahu
diri untuk tidak mengumbar segalanya apabila tidak ditanya.
“Arga sih udah
minta.”
“Tuh kan! Teruuuuusss….??”
“Ya terus gue
bilang juga, jangan sekarang, nanti aja.” ujar Safira.
Kini giliran
Naura dan Amira yang menghembuskan nafas mendengar cerita sahabatnya. Mereka
tidak menyangka Safira bisa bertahan selama lebih dari dua tahun terakhir
menjalin hubungan dengan Arga tanpa melakukan hubungan seksual.
“Kenapa
begitu, Say?” Amira sepertinya tidak sabar juga, dan langsung menggantikan
Naura untuk bertanya.
“Kalian tahu
kan kalau gue punya impian untuk kuliah di Inggris. Jadi gue mau memenuhi
impian itu dulu, membahagiakan orang tua gue, bangun karier di dunia PR, baru
ngurusin hubungan pribadi.” jawab sang perempuan berjilbab sambil menyeruput es
teh manis miliknya.
“Tapi bukannya
gak ada hubungannya ML sama sekolah dan karier lo itu? ML ya ML aja, sekolah
dan karier jalan terus. Gitu gak sih?” Tanya Naura.
“Bisa sih
sebenarnya, tapi gue gak mau aja kayak gitu. Begitu gue ML, ada risiko jebol
dan punya anak yang akan menghancurkan semua mimpi-mimpi gue. Kalau gak sampai
punya anak karena selalu rutin pakai pengaman atau cowoknya mandul sekalipun,
gue mungkin akan punya ikatan batin yang terlalu kuat sama cowok itu, yang
bikin gue rela mengorbankan mimpi-mimpi gue. Dan gue gak mau itu.” jelas
Safira.
“Hmm, masuk
akal sih. Tapi emang lo gak pernah membayangkan nanti nikah sama Arga dan dia
jadi ayah dari anak-anak lo?” Tanya Naura lagi. Ia sepertinya masih belum bisa
menyamakan persepsi dengan pola pikir sahabatnya tersebut.
“Saat ini sih
gue memang punya hubungan sama Arga, jadi kalau ada pertanyaan dengan topik
soal pernikahan atau anak, yang ada di bayangan gue - yang kepikiran sekarang
dan memegang andil penting tentunya Arga. Tapi kalau ditanya apakah gue sama
dia akan menikah atau punya anak dalam waktu cepat, sepertinya belum sih.
Sekolah dan karir dulu.”
“Lo pernah
ngomongin soal ini sama Arga?” Tanya Amira.
“Hmm, jujur
belum… Lagipula sejauh ini dia gak pernah nanya soal hal begituan, jadi menurut
gue dia juga masih mau bawa santai aja, gak yang serius-serius amat.” Naura dan
Amira pun mengangguk-angguk.
“Emangnya
kalian udah pernah ML ya?” Tanya Safira tiba-tiba.
Selama ini,
Safira memang tidak pernah mengangkat topik soal hubungan seksual. Bukan karena
ia sok alim, karena meski selalu mengenakan jilbab saat keluar kamar kos,
perempuan cantik itu sebenarnya punya pola pikir yang liberal dan menganggap
sah-sah saja pasangan kekasih untuk melakukan hubungan seksual selama suka sama
suka. Ia sendiri belum melakukannya bukan karena alasan agama, tapi karena
latar belakang lain.
“Hmm, gimana
yah ngomongnya? Ya kalian tahu sendiri lah Fadil itu orangnya sangean, jadi
udah tahu lah ya jawabannya, hee.” ujar Naura sambil menyebut nama pacarnya
yang merupakan mahasiswa jurusan Teknik Informatika di kampus yang sama.
“Kalau main
gak mungkin di rumah tapi kan?”
“Nggak lah,
paling di kosan dia. Apalagi kalau pas sepi gak ada orang.” jawab Naura sambil
tersenyum kecut.
“Kalau lo
bagaimana Amira, pernah?” Tanya Safira. Kali ini pertanyaannya sedikit berbeda
karena setahu dia Amira tidak pernah terbuka kalau dia saat ini sudah mempunyai
pacar atau belum.
“Sebut saja
bahwa gue gak sealim itu untuk urusan hubungan seksual.” jawab Amira yang
bingung menentukan bagaimana dia harus menjawab pertanyaan tersebut.
“Ya kalau gitu
sih jawabannya berarti udah pernah, hahaa.” ujar Naura yang langsung diikuti
oleh gelak tawa kedua rekannya.
Inilah yang
membuat Safira nyaman berteman dengan kedua sahabatnya tersebut. Mereka bisa
membicarakan segala hal, dari yang remeh, serius, sampai yang tabu, tanpa perlu
takut merasa akan dihakimi. Mereka pun sering mengajak Safira untuk pergi
jalan-jalan, datang ke konser, atau sekadar makan di restoran, sehingga
perempuan cantik tersebut mampu menghilangkan rasa kangen akan kampung
halamannya yang berada di seberang pulau.
Bagi Safira,
uang memang bukan masalah, karena uang saku yang diberikan orang tuanya setiap
bulan jauh lebih banyak dari yang ia butuhkan untuk bertahan hidup di kota ini.
Karena itu, seringkali dalam semua aktivitas tersebut, Safira yang mengeluarkan
uang. Ia pun tidak merasa bermasalah, selama ia dan sahabatnya bisa sama-sama
menikmati waktu dan merasa bahagia.
Kebahagiaan
itu juga ia dapatkan dari Arga, yang ia kenal sejak masa orientasi kampus.
Sejak awal masuk, sosok Arga memang telah terkenal karena dia merupakan salah satu
pemain penting yang membawa SMA-nya menjuarai Liga Basket Nasional tingkat
remaja. Karena itu, pria tersebut pun bagaikan madu yang dikerubuti oleh para
kumbang berjenis kelamin perempuan di kampus tersebut.
Safira masih
ingat betul saat ada pertandingan basket persahabatan antara mahasiswa baru dan
para senior dalam rangka menutup masa orientasi, ada perempuan yang mengangkat
spanduk berbunyi:
“Dek
Arga, otot bisep kamu bikin rahim kakak terasa hangat.”
Di sisi lain,
Safira pun menyadari bahwa dirinya pun terkenal di kalangan para senior dengan
cara yang berbeda. Sejak masa orientasi dimulai, sudah banyak senior pria yang
mencoba mendekati dia dengan cara memberikan bantuan atau bocoran informasi
penting tentang apa yang harus dilakukan oleh para mahasiswa baru. Saat
teman-temannya yang lain mendapat hukuman karena kesalahan sepele, Safira
biasanya akan “dibuat” aman.
Namun
perempuan cantik itu menanggapi semua perhatian tersebut dengan biasa saja.
Satu-satunya pria yang menarik perhatian dia adalah Arga sang bintang basket
kampus yang berwajah tampan. Perempuan itu penasaran bagaimana sebenarnya
kepribadian dia di luar lapangan olahraga.
Untungnya,
tidak perlu waktu lama bagi Safira untuk mengetahui itu, karena ternyata Arga
juga menaruh perhatian pada Safira, yang disebut-sebut sebagai “Kembang Kampus
Nomor 1” di kalangan para senior. Pria tersebut mulai mencari tahu jadwal
kuliah Safira, dan mencoba untuk hadir di saat perempuan tersebut pulang dan
menawarkan tumpangan. Sang perempuan yang juga telah mempunyai perasaan khusus
pun menanggapi perhatian tersebut.
Puncaknya,
ketika hari Valentine, Arga menghadirkan kejutan saat Safira pulang kuliah. Ia
menyusun banyak sekali bunga di depan Gedung 2 dan menyatakan cintanya pada
sang bidadari kampus tepat pada tanggal 14 Februari. Safira pun menerima
pernyataan cinta dari Arga, dan sejak saat itu mereka resmi berpacaran.
Hingga kini,
tidak ada lagi perempuan yang secara terang-terangan membuka rahasia tentang
hangatnya rahim mereka karena kehadiran Arga, atau laki-laki yang melakukan
pendekatan secara terbuka kepada Safira. Di belakang mereka, tentu banyak yang
berharap pasangan idola tersebut untuk putus, agar mereka mempunyai kesempatan.
Namun sulit sekali memang menemukan celah negatif dari hubungan keduanya, yang
seperti masih begitu hangat meski telah berjalan sekitar dua tahun.
“Eh, udah mau
masuk neh, kita jalan ke kelas yuk!” cetus Naura yang langsung membuyarkan
lamunan Safira akan awal hubungan dia dengan Arga.
“Yuk …” sahut
Amira yang langsung berdiri dari kursinya.
“Eh, minggu
depan kalian jangan lupa datang Entrepreneurship Day di Gedung 1 yah.” ujar
Safira sambil menyusul kedua temannya yang telah lebih dahulu berjalan menuju
kelas.
“Oh, acara di
mana Pak Raja dan Bu Ratu jadi Ketua Panitia dan Seksi Acara ya, hee,” goda
Naura. Di acara yang disebut Safira, ia memang berperan sebagai Seksi Acara
sedangkan Arga bertindak sebagai Ketua Panitia.
“Sialan lo,
masih aja godain gue. Tapi serius neh, kalian dateng ya, biar acaranya rame.
Nanti ada makanan spesial juga lho dari influencer kondang.” ujar Safira sambil
mengedipkan mata ke arah kedua temannya.
“Wah, siapa
tuh? Boleh deh, kalau soal makanan gratis gue gak nolak, hahaa.” jawab Amira.
“Badan lo udah
curvy gitu mau dibikin tambah BBW?” Ledek Naura.
“Jangan salah
ya, sekarang banyak tahu yang justru sukanya sama yang body-nya curvy kayak
gue, bukan yang petite kayak lo.” balas sang sahabat.
“Duh, kalian
ini berantem mulu sih. Pokoknya kalian harus dateng, awas kalau nggak. Nanti
gue gak bayarin makan dan jalan-jalan selama sebulan!” ancam Safira.
“Iya, iya.
Yang buka acara nanti siapa, Say?” Tanya Naura.
“Biasa lah,
Pak Dar.” jawab Safira.
“Hii …!!!”
Amira langsung bergidik mendengar namanya. Naura juga terlihat
menggelinjang jijik.
“Ih! Pak
Darmadi si Rektor mesum?”
Mereka bertiga
merasa beruntung sang rektor bukan tipe orang yang suka berkeliling kampus.
Karena itu, mereka pun hanya perlu bertemu dengan dia di acara-acara khusus,
seperti Entrepreneurship Day yang akan berlangsung pekan depan. Tapi
malang bagi Safira, karena tanggung jawabnya sebagai Seksi Acara membuatnya
harus banyak berkomunikasi dengan sang rektor yang tidak disukai oleh banyak
mahasiswa dan mahasiswi tersebut.
“Memangnya
bener ya kalau dia itu mesum?” Tanya Amira. Ia memang sering mendengar kabar
tersebut dari teman-temannya, tetapi semuanya datang dengan versi yang
berbeda-beda. Cerita-cerita tentang sang Rektor seperti legenda kampus yang
tidak diketahui bagaimana kejadian sebenarnya.
“Katanya sih.
Gue diceritain sama Fadil katanya dia dulu nikah sama salah satu dosen di
kampus ini, waktu dia jabatannya masih dekan. Eh pas dia naik jadi rektor, dia
selingkuh sama dosen cewek lain di kampus ini juga. Karena itu, dia cerai sama
istrinya sebelum punya anak.” ucap Naura.
“Terus
sekarang selingkuhannya di mana? Udah gak ngajar di sini kan?” Tanya Safira.
“Nggak jelas.
Ada yang bilang masih ada di sini, tapi gak tahu siapa.” jawab Naura. Ketiga
perempuan tersebut pun bergidik ngeri.
“Untung gue
gak pernah ada keharusan deket-deket sama dia, nanti badan curvy gue
digrepe-grepe lagi sama tangannya yang keriput, hii …” ujar Amira.
“Ogah banget
deh, bayangin ketemu sama doi aja merinding, apalagi deket-deket.”
“Eh eh! Maksud
lo, gue nanti bakal digrepe-grepe sama dia? Asem. Jadi kepikiran nih.” Ujar
Safira sedikit was-was.
“Mana pas
acara gue disuruh dampingin dia terus lagi, huu. Pait pait.”
“Tenang kalau
lo mah, Say. Kalau ada yang ngapa-ngapain, satu kampus pasti bakal langsung
bakar pelakunya, dan Arga pasti langsung jadi yang terdepan, hee,” ujar Naura
menenangkan.
“Semoga aman
deh,” ujar Safira.
“Eh, hari ini
kelasnya Bu Yasmin ya. Kalian udah ngerjain tugas belom?”
“Santai sama
Bu Yasmin mah, orangnya kan santai kalau soal tugas,” ujar Naura mengentengkan.
“Apalagi dia
masih pengantin baru, pasti pikirannya masih ke adegan ranjang sama suaminya,
hahaa.”
“Sok tahu lu.
Emang sih dia santai kalau urusan tugas, tapi semuanya dicatat sama dia.
Tahu-tahu nanti nilai lo semester ini gak keluar baru tahu rasa,” ujar Amira
meledek.
“Woy! Jangan
nyumpahin dong, hahaa.”
Tanpa disadari
oleh ketiga mahasiswi muda yang masih ranum tersebut, sedari tadi ada seorang
pria yang memperhatikan gerak-gerik mereka dari belakang. Pria tersebut tampak
tersenyum, sambil memperhatikan gerakan bokong ketiganya yang naik turun dan
tampak begitu menggairahkan.
Posting Komentar
0 Komentar